Pulang kerja, Nayara sengaja menunggu Morgan keluar ruangan pribadinya, lebih sering bertemu menurutnya akan semakin bagus.
Namun, ditunggu tak kunjung terlihat, justru malah Manager Andre yang nongol dari ruangan. lelaki itu sedang bersiap untuk pulang.
"Hai Nay, kamu nggak pulang?" Sapa manager Andre.
"Em, sebentar lagi." Nayara menggigit bibir bawahnya, terlihat berfikir. Sambil bersandar pada dinding, tangannya dilipat dibawah dada.
"Kamu bawa mobil?" tanya Andre. Kalau Nayara naik Angkot Andre tak mau kehilangan kesempatan mengajak Nayara pulang bareng.
"Em, apartemenku dekat, aku lebih suka bawa motor. Lain kali aku akan bawa mobil," jawab Nayara ramah.
"Jangan terlalu sering bawa motor, sayang kulitnya nanti terbakar sinar matahari." Manager Andre menatap Naya dengan jarak sangat dekat, bahkan satu tangannya mengunci tubuhnya.
"Sinar matahari malah bagus bagi kulit di pagi hari. Pak Andre." Nayara tetap berusaha ramah, meski dia mulai tak suka dengan Manager Andre yang terlihat begitu agresif mendekatinya.
"Jaga jarak anda, Pak. kita ini di kantor." Naya mendorong dada bidang lelaki yang usianya sekitar 36 tahun itu.
"Maaf, Ya sudah, aku duluan Nay!" Manager Andre akhirnya pergi duluan.
Naya hanya mengangguk.
Lama ditunggu akhirnya Direktur Morgan keluar, Naya sengaja berjalan pelan menyusuri jalan menuju lift, supaya lelaki itu menyusul langkahnya. Sepatu hak tinggi yang dipakai semakin memperindah langkah kaki jenjangnya.
Hotpants yang dipakai membuat pinggulnya bergerak indah.
Morgan yang terkenal jutek dan dingin, menanggapi keindahan di depannya dengan biasa saja, meski dalam hati mengakui sekretaris barunya sangatlah cantik, tapi dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak tergoda sama siapapun kecuali istrinya.
"Selamat siang pak." Nayara menyapa Morgan kaku. Sepertinya bakat menggoda yang dia pelajari selama ini mendadak menjadi tak berguna.
"Siang, bukankah jam pulang harusnya sudah sejak tadi." Tanyanya sinis.
"Em, masih ada sedikit pekerjaan yang tidak aku pahami, jadi aku sengaja untuk mempelajarinya."
Morgan yakin Nayara pasti menunggunya, karena hal itu sering sekali dilakukan oleh sekretarisnya yang terdahulu. Menggoda dan basa-basi.
Nayara berhenti di depan lift menunggu pintu terbuka, begitu juga dengan Morgan.
Morgan menatap Nayara sebentar, lalu segera berpaling. Lelaki itu terlihat meneguk salivanya meski sudah payah. Morgan tak sengaja melihat dua kancing kemeja Naya yang terbuka, hingga dua bukit ranum nan kencang itu mengintip.
Naya tersenyum dalam hati melihat ekspresi Morgan yang tengah berusaha menolak pesonanya dengan keras.
Sekuat apapun mental lelaki, tak akan tahan dengan pesona Nayara, wanita dengan kulit seputih susu dan mata indah serta bulu mata panjang alami nan lentik itu begitu memikat. Senyumnya bagai bius yang mampu menghilangkan kewarasan kaum Adam dalam sekejap.
Saat keluar dari lift, Naya sengaja keluar lebih dulu dan Morgan di belakang, Nayara keseleo karena berjalan dengan tergesa. "Awww."
"Hey, kamu sengaja melakukan itu semua di depan saya? Kamu ingin menggoda saya ya?"
"Ti-dak, rupanya anda terlalu percaya diri." Nayara meringis kesakitan, karena ini bukan bagian dari rencananya.
"Aww, ini sakit sekali," rintihnya, Nayara memaksa berjalan hingga sedikit pincang.
Morgan menatapnya dengan acuh, sebenarnya ada yang ingin dia lakukan, tapi Morgan khawatir Nayara akan semakin ngelunjak,
Tak tahan dengan rasa sakitnya, Nayara terpaksa duduk sebentar di sebuah kursi dan mengurut kakinya pelan.
