Pasrah

"Tidak! Tidak ada, ya sudah kamu pergi sanq, Aku mau melihat ruangan Bos." Aris pun bergegas masuk ke ruangan Frans, berharap Ia menemukan petunjuk, Ia pun berpikir mungkin saja Frans lupa memakai kalungnya, mengingat semalaman pasangan itu saling melepaskan rindu sehingga pasti lupa segalanya.

"Pasti Bos melepaskannya semalam dan lupa memakainya kembali, Aku harus cari kalung itu, jika tidak Bos tidak akan bisa jadi manusia di siang hari, bagaimana dong!"

Aris terus mencari keberadaan kalung itu di sudut ruangan Frans. Tapi, anehnya Ia tidak bisa menemukannya, sepertinya kalung itu raib entah kemana.

"Ah sialan! Kemana kalung itu, Aku harus melakukan sesuatu." Aris pun segera pergi mencari keberadaan sang Bos yang saat ini sedang berada bersama Lisa di sebuah rumah kecil, Lisa meletakkan tubuh ular itu dengan hati-hati.

"Aku ambilkan minum," seru Lisa kepada sang suami.

Setelah Lisa mengambilkan air untuk Frans, kemudian Ia mulai memberikan obat untuk Frans, luka tusuk dan goresan yang mengenai tubuh Frans, membuat Lisa begitu bersedih. Ia membasuh luka itu sembari menangis tak tega melihat keadaan Frans yang terluka, sesekali Frans merintih kesakitan saat luka itu tersentuh begitu perih.

"Arrrggghhhhh."

"Ah maaf, Mas! Sakit ya? Aku minta maaf, baiklah Aku akan pelan-pelan." Lisa pun dengan telaten mengobati luka pada tubuh suami ularnya itu. Sementara Aris terus mencari keberadaan Bos nya, Ia mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari keberadaan Frans dan Lisa.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Aris menemukan sebuah rumah kecil dipinggiran kota, rumah sederhana itu dihuni oleh seorang wanita yang sedang hamil, benar saja, Aris pun mendatangi rumah itu dan mendapati sang bos yang sedang berada di dalam dengan luka yang cukup parah.

"Bos! Maafkan saya, Bos! Saya datang terlambat, seharusnya kejadian ini tidak boleh terjadi, maafkan saya!" sesal sang asisten sembari menundukkan wajahnya pada ular besar yang dipangku oleh Lisa itu.

"Kamu tidak perlu minta maaf, semua ini sudah takdir, Aku kehilangan kalung itu, tentu saja Aku kehilangan kekuatan ku, Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah, hanya bayi ini harapan ku satu-satunya. Aku minta padamu, jaga selalu istri dan anakku saat mereka diluar, karena Aku tidak bisa melindungi mereka berdua." ucap Frans sembari mendekatkan kepala ularnya pada perut besar sang istri.

"Bos jangan khawatir, saya akan selalu memastikan istri dan anak Bos selalu aman. Tapi, Bos! Bagaimana jadinya jika tidak ada Bos di perusahaan? Siapa yang akan menanganinya?" tanya Aris yang tidak ingin kantor ditinggalkan oleh Frans, tanpa Frans perusahaan akan berantakan.

"Untuk sementara ini, kamu bisa mewakili Aku, bilang saja Aku ke luar negeri, sehingga klien-klien ku tidak berpikir macam-macam."

Mendengar ucapan dari sang Bos, Aris pun berpikir untuk meminta tolong kepada Mbah Brewok, supaya Frans bisa mendapatkan kalung berubah wujud lagi dari Mbah Brewok.

Hari itu juga, Aris mendatangi rumah Mbah Brewok. Di sana Ia menceritakan semuanya kepada Mbah Brewok tentang kejadian yang menimpa Frans.

"Bagaimana bisa kalung itu hilang? Jika kalung itu hilang, maka akibatnya sangat fatal sekali, Aku tidak bisa membantu Frans untuk menjadi manusia normal di siang hari. Karena hanya kalung itu yang bisa membantu Frans, selebihnya hanya menunggu keajaiban tiba, Ia harus bersabar beberapa bulan lagi saat anaknya lahir ke dunia." seru Mbah Brewok.

Seketika Aris lemas, empat bulan lagi Frans harus menunggu untuk kelahiran bayi mereka, sementara di luar sana, orang-orang sekitar sudah membuat Lisa begitu bersedih, ke sana kemari Ia selalu mendapatkan cemoohan, bahkan kabar tentang kehamilan Lisa dengan seekor ular sudah menyebar sampai seantero negeri, berita Lisa hamil dengan ular, viral dijagad maya, dan itu semakin membuat Frans geram dengan pihak-pihak yang membesar-besarkan tentang kehamilan Lisa.