Kisah Cinta Twins V
Varo duduk di tempatnya dengan buku yang selalu dia bawa. Berbeda dengan Varo, saudara kembarnya yang tak lain adalah Vero. Baru saja sampai di sekolah dia sudah bermain dengan bola basket kesayangannya. Mereka memang kembar, namun sifat dan keahlian mereka berbeda. Alvaro Putra Adhitama atau yang biasa di panggil Varo, dia lebih unggul di bidang akademik. Sedangkan Alvero Putra Adhitama atau yang biasa di panggil Vero, dia lebih unggul di bidang non alademik, lebih tepatnya basket.
Meskipun demikian, bukan berarti Varo tidak bisa bermain basket dan Vero bodoh. Permainan basket Varo juga jago, namun tak sejago Vero. Begitu pula sebaliknya, Vero bukan berarti bodoh dalam pelajaran, namun dia tetap kalah bersaing dengan Varo. Namun itu bukan masalah buat mereka berdua. Mereka tetap saling suport satu sama lain.
"Vero mana?"tanya Darrel.
"Lapangan"jawab Varo singkat. Darrel hanya mengangguk mengiyakan. Dia memang sudah terbiasa dengan sikap dingin Varo. Apalagi yang hanya bicara seperlunya saja. Ahh, sangat berbeda dengan Vero yang sangat cerewet, pikir Darrel.
Darrel berteman dengan si kembar sudah sejak kelas VII. Mereka satu sekolah waktu itu, bahkan satu kelas. Dan hingga sekarang mereka terus bersama.
"Selamat pagi epribadii"ucap Vero saat masuk kedalam kelas.
"Darimana aja lo?"tanya Darrel.
"Biasa, mengasah kemampuan"jawab Vero santai. Darrel hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Var, udahan ngapa bacanya, lo nggak bosen apa tiap hari baca buku"ucap Vero sambil menatap kembarannya. Varo hanya diam tak menanggapi. Vero yang kesal karena tak mendapat tanggapan menarik buku yang dibaca Varo. Varo mendelik menatap tajam pada Vero.
"Balikin"ucap Varo dingin.
"Gue pinjem bentar"ucap Vero santai. Vero memasukan buku itu kedalam laci mejanya. Varo yang geram langsung mengambil bukunya dengan mudah karena memang mereka satu bangku.
"Ahh elahh, nggak asik lo Var"gerutu Vero.
"Mending lo nggak usah gangguin Varo dehh"sahut Darrel.
"Tu, mending lo urusin mak lampir"lanjut Darrel menunjuk kearah pintu. Vero mengikuti arah yang di tuju Darrel. Dia melihat Della berjalan menghampiri mejanya.
"Pagi Varo"sapanya.
"Pagi Della"bukan Varo yang menyaut, namun Vero. Varo malah tak mengidahkan sapaan Della. Dia tetap fokus pada buku bacaannya.
"Ishh, gue nyapa Varo ya, bukan lo"sinis Della.
"Apa bedanya gue sama Varo mak lampir. Gue kembarannya dia, kita sama aja"ucap Vero. Della hanya melirik Vero sekilas dan beralih pada Varo.
"Varo, aku bawain kamu bekal di makan ya"ucap Della meletakkan bekal berwarna biru depan Varo.
"Makasih ya Dell, ntar pasti gue makan"sahut Vero tersenyum manis.
"Gue bawaain buat Varo ya"kesal Della.
"Kan udah gue bilang, gue sama Varo tu kembar, jadi sama aja"jawab Vero.
"Mending lo balik dehh ke tempat asal lo, berisik tau nggak"lanjut Vero mengusik. Della hanya berdecak kesal dan segera pergi.
Memang seperti itulah kebiasaan Della. Dia selalu mempepet Varo berharap mendapat perhatian. Namun selama 2 tahun dia berusaha, nihil. Dia tak pernah sekalipun mendapat perhatian Varo. Varo selalu megabaikannya dan Verolah yang akan menanggapai meskipun terkadang dengan sedikit hinaan.
.
.
.
Seorang gadis cantik baru saja tiba disekolah dengan di antarkan oleh supir. Dia berjalan melewati lapangan yang tak begitu rame. Rambut yang ia biarkan tergerai bergerak melambai seirama dengan angin yang berhembus. Aira Ardan, putri semata wayang Rumi yang tak lain adalah pembatu di rumah Kevin dan Keira.
"Aira"panggil Putri teman Aira. Aira menoleh kebelakang dimana Putri berlari menghampirinya.
"Baru sampe?"tanya Aira.
"Iya, nyari angkot susah, penuh terus"ucap Putri kesal.
"Ya udah yuk ke kelas, bentar lagi bel"ajak Aira. Mereka pun berjalan berdampingan menuju kelas mereka.
"Pagi Aira"sapa Vero saat melihat Aira masuk kekelas. Mendengar nama Aira, Varo melirik sekilas dengan ujung matanya. Sedangkan Aira hanya tersenyum sekilas pada Vero.