Sambil mendesis kecil, Nayara terus mengurut kakinya. Sedangkan Morgan berlalu meninggalkan Nayara sendiri.
'Keterlaluan, dia benar-benar tak punya hati, Bisa bisanya dia sama sekali tak membantuku, atau sekedar bertanya.' batin Nayara, sambil terus mengumpat dalam hati.
Nayara rupanya salah besar, lelaki itu kembali dengan kantong kresek hitam di tangan. Rupanya Morgan baru saja dari klinik perusahaan, meminta salep pada dokter yang berjaga.
Lelaki itu tiba-tiba berjongkok di depan Nayara dan mengambil kaki wanita yang terus menatapnya, mengelus pelan untuk melihat adanya memar. Disentuh oleh lelaki yang baru dikenalnya tiba-tiba darah Nayara berdesir.
Nayara mengutuk dirinya yang bodoh, 'Naya, ingat tujuanmu adalah balas dendam, jadi jangan coba-coba kau menggunakan hati dalam rencana ini. Lelaki di depan sangat mencintai wanita yang kau benci.'
"Tidak seberapa parah, setelah memakai salep ini, sakitnya akan segera reda." Kalimat terpanjang yang di dengar Nayara dan keluar dari mulut si angkuh.
"Morgan sama sekali tak berani menatap ke atas, pandangannya hanya fokus pada persendian kaki Nayara, Nayara juga terlihat tak nyaman, dia sedikit merapatkan kakinya.
Morgan berdiri dari duduknya meletakkan salep di pangkuan Nayara. Tanpa Nayara duga sedikitpun lelaki itu merengkuh tubuhnya dan membawanya ke mobil.
Sepanjang perjalanan menuju mobil, Nayara dan Morgan sama-sama tak mengucapkan sepatah kata pun. Hanya saja Nayara takut terjatuh, dia melingkarkan lengannya di tengkuk Morgan.
"Pak aku bawa motor," ucap Nayara ketika dia melihat Morgan membawa tubuhnya pada sebuah mobil mewah, di dekat mobil itu sudah berdiri sopir pribadi yang sudah siaga.
"Buka pintu!" Perintah Morgan, dengan cepat lelaki itu segera membuka pintu belakang.
Nayara tak bisa menolak, selain pasrah dengan perlakuan Morgan. Tapi dia tentu saja harus memikirkan nasib motor jadul kesayangannya. Kata bibi motor itu dulu dipakai mamanya intuk pergi kuliah.
Seolah bisa membaca apa yang dipikirkan Nayara, Morgan kembali bicara. "Jangan khawatir, sudah aku minta seseorang untuk mengantarkan motor butut itu."
"Pak, bisakah anda tidak menghina. Biar butut yang penting aku suka dan nyaman memakainya.
Nayara lama l-lama kesal didekat lelaki super sombong. Kalau tidak ingat misi, dia pasti tak akan sudi berada pada posisi saat ini.
Hanya lima belas menit, Mobil Morgan sudah sampai di basement apartemen, Nayara segera turun tanpa menunggu Morgan memapahnya.
Tapi lagi-lagi lengan kekar berotot serta berbulu lebat itu merengkuh tubuhnya.
"Turunkan, aku bisa sendiri."
"Kamu yakin?"
"Tentu aku yakin," ujar Nayara ketus.
"Morgan kali ini benar-benar menurunkan tubuh Nayara dan membiarkan gadis itu berjalan pincang.
"Awww." Nayara mendesis.
Morgan ingin melihat sejauh mana Nayara bisa bertahan dan akhirnya hatinya kembali terketuk untuk membantu gadis itu sampai apartement.
"Merepotkan sekali," gumamnya sambil menggendong tubuh Nayara yang terlihat mungil di gendongannya. Nayara kembali melingkarkan tangannya di tengkuk Morgan dan kali ini Nayara mencoba melihat wajah lelaki pemilik aroma tubuh wangi itu.
"Suamimu memang sangat tampan kakak, kau pasti akan menangis darah ketika lelaki ini jatuh ke pelukanku.' batin Nayara hingga menciptakan senyum tipis di bibir nya.
Morgan tak pernah menyangka apartemen hunian Nayara lumayan mewah, dan Nayara juga tinggal sendiri di apartment itu, Nayara juga mempunyai asisten bernama Bi Nunik.
"Tuan, Nona Nayara kenapa?" tanya bibi.
