Tenang saja ... Joseph tidak menggigit Ginger sama sekali, melainkan hanya mengendus aroma gadis itu.
Bukankah perbuatan gila kalau dia sendiri yang menghalangi tujuan Ginger bunuh diri, tetapi justru membuat gadis itu jadi mayat hidup sepertinya.
“J–Jo ... lepaskan aku, kumohon ...,” ucap Ginger dengan bibir bergetar.
Bohong jika ia bilang dirinya tak takut dengan bentuk dan rupa Joseph saat ini. Ia masih tampan dan menawan, hanya tidak dengan taring mengilat yang menyembul dari bibirnya.
Ginger tahu sekarang, mengapa lelaki itu begitu pucat seakan tak ada darah yang mengalir di dalam tubuhnya.
“Tidak, tidak ... Ginger. Diam di sini sebentar ... aku hanya ingin ....”
Lelaki itu hanya mengendus, menghidu aroma tubuh Ginger yang begitu harum dan membuat tenggorokannya terasa makin kering.
Namun, Ginger tak tahu siapa lelaki itu. Tak mungkin Joseph Kim idolanya adalah seorang vampir.
Ginger mengangkat satu kaki, lalu menendang perut Joseph hingga terjengkang. Berbarengan dengan terbukanya pintu lift yang seolah memberi kesempatan hidup kedua bagi Ginger.
Bukan kedua, melainkan ketiga. Kemarin Joseph yang menyelamatkannya dari kematian, kini dia yang justru ingin merenggut nyawa Ginger.
Dan lagi, dari mana lelaki, itu tahu namanya? Ia tidak menyadari itu sejak tadi. Meski saat mendapatkan pesan di ponselnya, ia tak berpikir bagaimana mungkin orang-orang itu bisa tahu namanya dengan lengkap dan jelas.
Fix, ia kini sedang berada di dunia lain. Dan apakah ini artinya ia sudah mati?
Ginger berlari sekencang yang ia mampu, kemudian bergegas mencari keberadaan mobilnya yang ia parkir tak jauh dari pintu lift.
Ketemu!
Ia bergegas masuk dan mengemudikannya tanpa menoleh lagi ke belakang. Dan tentu saja tujuannya tak lagi ke apartemen melainkan pulang ke rumah orang tuanya.
Ginger keluar dari mobil dengan perasaan waswas yang masih menyelimuti, tak pedulikan ayah dan ibunya yang keheranan melihat putri tertuanya yang biasanya jarang pulang, kali ini seolah ingat bahwa ia masih memiliki orang tua.
“Hey ... tumben sekali kamu pulang ke rumah. Kirain sudah lupa kalau punya orang tua,” seloroh sang ayah.
“Iya ... mama pikir juga kamu gak akan pulang karena biasanya selalu alasan ada deadline. Kalau hari ini pulang, berarti sudah gak ada deadline-kah, Gin?”
Ginger meneguk air minum di tangannya hingga tandas. Ia kemudian bergabung dengan kedua orang tuanya, duduk di antara ayah dan ibunya.
“Ma, Pa, kalau ada laki-laki yang datang dan tanya apa Gin tinggal di sini, bilang aja gak tahu, ya!” rayunya, yang membuat kedua orang tuanya mengerutkan kening.
“Eh, ada apa? Apa maksud kamu si Ryan?”
“Bukan! Aku sama Ryan sudah putus, jadi jangan ungkit dia lagi.”
Ibu dan ayah Ginger saling berpandangan saat mendengar penuturan anak gadisnya. Tumben sekali Ginger mengatakan itu tidak disertai air mata berderai-derai seperti biasanya. Apakah Ginger sudah mendapat ganti kekasih yang baru?
“Jadi, siapa yang kamu maksud ini, sayang?” desak sang ayah.
“Siapa aja, Pa. Pokoknya gitu. Aku masuk dulu.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Kamu nekat sekali, Jo. Bagaimana kalau gadis itu menyadari kalau kamu memang gak sama seperti dia, lalu menyebarkan ke semua orang? Bisa habis kita!” omel Alana, tak menyangka bosnya melakukan hal yang gegabah hanya karena tak tahan dengan bau darah.
Bukan sembarang darah. Joseph tak pernah menghisap manusia secara langsung karena hal itu tak diperbolehkan dalam klannya. Mereka hanya boleh menghisap dan merubah manusia menjadi vampir dalam kondisi tertentu.
“Ada apa denganmu, Jo?” lanjutnya.
“Ada yang aneh, pastinya. Kamu tahu sendiri aku gak pernah melakukan itu, kan? Dan ... mungkin aku harus menemui Gabriella untuk memeriksakan diri,” jawabnya.
