Vita dan Dika obrolan yang cukup menyenangkan, membuat Vita tidak terlalu kesepian.
Dia mencoba untuk biasa saja ketika mendengar bahwa Jo bukan seorang anak kecil lagi yang mengenalnya, Jo adalah pemuda yang memiliki kehidupan lain.
Vita mencoba untuk tetap menjadi dirinya sendiri dan fokus.
.
.
.
Sore hari harinya ...
"Vita, sudah petang, apakah kau tidak mau pulang?" tanya Dika.
"Aku pulang? bukannya mes ada di belakang restoran alumni?"
"Oh iya, haha ... aku lupa jika kita sudah ada di kota besar."
"Astaga Dika. Kau harus banyak minum air putih, kau tetap fokus."
"Iya, aku terlalu memperhatikan kecantikan mu."
"Apa?"
"Tidak ada, nyamuknya sangat mengganggu."
Dika senyum-senyum seperti orang yang tidak berdosa, membuat Vita geleng-geleng kepala.
"Vita!" panggil seseorang dari arah belakang.
Vita menoleh dan cukup bahagia mendapati Robert di sana.
"Kak Robert?"
Robert perjalanan menuju meja Vita dan Dika
"Kau sudah ada di sini dan tidak ada yang memberitahu aku?" ucap Robert.
"Haha maaf kak, aku sedang asyik ngobrol bersama Dika."
"Anak ini lagi, kenapa dia selalu ada ya?" ledek Robert.
"Haha, aku memang selalu ada untuk mengganggumu Kak."
"Ya, tahu kau adalah hantu usil."
"Jangan seperti itu padaku nanti kau rindu."
"Aku rindu traktiran saja."
"Hm, mulai ahli kuliner."
Ketiga orang yang saling mengenal itu tertawa bersama, Robert menceritakan satu hal mengenai pemuda yang mirip dengan Jo.
"Vita, maaf sebelumnya, dulu kau pernah memiliki seorang teman bernama Jonathan?" tanya Robert.
"Iya, kenapa Kak?" jawab Vita.
Dia sudah paham akan ini, dia berusaha untuk menerimanya.
"Ada orang datang kemari, dia seperti Jonathan yang kau maksud, tetapi tidak mengenal siapapun yang ada di tempat ini. Padahal sebagian besar, di sini dari kota kecil kita, pasti wajah Jo, tidak jauh berbeda dari waktu kecil. Aku juga mengira dia Jo, meski aku tidak kenal jelas, tapi Dewa, tetanggamu itu mengatakan jika pemuda itu mirip dengan Jo."
"Dewa mantan tetangga, dia itu genit."
"Haha, memang, dia pindah rumah karena kau suka mengomel."
"Iya, aku memang seperti itu."
Robert menatap wajah Vita yang terlihat tidak baik-baik saja.
"Vita, kau baik-baik saja kan?" tanya Robert berhati-hati.
"Haha, aku baik Kak. Oh ya besok aku jadi mahasiswi baru ya, keren aku ya Kak."
Vita tetap menutupi semua perasaannya, dia tak akan memberikan fakta yang sebenarnya mengenai rasa sakitnya jika memang Jo lupa akan semuanya.
"Iya aku tahu kau sakit hati kan? jangan sembunyikan itu," pinta Robert.
"Haha, aku lebih baik makan saja Kak, ada sosis goreng tidak? aku mau dong."
"Ada, tunggu sebentar, aku akan menggorengnya khusus untukmu."
Robert beranjak dari tempat itu dan menuju dapur.
Dia sebenarnya merasa sedih untuk Vita, tapi dia baru saja mengenal gadis itu, rasanya cukup aneh jika dia sok perhatian.
Jadi yang bisa dia lakukan adalah menggoreng sosis untuk gadis itu.
Sedangkan Dika, mencoba menelisik lebih dalam perasaan Vita.
"Vit, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Dika.
"Ya, tanya apa Dik?" jawab Vita sambil membalas pesan di ponselnya.
"Apakah kau suka dengan Jonathan?"
"Pertanyaan macam apa itu? aku saja tidak pernah bertemu dengannya, bagaimana bisa menyukai?"
"Aku merasa kau menyukainya?"
"Hanya perasaanmu saja mungkin, bentar ya aku terima telepon dari ibuku dulu."
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments