“ Hai. “ sapa Julio.
“ Maaf, saya mau ambil motor saya. Bisa anda menyingkir sedikit ? “ bukannya menjawab sapaan Julio, Andhara mengatakan hal yang lain dengan tidak menoleh sedikitpun ke arah Julio.
“ Tidak mau menjawab sapaan saya ? “ tanya Julio.
Andhara menghela nafas panjang dan kasar. “ Iya, halo. “ ucapnya tapi masih tidak memandang Julio sama sekali. Kini Julio yang menghela nafas kasar mendengar nada bicara Andhara. Gadis dekil, unik, yang telah berhasil menelusup ke relung hatinya yang selalu kosong.
“ Sekarang, bisakah pak dokter geser dulu ? Saya mau mengambil motor saya. “ lanjut Andhara.
“ Bisa kita bicara sebentar, Dhara ? “ tanya Julio penuh ke hati – hatian.
“ Maaf, pak dokter. Saya capek. Pengen cepet pulang. Mau istirahat. “ jawab Andhara. Julio kembali menghela nafas kasar.
“ Apa kamu kurang sehat ? Bagaimana kalau kita ke puskesmas saja ? Atau ke rumah dinas saya ? Saya periksa kamu. “ tanya Julio lagi.
“ Maaf, permisi. “ ucap Andhara tanpa menjawab pertanyaan Julio. Ia sedikit mendorong tubuh Julio hingga mau tidak mau, Julio bergeser.
Setelah Julio bergeser, Andhara segera naik ke atas motornya dan menggeber motor matic kesayangannya meinggalkan Julio yang hanya bisa menatap kepergiannya tanpa tahu harus berbuat apa. Sedangkan Putra, hanya memperhatikan interaksi keduanya dari kejauhan.
.
.
.
Hampir tiga minggu berlalu semenjak kejadian sore hari itu di lapangan sepakbola. Tapi tidak ada perubahan dari Andhara. Ia masih saja menghindar bertemu dengan Julio. Padahal sudah beberapa kali Julio berusaha untuk menemuinya.
Dengan banyak alasan yang membutuhkan pemikirian tentu saja. Mulai dari yang mengadakan pemeriksaan gratis ke rumah – rumah, meskipun yang ia datangi hanya rumah Andhara saja. Cinta memang tidak waras. Sepertinya ungkapan itu sangat benar.
Tapi semua usaha Julio tidak ada yang berhasil. Ia tetap tidak bisa berbincang dengan Andhara. Karena gadis itu begitu lihai untuk menghindar. Sampai pada akhirnya, Julio nekat mencegat Andhara saat pulang sekolah. Kebetulan, siang itu Andhara keluar dari gerbang sekolah belakangan. Ia tidak bersama sahabat – sahabatnya, karena ia harus menerima hukuman dari Bu handari untuk membersihkan kamar mandi sebelum pulang.
“ Andhara… “ panggil Julio dari seberang jalan. Andhara menoleh ke seberang. Ketika ia melihat sosok Julio, baru saja ia mau menggeber motor maticnya, tapi keburu kunci motornya di cabut oleh Julio dari lubangnya. Entah kapan pak dokter itu menyeberang jalan dan mencabut kunci motornya.
“ Pak dokter apa – apaan sih ! Balikin kunci motor Dhara pak. “ pinta Andhara sambil menengadahkan tangan kanannya.
“ Kita bicara dulu sebentar. “ sahut Julio tidak mau kalah.
Andhara memutar bola matanya malas. “ Emang pak dokter mau bicara apa sama saya ? “ tanyanya.
“ Kenapa kamu menghindar dari saya ? “ tanya Julio to the point.
Andhara tersenyum sinis. “ Siapa yang menghindar ya ? Terus kenapa saya harus menghindar dari pak dokter ? “ tanyanya.
Julio meraup udara sebanyak – banyaknya untuk menghadapi Andhara. “ Selama ini kamu selalu menghindari saya. “
“ Ah, itu sih perasaan pak dokter aja. Pak dokter aja yang baperan. “ sahut Andhara santai, tapi tak sesantai degup jantungnya.
