Jangan Paksa Kita Menikah!
Sora tengah memohon dan berlutut di kaki ibu dan ayah nya yang sedang duduk di atas sofa panjang ruang tamu.
"Ibu, ayah, tolong jangan paksa aku menikah dengan yang kalian maksud. Sungguh, aku tidak ingin pernikahan ini sampai terjadi," ucapnya dengan isak tangis yang menyertai.
"Jangan membatah, Sora. Ini sudah menjadi kesepakatan di antara kami untuk menikahkan kau dengan Dimas," seru Wiranto, ayah Sora.
"Tapi aku sama sekali tidak mencintainya, ayah. Lagipula dia pun belum tentu menginginkan aku," sahut Sora.
"Sudahlah, terima saja keputusan kami. Kau harus ikuti permintaan kami."
"Ini tidak adil, ayah. Ini sungguh tidak adil."
"Cukup, Sora. Berhenti memprotes dan membantah! Kembali saja ke kamarmu."
Tangis Sora mengalir kina menderas, ia menatap wajah ibunya yang sedari tadi diam. Ibunya sama sekali tidak memberi pembelaan terhadapnya.
Sora bangkit berdiri, menyeka air matanya. Kemudian berlalu dari sana.
"Apa kita akan tetap melanjutkan rencana ini?" tanya bu Arum, setelah tadi memilih untuk diam.
"Tentu saja. Keluarga Asberto pasti akan sangat kecewa jika kita membatalkannya."
"Tapi aku kasihan dengan Sora, bagaimana jika dia tidak bahagia dengan pernikannya?"
"Jangan pikirkan hal itu. Jangan sampai kita mengubah keputusan dan menanggung malu atas dasar kasihan pada Sora. Kita akan tetap paksa Sora untuk menikah dengan Dimas. Dengan demikian, keluarga Asberto tidak akan menuntut lagi perihal hutang nyawa dengan keluarga kita."
Bu Arum diam. Beliau tidak bisa berbuat apapun untuk Sora. Semua ini sudah di rancang oleh suaminya dan juga pihak dari keluarga Asberto.
Sementara di kamar, Sora menumpahkan tangisnya di atas bantal dengan posisi tidur tengkurap. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Harapannya menikah dan hidup dengan seseorang yang ia cintai pupus dalam waktu singkat. Meski ia tidak memiliki kekasih ataupun gebetan, tetap saja ia tidak ingin jika harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal.
Tiba-tiba saja Sora kepikiran sesuatu. Ia bangun dan duduk menyandar di sandaran ranjang tempat tidur. Ia seka air mata yang membasahi kedua pipinya.
"Pria itu pasti tidak ingin pernikahan ini sampai terjadi. Pasti dia sudah memiliki kekasih. Aku harus membuat kesepakatan juga dengannya, untuk saling menolak pernikahan ini. Aku yakin dia pasti setuju."
"Aku tidak bisa membayangkan rasanya hidup dengan orang yang tidak kucintai. Melihat wajahnya setiap hari, bahkan harus tidur di satu ranjang yang sama."
"Aku bisa menemukan sosok pria yang ku cintai dan tentunya menjamin kebahagiaanku tanpa adanya pemaksaan. Aku tidak akan membiarkan rencana ayah berjalan dengan lancar. Aku harus menggagalkan pernikahan ini."
Sora berpikir keras untuk menemukan cara supaya pernikahannya dengan pria itu tidak terjadi. Zaman sudah modern, perjodohan sudah tidak lagi berlaku.
Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Sora mendapat cara agar ia bisa terbebas dari perjodohan paksa ini. Ia berharap caranya akan berhasil.
Sementara di tempat lain, seorang pria pun tampak marah pada kedua orang tuanya. Dia tidak terima jika kedua orang tuanya mau menjodohkan dirinya dengan wanita yang sama sekali tidak ia kenal.
"Apa alasan mama dan papa menjodohkan aku dengan wanita yang bahkan sama sekali tidak ku ketahui wajahnya seperti apa? Dan apa keuntungannya untuk mama dan papa?" seru Dimas.
"Tutup mulutmu, Dimas! Jika kau tidak mau mengikuti permintaan kami, maka angkat kaki dari rumah ini tanpa membawa fasilitas! Bukan hanya itu, semua kartu ATM yang kau pegang akan papa blokir!" ancam Asberto.
"Memangnya apa istimewanya wanita itu? Sampai-sampai papa berani memberikan ancaman padaku?"
"Tidak perlu banyak bertanya, ikuti saja permintaan kami!" jawab Asberto kemudian pergi dari sana.
Sementara Dimas masih kesal mengenai keputusan papa nya yang mendadak dan memaksa.
Merry yang merupakan mama Dimas berjalan mendekati putranya.
"Sudah, turuti saja permintaan papamu jika tidak ingin melihat papamu marah. Mama tidak ingin kau sampai angkat kaki dari rumah ini."
"Tapi, ma-"
"Shhttt ... Jangan membantah, ya."
Merry mengusap bahu Dimas sebelum akhirnya dia menyusul langkah suaminya ke kamar. Sementara Dimas meluapkan kekesalan nya dengan menendang sofa dan apapun yang terjangkau oleh kakinya.
"Aarrgghhh ..."
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Pinny Tirawat Thitipong💭
lanjut thor
2022-11-06
1
💕Gibran🌹
👌
2022-11-05
2