“Ya, itu benar. Aku akan hubungi Gabriella supaya dia menyediakan waktu buat kamu. Kapan?”
“Hari ini, tapi nanti. Ada hal lain yang harus aku lakukan.”
Mendengar perkataan Joseph, Alana tahu ke mana arah pembicaraannya.
“Jo, jangan mengambil risiko, lah! Bagaimana kalau Ginger ketakutan? Kita gak boleh membuat manusia ketakutan. Kita bukan hantu. Jangan sampai Alucard tahu kalau kamu sudah membuat anak manusia sampai merasa dalam teror!” Alana memperingatkan.
“Tenang aja. Itu jadi urusanku. Aku pergi dulu.”
“Hey, Jo!”
“Ya?”
“Kalau kamu berhasil sama dia, jangan lupa pakai pengaman,” kekeh Alana yang dibalas cebikan oleh lelaki yang kemudian menghilang bagaikan asap yang tertiup angin.
Dan seperti dugaan Alana, Joseph mampir ke apartemen Ginger demi menemui gadis itu. Untuk apa? Ia sendiri tak tahu alasannya. Mungkin sekadar melepas rindu, karena itu yang ia lakukan beberapa hari terakhir.
Tepatnya sejak ia bertemu dengan gadis itu di jembatan.
“Ginger,” panggilnya, berusaha agar suaranya tetap pelan tetapi tidak terdengar menyeramkan. Ia ingat pesan Alana, tak mungkin dia akan begitu saja mengabaikan peringatan itu, karena risikonya sangat besar.
Ia memanggil lagi. Namun, tak ada jawaban.
Akhirnya seperti yang biasa ia lakukan, masuk ke kamar gadis itu. Sayangnya, tak menemukan siapa pun di sana.
“Sialan!” umpat lelaki itu, kemudian menghilang dari tempat itu menuju ke tempat Gabriella Avery, seorang dokter yang merupakan vampir seperti dirinya.
Gabriella memandangi Joseph cukup lama. Tak ada keanehan yang tampak pada diri lelaki itu, kecuali satu hal. Gabriella sendiri sedang memastikan apa yang menyebabkan Joseph begitu bernafsu pada gadis itu.
“Apa kamu pernah bertemu gadis itu sebelumnya?” tanya Gabriella yang hanya memastikan dugaannya.
“Ya, beberapa kali," jawabnya.
"Apakah itu kebetulan, atau memang kamu sengaja?”
Saat pertanyaan Gabriella berubah menjadi sebuah interogasi, Joseph bangkit.
“Aku kemari untuk diperiksa, bukan ditanyai seperti penjahat, Gabby. Bilang saja, aku ini kenapa.”
Gabriella kembali memeriksa sekujur tubuh lelaki itu, aneh tetapi tidak ada yang berbeda, semua tetap sama. Gabriella pun ragu harus memberikan diagnosa seperti apa, karena yang dirasakan dan dialami oleh Joseph bukanlah penyakit, melainkan sesuatu hal lain yang memang cukup mengganggu pada mulanya.
“Apa kamu akan diam seperti itu terus?” ketus Joseph, melirik ke arah Gabriella yang hanya memandangi lelaki itu beberapa lama.
“Enggak, aku cuma mau memastikan kalau dugaanku ini benar. Tapi ... masak iya? Aku sedikit ragu kalau mengingat bagaimana Joseph Kim yang aku kenal.”
“Memangnya bagaimana aku yang kamu kenal?”
“Laki-laki yang dingin—“
“Wajar saja, karena aku vampir.”
Gabriella memutar bola mata karena lelaki itu memotong kalimatnya.
“Gak tertarik dengan perempuan mana pun—“
“Bukan gak tertarik, hanya belum menemukan yang bisa membuat aku jatuh cinta.”
“Nah! Itu dia jawabannya.”
“Apa?”
“Itu ... kamu gak sakit. Kamu sehat bahkan sangat sehat hingga bisa menghabiskan berkantung-kantung darah.” Gabriella merebahkan pantat di atas meja, menghadap lelaki yang menyimak perkataannya dengan saksama.
“Kamu cuma ... jatuh cinta. Iya, kamu sedang jatuh cinta pada gadis itu, Jo.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
💜Marlin🍒
Aku tertarik sih tapi baca ku dikit", jd kemungkinan besok lg aku dtg udh masuk favorit aku kok, jd kl up aku pasti dpt notif, semangat terus 😘😘😘
2022-11-30
1
💜Marlin🍒
tak pikir ibu nya punya ayan🤭
2022-11-30
0