“ Kalau kamu memang tidak menghindar dari saya, kenapa setiap saya ingin bicara sama kamu, selalu saja ada alasan yang keluar dari mulut kamu. “ kekeh Julio.
“ Pak dokter, saya tidak ada masalah sama pak dokter. Kita juga sedang tidak dalam hubungan istimewa yang membuat saya menghindari pak dokter karena hubungan kita sedang bermasalah, iya kan ? Berarti ya memang tidak ada apa – apa. “ ucap Andhara.
“ Kunci Dhara bawa sini deh pak dokter. Dhara laper banget ini sumpah. Habis bersihin toilet banyak. Pengen cepet pulang. Kangen sama sambelnya emak yang pedes sepedes mulut netijen. “ lanjutnya.
Julio menghela nafas kasar, lalu menancapkan kembali kunci motor Andhara. Tanpa berpamitan ataupun basa basi, Andhara menghidupkan motornya dan melaju meninggalkan Julio yang masih tetap berdiri di tempatnya tadi.
.
.
.
“ Bunda ? Ayah ? “ sapa Julio saat ia membuka pintu rumahnya, ternyata kedua orang tuanya sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Ia lalu menyalami kedua orang tuanya dan mencium punggung tangan mereka berdua.
“ Kalian mau datang kok nggak kasih kabar dulu ? “ lanjutnya.
Pletak
“ Aww!!” pekik Julio karena dahinya di sentil sang bunda.
“ Dasar anak nakal ! “ cerca sang bunda. “ Lupa kamu, kalau masih punya orang tua ? “ lanjut beliau.
“ Bund, kita masuk dulu. Marah – marahnya di dalam saja. Tidak enak kalau di lihat tetangga. “ ajak sang ayah.
Bu Lestari, bunda Julio menghela nafas kasar, lalu mendorong tubuh sang putra dan beliau masuk ke dalam rumah diikuti oleh suaminya. Julio hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu menutup pintu rumahnya kembali.
“ Kenapa tidak pernah pulang ke rumah ? “ tanya sang bunda. “ Betah , kamu di sini ? Sampai – sampai bunda sama ayah yang harus nyamperin kamu kesini. “
“ Maaf, bund. Pekerjaan Julio di sini banyak dan nggak bisa di tinggal. “ jawab Julio merasa tidak enak. Ia memang anak satu – satunya. Jadi sang bunda selalu memperlakukannya seperti anak kecil.
“ Ck!. Selalu alasan pekerjaan. “ sahut sang bunda. Julio berjalan ke belakang untuk membuatkan minuman untuk kedua orang tuanya.
“ Betah kamu, hidup di desa ? “ tanya sang bunda kembali sambil berkeliling melihat isi rumah Julio.
“ Alhamdulillah, bund. Masyarakat di sini baik – baik. Suasana di sini juga enak. Nggak bising kayak di kota. Udaranya juga masih asri. Belum terkontaminasi sama asap macam – macam. “ jawab Julio. Ia lalu membawa dua cangkir teh hangat ke ruang depan.
“ Makan kamu gimana ? “ tanya bunda kembali sambil membuka kulkas. “ Kulkasnya kok sepi. “ lanjutnya.
“ Jajan, bund. Kadang juga ada warga yang nganterin makanan kesini. “ jawab Julio.
“ Tetep sehat kan makanan kamu ? “ tanya bundanya kembali. Kini beliau sudah bergabung di ruang depan.
“ Sehat dong bund. Bunda nggak lupa kan, kalau anak bunda ini dokter. Tentu saja Julio selalu mengkonsumsi makanan yang sehat. “ jawab Julio.
“ Duduk, bunda. Minum dulu tehnya mumpung masih hangat. Inspeksinya nanti aja di terusin. “ potong sang ayah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SMOGA TU BUNDA GK MAIN JODOHIN LIO SAMA WANITA PILIHAN BUNDANYA
2023-10-23
1
susi 2020
😘😘
2023-08-20
1
susi 2020
🥰🥰
2023-08-20
0