Jessica menuruni tangga melingkar itu dengan tenang, di meja makan ia melihat ayah mertua bersama istri muda dan putra tirinya. Namun sosok Steven masih belum terlihat batang hidungnya, padahal lelaki itu sudah tidak ada di kamarnya sejak pagi tadi.
Melihat kedatangan menantunya, Tuan Nero tersenyum lalu mempersilakan Jessica untuk bergabung di meja makan. "Sica, ini adalah sarapan pertamamu bersama kami. Semoga kau bisa menikmatinya Dan menganggap seperti di rumah sendiri."
"Karena Ayah mertua yang memintanya, maka aku tidak perlu sungkan lagi," Gadis itu tersenyum.
"Tentu saja Nak, karena bagaimanapun juga kau sudah menjadi bagian dari keluarga ini." Jawab Tuan Nero dengan bijak.
Lalu pandangan Jessica bergulir pada istri muda ayah mertuanya yang menatapnya dengan sinis. Jessica tersenyum, ralat... Menyeringai lebih tepatnya. "Ibu, tatapan macam apa itu? Sepertinya kau tidak menghendaki keberadaanku di sini?"
"Omong kosong apa yang kau bicarakan kakak ipar? Mana mungkin ibuku tidak menerimamu, bahkan dia bersikap sangat baik padamu. Tetapi kau saja yang tidak tahu etika dan tata krama!!" Dante menyahut ucapan Jessica.
Gadis itu menghela nafas panjang. "Kau betul sekali adik ipar, bahkan cara dia bersikap baik padaku sangatlah tidak biasa. Saking baiknya, dia sampai membicarakanku di belakang dan menyebutku sebagai pecundang!!" Jessica menyeringai melihat wajah ibu tiri Steven yang tiba-tiba memucat.
Pandangannya kemudian bergulir pada suaminya, Tuan Nero menatap istri mudanya itu dengan tajam. Wanita itu menggeleng, tidak mengatakan apapun apalagi membicarakan menantunya itu.
"Suamiku, itu tidaklah benar. Aku tidak pernah membicarakannya apalagi menyebutnya sebagai pecundang, dia mengatakan omong kosong. Untuk itu jangan percaya padanya, kau harus percaya padaku!!" Nyonya Mona mencoba meyakinkan suaminya.
"Ayah mertua, sebagai orang baru di rumah ini aku tidak akan meminta Anda untuk percaya pada apa yang aku katakan. Tetapi aku mengatakan yang sebenarnya, dan Aku berani bersumpah!!" Jessica memasang wajah sedih seolah-olah ia telah tertindas oleh perilaku ibu mertuanya.
"Pa, Jangan dengarkan apa yang dikatakan wanita ini!! Dia adalah ular betina, dia bermaksud mengadu domba Papa dan Mama!!" Dante turut membuka suara untuk membela ibunya.
"Kalian sedang berada di meja makan, bisa-bisanya kalian ribut seperti orang yang tidak berpendidikan!!" Sebuah suara menginterupsi perdebatan Jessica, Nyonya Mona dan Dante. Steven datang dengan seorang pria yang mendorong kursi rodanya.
Akhirnya pria itu muncul juga, begitulah yang Jessica pikirkan. Namun dalam hati, di terus bertanya-tanya kemana sebenarnya pria itu tadi perginya.
Tatapan dan sorot mata yang biasa untuk Jessica, namun tidak untuk mereka bertiga. Karena selama ini Steven selalu bersikap seperti pria polos yang mudah ditindas dan dimanfaatkan. Namun yang mereka lihat pagi ini, berbanding terbalik dengan yang biasa mereka lihat setiap hari.
Dante yang merasa tersinggung segera berdiri dan menghampiri Kakak tirinya tersebut. Bahkan dia tidak merasa sungkan meskipun ada Tuan Nero di sana, Karena dia sudah terbiasa menindas Steven di depan ayahnya.
Dan hebatnya Tuan Nero tidak bereaksi sama sekali meskipun melihat putra kandungnya sendiri tertindas di depan. "Pecundang, mulai berani kau ya?!" Dante menarik pakaian Steven sambil melotot ke arahnya.
Bukannya merasa ketakutan dengan gertakan Dante, Steven malah menyeringai dan menatapnya dengan sinis. Steven mencengkram pergelangan tangan Dante dan membalas tatapan tajamnya. Semakin lama wajah Dante menunjukkan ekspresi kesakitan karena cengkraman Steven pada pergelangan tangannya.
"Yakk!! Lumpuh, apa yang kau lakukan?! Lepaskan brengsek!!"
