“ Assalamualaikum….. “ sapa Lila and the gank, dengan Soni yang masih membawa Andhara dalam gendongannya.
“ Permisi …. “ sapanya Kembali karena masih belum ada jawaban dari tuan rumah.
“ Coba loe ketuk pintunya. “ usul Soni. “ Bahu gue gempor nih. Ternyata nih si bontot lumayan berat juga. Padahal gue lihat dia Cuma tulang sama kulit. “ keluh Soni.
“ Enak aja loe asal nya_blak. “ protes Andhara sambil mengusap kasar wajah Soni.
“ Kaki gue makin sakit aja nih guyss… “ ringis Andhara.
Tok … Tok …. Tok …. Suara pintu di ketuk dengan lumayan keras.
“ Spada…. Anybody home??? “ teriak Lila.
“ Assalamualaikum… Permisi … Selamat sore … Punteenn …. Spada…. Any body sweety homee…. Halo …. “ teriak Lila dengan suara manisnya sambil menaruh kedua telapak tangannya di depan mulut mirip teropong suara.
Masih belum ada jawaban dari dalam. Tok … Tok … Tok …. Pintu kembali di ketuk dengan lebih intens dan lebih kencang. Siapa lagi pelakunya jika bukan si Eka alias Eko. Sedangkan si Putra malah asyik menghisap rokoknya sambil menyender di dinding.
“ Ooyyy…. Ada orang di rumah nggak sih ini ???!!!! “ teriak Lila yang kini sudah menunjukkan sisi ke bar-barannya. Sudah tidak semanis tadi. “ Temen gue kesakitan nih. “ lanjutnya.
Dor …. Dor … Dor … Ia memukul daun pintu di depannya dengan sangat keras. “ Gue dobrak juga nih pintu. Terus gue telanjangin tuh dokter baru. Baru jadi dokter aja udah kebanyakan gaya. “ omel Lila tiada henti.
“ Loe minggir. Biar gue yang dobrak pintunya. Terus kita mutila_si aja tuh dokternya bareng – bareng. “ sahut Eka sambil menyingkirkan tubuh Lila dari depan pintu.
“ Gue nggak ikutan. “ sahut Putra. “ Kalian pada sadisss bener. “ lanjutnya sambil mengepulkan asap rokoknya ke atas.
“ Sabar, Ko. “ ucap Soni.
Eka, adalah sahabat Andhara. Ia adalah anak dari seorang anggota militer. Jadi, ia menuruni sikap tegas dan juga galak sang ayah. Biarpun perempuan, tapi jika sudah dalam keadaan emosi, maka ia bisa menghancurkan seluruh isi desa. Termasuk lubang semut dan kalajengking sekalian. Widdih, serem bener ya…
Dok … Dok ….
Ceklek
Baru saja daun pintu itu di gedok Lila kembali, pintu itu terbuka dari dalam hingga membuat tangan Lila yang akan menggedor pintu itu kembali melayang bebas di udara. Untung saja sang penghuni rumah gesit memundurkan badannya ke belakang. Jika tidak, sudah di pastikan, mukanya akan memar kena bogeman kepalan tangan Lila.
“ Ada yang bisa saya bantu ? “ tanya Julio setelah ia mengamati beberapa anak remaja yang sedang berdiri di depannya ini.
Bukannya menjawab, Lila, bahkan Eka malah melongo cengo sambil menatap wajah ganteng nan putih laki-laki yang berdiri di ambang pintu. Soni dan Putra menggelengkan kepala mereka setelah melihat ekspresi wajah kedua sahabatnya itu. Sedangkan Andhara, masih menunduk sambil menahan rasa sakit di kakinya.
“ Kita mau ketemu dokter baru yang baru datang dari kota tadi, om. “ ucap Soni buru – buru.
Julio mengernyitkan matanya, “ Saya dokter baru itu. “ jawabnya.
“ Oh… “ tanpa berkata apa – apa, ia langsung membawa Andhara masuk ke dalam rumah. Bahkan ia sedikit menyenggol tubuh Julio agar dokter muda itu tidak menghalangi jalannya.
Julio mengangkat sebelah alisnya, menatap anak remaja itu satu persatu. Lalu tatapannya jatuh pada seseorang yang berada di atas punggung temannya itu. Ia memperhatikan dengan seksama pakaian yang di kenakannya. Lalu melihat pakaian yang di kenakan dua orang anak laki – laki lain yang ada di sana.
‘ Seperti seragam tim sepakbola desa ini tadi. ‘ batin Julio. Lalu matanya melihat nomer punggung yang di kenakan oleh seseorang yang berada dalam gendongan temannya itu.
‘ Nomer 10 ? Anak yang mencetak gol tadi ? ‘ tanyanya dalam hati. ‘ Kenapa dia sampai di gendong begini ? ‘ tanyanya kembali.
“ Pak Dokter, ini teman saya, saya taruh di mana ini ? Sumpah ya dok… Badan saya udah capek banget bantuin teman saya ini bawa beban hidupnya sedari tadi. “ keluh Soni yang langsung di hadiahi toyoran oleh Andhara. Sedangkan keempat sahabatnya yang lain malah tertawa terbahak – bahak. Membuat Julio menggelengkan kepalanya.
