Tak lama, Julio kembali dengan membawa perlengkapan medis yang tadi sempat ia bawa keluar. Ia menaruh tas yang berisi peralatan medisnya di samping kepala Andhara. Lalu ia duduk di sampingnya. Ia memeriksa kaki Andhara dengan menekan pelan kaki Andhara.
“ Apa ini yang sakit ? “ tanya Julio. Andhara menggeleng. “ Apa ini ? “ tanya Julio kembali setelah ia beralih ke tempat lain. Terlihat Andhara meringis saat Julio menoleh ke arahnya. Andhara mengangguk sambil meringis.
Julio memeiksa bagian itu dengan seksama. “ Sepertinya tulangnya agak geser dikit. Nggak sampai patah. Ini di benerin bentar juga baikan. “ ucap Julio.
“ What ? Geser ? “ pekik Andhara. “ Gimana nih pak dokter? Andhara jadi beneran harus gantung sepatu nih? Dhara nggak bisa main sepakbola lagi ? “ rengeknya sambil manyun.
Julio tersenyum sangat tipis hingga tidak ada yang menyadari senyuman itu. Lagian cewek aneh. Bukannya suka ngedance, atau jadi make up artis gitu. Ini malah sukanya sepakbola. Kekeh Julio.
“ Kamu kan cewek. Kenapa mesti suka main sepakbola ? “ tanya Julio.
“ Karena keren. Dhara suka sama sepakbola, karena bapak dulu sering ngajakin Dhara lihatin bapak main sepakbola waktu Dhara masih kecil. Bapak dulu striker handal di Bojong Burut. Sampai akhirnya Tuhan lebih sayang sama bapak ketimbang warga Bojong Burut. Setelah bapak meninggal, Dhara jadi pengen meneruskan cita – cita bapak yang ingin membawa nama tim kesebelasan Bojong Burut ke kancah nasional. “ cerita Andhara sambil menerawang jauh ke masa lalu. Sudut matanya sudah menggenang. Setiap mengingat sang bapak, hati Andhara pasti akan terasa ngilu.
“ Emang bapak kamu sekarang kemana? Kok kamu harus melanjutkan cita – citanya ? “ tanya Julio sambil sibuk menyiapkan peralatan untuk membantunya membenarkan posisi tulang kaki Andhara.
“ Kan tadi saya sudah bilang pak dok. Tuhan lebih menyayangi bapak saya. Bapak saya sudah meninggal dunia lima tahun yang lalu. “ jawab Andhara sendu.
Julio menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh ke arah Andhara. “ Sorry. Saya turut berduka. “ ucapnya.
“ It’s oke, pak dok. “ jawab Andhara sambil menyeka air yang menggenang di pelupuk matanya. Ia tersenyum. “ Pak dok, sakit nggak kalau tulang saya di benerin ? “ tanyanya.
“ Sakit. “ jawab Julio sambil kembali melanjutkan aktivitasnya.
“ Hisss… pak dokter mah sukanya to the poin. Pake basa basi kek. Biar Dhara ayem gitu. Tenang. Nggak takut. Kalau pak dokter sukanya to the poin, mending to the poinnya pas ngungkapin perasaan pak dokter sama Dhara aja deh. “ protes Andhara sambil manyun.
Julio melebarkan senyumannya, tapi tak terlihat oleh Andhara karena ia sedang duduk menghadap menyamping dari Andhara.
Andhara sedikit melongokkan kepalanya untuk melihat apa yang sedang di persiapkan oleh Julio. Matanya seketika membelalak saat ia melihat Julio sedang memegang alat suntik. Julio sedang mengisi alat suntik itu dengan cairan.
“ Pak dokter. Jangan bilang, pak dokter mau masukin tuh jarum suntik yang lancip dan tajam setajam mulut para netizen ke kulit mulus Dhara. “ gidik Andhara.
“ Ini hanya obat bius. Jadi nanti pas saya betulin tulang kamu, kamu nggak terlalu merasa kesakitan. “ ujar Julio.
“ Oh, ya udah kalau gitu, obatnya bawa sini aja. Biar Dhara minum. “ ucap Dhara sambil menyodorkan tangannya meminta botol kecil yang berisi obat bius itu.
Julio mengangkat sebelah alisnya sambil memandang ke arah Andhara. Ada – ada aja nih anak. Obat bius mau di minum. Mana bisa. Kekeh Julio.
“ Obat ini nggak bisa di minum. Obat ini harus di masukin lewat jarum suntik. “
“ No … No … Dhara nggak mau di suntik. Mending Dhara panggil Soni atau Eka aja deh buat tonjok Dhara sampai pingsan. Kalau Dhara pingsan kan jadinya sama tuh kayak di suntik obat bius. “ ide absurd yang keluar dari otak Andhara yang mungkin hanya segede kelereng membuat Julio menggeleng – gelengkan kepalanya.
“ Ada – ada aja kamu. Mending kamu merem sekarang. Biar kaki kamu cepet sembuh. “ ucap Julio sambil berdiri dan menghadapkan jarum suntik itu ke kaki Andhara.