"Ra, kalau berangkat tu barengan aja, nggak usah minta anter sopir"ucap Vero pada Aira yang duduk di depannya.
"Maaf Ver, aku nggak enak sama ibuk"jawab Aira.
"Aishh, udah dibilangin ngga apa apa juga"kesal Vero. Vero yang terang terangan menaruh hati pada anak pembantunya itu memang selalu berusaha mendekati Aira. Namun sepertinya Aira sadar diri. Dia bisa satu sekolah dengan Varo dan Vero pun itu karena Kevin yang membiayainya. Bahkan dia berangkat di antar sopir pun juga atas perintah Kevin. Padahal Aira sudah berulang kali menolak, namun Kevin tetap memaksa.
Obrolan para siswa terhenti tatkala suara bel menggema menandakan sudah saatnya belajar dengan guru yang sebentar lagi pasti akan masuk ke kelas masing masing.
.
.
.
"Put, kantin yuk"ajak Aira.
"Aku bawa bekal Ra"tolak Putri.
"Yahh"sahut Aira memelas.
"Makan di kantin aja ya bekalnya"bujuk Aira. Akhirnya Putri mengangguk. Mengiyakan ajakan temannya itu. Putri memang bukan dari kalangan orang berada. Bapaknya bekerja sebagai tukang ojek, sedangkan ibunya sebagai tukang buruh cuci. Dia bisa sekolah karena beasiswa. Putri tergolong siswa yang pandai, jadi dia dengan mudah masuk ke sekolah elite dengan beasiswa.
"Aku pesan dulu ya Put"pamit Aira. Putri mengangguk. Sedangkan Aira bergegas pergi ke stand bakso yang ada di kantin. Dia memesan 1 porsi bakso dan 2 es jeruk, 1 untuknya dan 1 lagi untuk Putri.
Aira kembali menghampiri Putri dengan nampan di tangannya.
"Nih, buat lo"ucap Aira menyodorkan es jeruk pada Putri.
"Apaan sihh, kan aku udah bawa air"ucap Putri.
"Nggak apa apa, gue traktir"ucap Aira. Seperti itulah Aira, dia sering mentraktir Putri meskipun hanya segelas es.
"Emang uang saku lo banyak ya Ra?"tanya Putri polos.
"Nggak kok, tapi bisa lah kalo cuma traktir lo es jeruk doang"ucap Aira terkekeh. Aira dan Putri kembali melanjutkan makan mereka.
"Hallo Aira, boleh gabung nggak, penuh semua nihh"ucap Vero. Aira mengedarkan padangannya dan benar saja, semua bangku sudah penuh.
"Silahkan"ucap Aira. Dengan senyum yang mengembang Vero duduk di sebelah kiri Aira dan Varo di sebelah kanan Aira. Jadilah Aira di apit oleh si kembar. Sedangkan Darrel duduk di sebelah Putri, bersebrangan dengan Varo.
Mereka melanjutkan makan dengan diam. Aira melirik kesisi kanannya. Dia melihat Varo yang hanya diam membaca buku.
"Varo nggak makan?"tanya Aira. Begitulah Aira memanggil Varo dan Vero. Meskipun mereka majikannya, dia meanggil dengan nama saja. Namun itu karena permintaan Varo dan Vero sendiri.
"Nggak"jawab Varo tanpa mengalihkan pandangannya. Aira menghembuskan nafasnya. Dengan segera dia beranjak dari duduknya dan pergi membeli roti dan air mineral.
"Makan Var, biar maagnya nggak kambuh"ucap Aira menyodorkan roti dan air mineral. Varo mendongak melihat Aira namun dia tak mengambil roti pemberiaannya. Varo malah kembali fokus pada bukunya.
"Mau aku telfonin ibuk, aku bilang kalo Varo nggak mau makan"ancam Aira. Aira tau betul kalau Varo memiliki penyakit maag. Jadi sebisa mungkin dia mengingatkan sang majikan saat di sekolah seperti ini.
Dengan terpaksa Varo mengambil roti dan air mineral yang dibelikan Aira dan segera memakannya. Semua yang ada di sana tak heran lagi dengan apa yang dilakukan Aira. Karena memang seperti itu Aira memperlakukan Varo jika melewatkan makannya.
Aira tersenyum saat Varo makan rpti pemberiannya. Namun tak jauh dari meja mereka seorang gadis terlihat menatap tajam Aira dengan tangan mengepal.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Riska Desi
ada lnjutanx ternyata,bhs baca cerita bonyokx sekarang ank2x.jadi suka deh
2023-06-07
0
Tatik Ajach
tiap hari up dunk thorr...
2022-11-15
0
¸.•♥•.¸¸.••[SKY]•♥•.¸¸.•♥•🎤🎧
akademik thorr
2022-11-04
0