“ Taruh aja di sofa situ. “ jawab Julio. “ Kenapa dia ? “ tanyanya sambil berjalan ke belakang untuk mengambil perlengkapan medisnya.
“ Taruh… Taruh … Emangnya gue paketan apa. “ gerutu Andhara.
“ Ha … Ha … Ha … “ keempat anggota gank yang menamai mereka gank Kesatria Power Rangers ini tertawa mendengar gerutuan Andhara.
“ Bukan paketan, Ro. Tapi jemuran. “ seloroh Eka.
Bug
“ Oy… Sakit pe’a. Loe pikir gue beras sekarung, Son. Main lempar aja. Pan_tat gue sakit, njirr. “ omel Andhara karena Soni menurunkannya dengan lumayan asal.
“ Sorry, Ro. Sumpah gue capek banget. Dosa idup loe gue akuin benar – benar besar, Ra. Mangkanya loe berat banget. “ keluh Soni sambil menyeka dahinya seolah ia sedang berkeringat.
“ Ini kenap- “ pertanyaan Julio terhenti saat ia mendongakkan kepalanya dan melihat sosok perempuan manis duduk di atas sofa dengan memakai baju kebesaran tim kesebelasan Bojong Burut. Julio mengernyitkan keningnya.
“ Kecelakaan yang di sengaja, pak dokter. Kaki teman saya di takling lawan yang nggak terima kalau timnya kalah. “ ujar Putra antusias.
Julio berjalan mendekat sambil terus mengamati sosok Andhara yang masih sibuk menunduk sambil meringis memegangi kakinya yang terasa nyeri.
“ Patah deh nih kaki gue sepertinya. Masak iya gue harus gantung sepatu kebanggaan gue di usia gue yang masih sangat muda. “ gumam Andhara yang masih terdengar semua yang ada di situ.
Soni menoyor kepala Andhara. “ Jangan asal kalau ngomong. Patah beneran baru tahu rasa loe. Mulut loe, harimau loe. Loe mau, ucapan loe jadi doa_nya emak loe ? “ sengak Soni yang tidak suka dengan ucapan Andhara.
“ Iya nih anak. Kaki loe tuh Cuma geser doang. Nggak sampai patah. Dasar Anggoro! “ sahut Putra sambil menoyor kepala Andhara juga.
“ Oy !! Pala gue nih. Lama – lama, isi pala gue yang geser. Nggak Cuma kaki gue. Ah! “ protes Andhara sambil mendongakkan kepalanya. Lalu ia mengelus kepalanya yang tertutup topi kesayangannya.
“ Wah… Siapa nih? Cakep bener. Bening . “ ungkap Andhara tanpa rasa malu maupun sungkan sedikitpun. Ia memandang Julio yang menaikkan sebelah alisnya seolah sedang bertanya “ apa “ kepadanya. Andhara menampilkan senyuman terbaiknya ke Julio.
“ Ini tuh dokter baru di kampung kita, Anggorooo…. “ sahut Eka.
“ Andhara nama gue. Jangan suka amnesia deh. “ jawab Andhara sambil mengusap wajah Eka yang ada di sampingnya. Ia bahkan tidak memalingkan wajahnya dari wajah tampan Julio. “ Cantik – cantik gini lo panggil Anggoro. Jatuh lah pamor gue. “ lanjutnya sambil tersenyum manis ke Julio.
Ia melepas topi yang sedari tadi menempel di kepalanya. Hingga rambut yang ia selipkan ke topi lepas tergerai. Menampakkan rambut hitam lebat bak iklan shampo Pen_ten.
Julio sempat terkesiap melihat rambut Andhara tergerai. Jika bisa di jadikan adegan slow motion, maka di mata Julio, sosok Andhara saat ini seperti iklan gadis yang suka nampang di majalah dewasa yang sering ia lihat sampai detail.
Wajah cantik alami pedesaan, yang terlihat putih meski sedikit dekil karena warna kulit wajahnya sedikit berbeda dengan warna kulit tangan juga kakinya. Kulit tangan dan kakinya agak kecoklatan. Mungkin karena terlalu sering kena sinar matahari.
Terlalu banyak berjemur sepertinya nih anak. Batin Julio sambil memindai tubuh Andhara dari ujung kepala ke ujung kaki dengan netra hazelnya.
Jujur, jiwa kelaki - lakian Julio menggeliat hanya dengan melihat tubuh Andhara yang bahkan masih tertutup dengan baju kebesarannya. Tapi tak dapat di pungkiri jika Andhara memang memiliki aura istimewa yang tak terpatahkan dan tak terbantahkan. Julio memang seorang laki - laki usia matang yang mapan dari segi ekonomi. Di usia ke 28 ini ia masih belum memiliki calon pendamping hidup. Ia yang terlalu kaku dan dingin terhadap lawan jenis, membuat para lawan jenisnya mundur alon – alon saat ingin mendekatinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Surtinah Tina
😂😂😂😂😀😀😀. bener bikin sakit perut
2023-08-10
2
Yani
Wah...pak dr terpesona
2023-08-08
1
Bzaa
kesan pertama bgtu menggoda.... ya dok😉
2023-08-06
1