“ Pak dokter jangan macam – macam ya. Nanti Dhara nggak jadi sayang sama pak dokter lho !. “ ancam Andhara sambil menggeser kakinya menjauh dari jangkauan Julio meskipun ia harus meringis kesakitan.
“ Tolong kerjasamanya, nona. “ ucap Julio sambil meraih kaki Andhara.
“ Dokter… Beneran nih. Dhara nggak sedang bercanda. Dhara beneran phobia sama jarum suntik. Jadi dhara minta sama pak dokter yang gantengnya ngalahin Ji Chang Wook artis kesayangan Dhara , jauhin tuh jarum suntik dari Dhara, oke ? “ pinta Dhara dengan wajah yang sudah agak memucat.
“ Nona – “
“ Dhara dokter. Nama saya Andhara. Please jauhin jarum suntik itu dari Dhara sekarang. “ Kini Dhara sudah mengatupkan kedua tangannya untuk meminta. “ Daripada pak dokter yang ganteng nyuntik Dhara, mending pak dokter ajakin Dhara kencan aja deh. Yang lebih asyik. Nyuntik Dhara tuh susah loh pak dok. Kulit Dhara keras kayak kulit badak. Daripada jarum suntiknya pak dokter patah. Kan sayang tuh. “ omongan Dhara sudah mulai melantur karena ia benar – benar ketakutan.
“ Atau mending pak dokter ngajakin Dhara cipo_kan. Belum pernah tuh Dhara ngelakuinnya. Sumpah deh tak_kewer kewer. “ lanjutnya sambil mengangkat kedua jarinya. “ Atau yang lebih enak lagi juga boleh. Pak dokter mau ajakin Dhara bercin_ta, hayuk lah. Dhara juga belum pernah. “ ucapnya semakin tak karuan. Sampai akhirnya dia menyadari kata – katanya yang kelewat batas. Ia menepuk - nepuk mulutnya sendiri sambil bergumam, “ Dasar, mulut lemes. Tiap hari juga ikut berangkat sekolah kok kayak nggak pernah di sekolahin. “
Julio terkekeh dalam hati saat mendengar celotehan Dhara yang kemana – mana. Ingin rasanya ia mengiyakan ajakan gadis lucu dan menggemaskan di hadapannya ini. Entah kenapa, berada di dekat Andhara, Julio merasa dirinya lebih bisa menjadi dirinya sendiri. Sifat kaku dan dinginnya terhadap makhluk yang terkenal dengan perempuan, seolah sirna begitu saja.
“ Eh, pak dokter kalau mau betulin tulang Dhara, sekarang aja deh. Nggak usah pakai bius – biusan segala. “ ucap Andhara.
“ Tapi nanti kamu kesakitan, Dhara. “ sahut Julio.
“ Insyaallah Dhara pasti bisa menahannya, pak dokter. Karena Dhara yakin, kalau sakitnya pasti lebih sakit jika nanti di selingkuhin suami. Atau cinta Dhara di tolak sama pak dokter. “ jawabnya seadanya. Masih sempat – sempatnya anak satu ini menggombal tak jelas.
“ Beneran nih ? “ tanya Julio memastikan sambil mengulum senyumnya mendengar setiap ucapan Andhara. Andhara langsung mengangguk pasti. Julio lalu meletakkan jarum suntik yang sedari tadi ia pegang di atas meja. “ Ya udah, geser kesini. Kalau kamu jauhan gitu, tangan saya nggak nyampe. “ lanjutnya.
Perlahan, Andhara menggeser tubuhnya mendekat ke Julio kembali. Julio duduk di samping kaki Andhara kala Andhara sudah berada dekat dengannya.
“ Jangan di lihat. Jadi nggak makin ngeri. “ ujar Julio sambil mulai memegang kaki Andhara.
“ Tunggu bentar deh pak dok. “ Andhara menghentikan gerakan tangan Julio yang hendak memijat kaki Andhara.
Julio menoleh, “ Ada apa ? “
“ Boleh nggak kalau Dhara sambil meluk pak dok? Biar rasa sakitnya nggak terlalu berasa. “ pinta Andhara.
“ MODUS aja loe Ro !! “ teriak Putra dari luar yang memang sedari tadi teman – temannya itu mendengar semua percakapan Julio dan Andhara.
“ Diem nggak lo pada ! “ balas Andhara.
“ Mau peluk, peluk aja. Asal jangan gigit. “ ucap Julio ringan. Sungguh suatu hal yang wow buat Julio. Jika sampai bundanya maupun teman -temannya tau, ia mengijinkan tubuhnya di peluk oleh seorang perempuan, sudah pasti mereka akan segera menguplod berita besar ini ke kolom Ins_tagram mereka biar viral. Apalagi sang bunda. Beliau pasti akan langsung melamar gadis itu untuk menjadi istri sang putra tunggalnya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
dhara cewek barbar
2023-10-31
1
Sulaiman Efendy
ASTAGA NI DARA,, ASBURD & SOMPLAK BABGET
2023-10-23
0
Yani
Andra ada" aja 🤣🤣🤣
2023-08-08
2