PLAKK!!
Sebuah tamparan mendarat mulus pada wajah Dante, bukan Steven yang melakukannya melainkan Jessica. Dan apa yang dilakukan oleh gadis itu membuat semua orang yang ada di meja makan terkejut termasuk Steven.
"YAKK!! BERANI SEKALI KAU MENAMPARKU?!" bentak Dante emosi.
"Memangnya siapa kau, kenapa aku harus tidak berani?! Jangankan hanya pria biasa sepertimu, jendral sekalipun akan aku lawan jika berani menyentuh dan menyakiti suamiku!!" Tatapan Jessica tajam dan terlihat berbahaya.
Diam-diam Steven menarik sudut bibirnya dan menyeringai tipis. Sungguh di luar perkiraannya, tidak menduga bila Jessica akan melakukan tindakan yang mengejutkan semua orang termasuk dirinya. Dengan entengnya tangan gadis itu menampar wajah Dante hingga memerah.
"Dengar ya, ini berlaku untuk semua orang yang ada di sini. Selama ini kalian bisa menindas Steven dengan sesuka hati kalian hanya karena dia memiliki kekurangan. Tapi sekarang hal itu tidak akan aku biarkan, aku akan melindungi suamiku dari orang-orang seperti kalian!!"
"Kau~!!" Nyonya Mona berseru seraya menunjuk Jessica. Dia hendak membuat perhitungan dengan gadis itu tetapi ditahan oleh Tuan Nero.
"Sica, selama ini Papa sudah lalai dalam melindungi darah daging Papa sendiri. Tetapi sekarang Steven memilikmu yang bisa selalu melindunginya, untuk itu Papa ingin berterima kasih padamu."
Pandangan Jessica lalu bergulir pada ayah mertuanya dan menata paruh baya itu begitu dingin. "Hari ini aku melihat ketidakadilan di rumah ini. Aku sungguh tidak tahu apa yang ada di dalam pikiranmu, Ayah!! Steven, Bukankah dia adalah putra kandungmu sendiri, tapi kenapa kau membiarkan orang lain menindasnya dan memperlakukannya dengan semena-mena?! Apa wanita ini sudah menutup mata hatimu sehingga Kau melupakan dan mengabaikan darah dagingmu sendiri?!"
"Aku~!!"
"Kita pergi saja dari sini!!" Jessica meraih kursi roda suaminya dan membawa pria itu pergi meninggalkan meja makan, bahkan dia tidak memberikan kesempatan pada ayah mertuanya untuk menyelesaikan ucapannya.
.
.
Jessica sedikit mendorong kursi roda Steven setibanya mereka berdua di kamar. Gadis itu menghentikan sandiwaranya dan menatap sang suami dengan tajam.
"Sebenarnya apa yang kau rencanakan, dan kenapa kau membiarkan orang lain menindasmu sementara ketika di hadapanku kau berubah menjadi sosok iblis yang mengerikan!!"
Kedua mata gadis itu membulat sempurna saat melihat Steven yang tiba-tiba bangkit dari kursi rodanya. Jessica terkejut bukan main, ternyata benar dugaannya jika selama ini Steven tidak lumpuh melainkan hanya berpura-pura saja.
Steven melewati Jessica dan berjalan lurus kearah dinding kaca di belakang gadis itu. Lelaki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, sepasang biner hitamnya melirik ke arah Jessica melalui ekor matanya.
"Bukankah kau sudah melihatnya sendiri, bagaimana ayahku memperlakukan diriku?! Aku sedang mengumpulkan bukti tentang kematian ibuku dan kecelakaan malam itu. Dengan berpura-pura menjadi orang cacat dan tidak berguna, itu akan membuka lebih banyak peluang untukku menemukan kebenaran di balik kematian ibuku yang tragis."
Jessica menghampiri Steven lalu berdiri di samping pria itu. "Sepertinya masalahmu cukup berat, dan aku rasa kau membutuhkan seorang partner yang tepat untuk menyempurnakan rencanamu ini. Dan aku siap menjadi partnermu, namun tentu saja harganya tidaklah murah!!" Jessica menoleh dan membuat mata mereka saling bersirobok.
Steven menarik pinggang Gadis itu dan membuat Jessica jatuh ke dalam pelukannya. Seringai tampak tercetak di bibir Kiss Able-nya. "Seberapa mahal pun harganya,aku akan membayarnya dengan kontan!!"
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Aqiyu
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2022-11-30
1
Tuti Tyastuti
💪💪💪💪
2022-11-14
1
Manggu Manggu
lanjut👍
2022-11-13
1