Bibi terlihat panik melihat majikannya yang berada dalam gendongan lelaki yang tak dikenalnya. Apalagi saat menggendong Naya, kancing kemeja lelaki itu terbuka hingga menunjukkan dada bidang yang ditumbuhi bulu halus.
Bibi terpana melihat lelaki yang menggendong Naya, darahnya berdesir melihat lelaki tampan . Bi Nunik memang masih muda, usianya sekitar empat puluh dan dia seorang janda.
"Mas ganteng, pertanyaan saya kok nggak dijawab. Nona Naya kenapa?"
"Dia baik-baik saja, mulai besok suruh dia ganti semua sepatunya, haknya terlalu tinggi dan itu bahaya." ujar Morgan sambil merebahkan tubuh Nayara di sofa.
Naya sengaja tidak langsung melepas tangannya di tengkuk lelaki itu, hingga Morgan menghunuskan tatapan tajam pada Naya. Namun tatapan itu meredup kala melihat dada Naya yang kembang kempis. Membuat dua bukit kembarnya juga ikut naik turun.
Morgan sepertinya harus segera pulang, pusaka miliknya sudah pasti menegang karena lama tak mendapat sentuhan. Nasib baik Briana hari ini janji akan pulang. Ibunya sudah pulih setelah beberapa hari ini kurang enak badan.
"Tuan, anda kenapa buru-buru pulang? Bibi sudah buatkan jahe hangat, biar tubuh tuan tampan makin hangat." Kata bibi sambil berkedip cepat dan berulang kali menyelipkan rambutnya ditelinga.
Morgan bergidik ngeri melihat kelakuan asisten rumah tangga Nayara, tapi bagi gadis itu kelakuan lucu bibi selalu membuatnya bisa tertawa.
Morgan langsung pulang tanpa meninggalkan sepatah katapun untuk Nayara.
"Bibi suka sama dia?" Goda Nayara.
"Non ini gimana, kalau ada lelaki yang mau sama bibi dan tampannya sekelas dia, sampai mati bakal bibi perjuangin.
"Dia Direktur baru Nayara, Bi. Lagipula dia sudah punya istri." jawab Nayara lalu mengambil teh hangat yang tadinya untuk Morgan.
"Daripada diberikan sama si kulkas, mending aku yang minum." Nayara menghabiskan satu gelas wedang jahe.
Demi kesehatannya, Naya tak puas jika harus diam saja, dia segera menghubungi dokter Leo untuk memeriksa kakinya, meski sakitnya memang sudah jauh lebih baik tapi Nayara tidak mau cuek dengan kondisi tubuhnya.
Cantik dan perveck adalah kunci utama untuk memikat hati Morgan supaya jatuh cinta padanya.
Tanpa menunggu waktu lama dokter Arion datang dengan sekoper alat kesehatan diperiksanya kaki Nayara dengan hati-hati setelah gadis itu usai mandi dan ganti baju santai.
"Ini sudah nggak apa-apa Nay, besok kamu sudah bisa kembali bekerja. hanya saja kamu harus pakai sepatu hak yang rendah saja dulu."
Makasi ya Arion, kamu sudah datang cepat.
"Tentu Nay, apalagi untuk kamu." kata Arion sambil menatap Nayara.
Setelah usai diperiksa Arion, Nayara yakin kalau dirinya baik-baik saja, dia tak ragu lagi untuk beraktivitas seperti biasa. Arion adalah dokter ortopedi yang hebat, dia kuliah juga di universitas yang sama dengan Nayara.
Arion adalah salah satu pria yang suka dengan Nayara hanya saja Nayara tidak pernah ingin berpacaran dengan lelaki manapun untuk saat ini dan beberapa tahun ke depan.
"Bi, aku sekarang mau istirahat, tolong jangan biarkan siapapun datang atau mengganggu, dan aku minta bibi untuk tetap hati-hati dalam menerima tamu."
"Iya Nona."
Dalam misi ini, Nayara tetap hati-hati, dia tidak ingin usahanya akan hancur sebelum dimulai. Balas dendam adalah satu-satunya tujuan hidupnya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
devaloka
iya kah, yakin 🤭🤭🤭🤭
2023-09-02
0
devaloka
hahahaha aku kira juga loh, ternyata di luar skenario 🤭
2023-09-02
0
Alisteriiia
Mana tanda kutipnya?
2023-09-01
0