Teringat sesuatu.

Satu jam sudah keduanya ada di dalam kamar dan mampu menghitung banyaknya uang yang di simpan oleh Jo di dalam celengannya.

"Jo, jumlahnya ada lima puluh juta, banyak sekali nominalnya," ucap Reza.

"Ini semua untukmu, pakai untuk biaya pendidikan. Aku tidak mempermasalahkan kau menggunakan uangku. Sebenarnya aku sangat ingin kau menggantikan posisiku sebagai seorang murid berprestasi yang berkuliah di tempat paling bagus di kota ini, tetapi nyatanya semuanya tidak bisa diubah dengan mudah. Aku berharap dengan bantuan yang berikan, kau akan menjadi orang yang lebih berguna dan cerdas saat berkuliah di tempatku juga," jelas Jo.'

Dia memang sangat baik, kehidupan yang sangat mapan dan matang, membuat hidup Jo sangat penuh dengan gemilang harta yang tidak ada putusnya. Sampai sang ayah yang memilliki banyak aset, menjualnya untuk menjadikan uang cash. Uang itu nantinya diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Ayahnya sering memberikan kepada yayasan atau sekolah yang masih butuh biaya lebih untuk buku atau sarana prasarana lainnya.

Keluarga Jo memang terkenal dermawan.

"Aku tidak bisa menerima semua ini Jo, kau dan keluargamu sudah terlalu baik padaku."

Reza memang tahu diri dan tidak mau mendapatkan bantuan itu lagi, tapi kali ini Jo memaksa.

Reza tidak mau dan akhirnya Jo merasa ingin mual dan pusing.

"Kenapa Jo?" ucap Reza panik.

"Kau harus menerima apa yang aku berikan, jika tidak aku akan merasa pusing serta menderita," jelas Jo dengan tatapan yang menggelikan.

"Astaga! dasar orang ini!" jawab Reza.

"Aku tidak akan menjadikan bantuan yang aku berikan adalah hutang. Kita adalah satu grup dan banyak hal yang sudah kita lakukan bersama. Apa kau lupa jika selama aku sakit. Kau yang selalu memberikan ringkasan pelajaran, aku sampai tidak bisa berkata-kata. Kau sangat membuatku berguna Za."

Sang majikan sangat berterima kasih dengan Reza.

Seorang anak asisten rumah tangga yang sangat berjasa tetapi tidak sombong dan masih tahu diri.

"Memang sudah kewajiban aku membantu dirimu, kau sangat baik padaku selama ini. Kedua orang tuamu juga membiarkan aku tinggal di rumah mewah ini."

Reza merasa berterima kasih kepada Jo yang sangat baik padanya.

Saat Reza menerima uang itu, Jo teringat akan sesuatu dan merasa pusing.

Reza segera menolong sang majikan dan memberikan obat pereda sakit kepala.

Beberapa menit kemudian sang majikan merasa lebih baik.

"Kenapa Jo?'

"Aku tiba-tiba teringat akan sesuatu."

"Apa?"

"Sosok gadis yang sering muncul di dalam mimpiku, dia sangat mengusik. Aku bahkan tidak tahu jika ada gadis seperti itu di dunia ini, mau menunggu kehadiran orang yang telah lama pergi. Aku bertemu dengannya dan dia menangis di pelukanku."

Reza mulai panik, dia tidak akan memberikan bocoran apapun mengenai gadis itu.

"itu mungkin kekasihmu, dia akan segera pulang kau sangat senang. Hampir gila," jelas Reza.

"Bukan Za."

"Jangan memikirkan itu lagi. Lebih baik kau segera beristirahat lagi saja. Aku masih harus membersihkan kolam renang. Aku takut jika nyonya akan marah."

"Oke, maaf ya. Aku sudah merepotkan."

"Tidak ada hal seperti itu. Kau jadilah orang yang tegar dan tangguh, aku selalu mendukungmu sobat!"

"Terima kasih ya Za."

Reza tersenyum dan berpamitan dengan sang majikan.

...

Langkah kaki Reza sangatlah pelan, dia membawa uang lima puluh juta di dalam sebuah plastik. Untung saja tidak ada yang melihat, dia berniat menyimpannya di kamar.

Perlahan tapi pasti, dia turun dari lantai dua dan berjalan menuju kamar yang ada di ruangan khusus asisten rumah tangga, tepatnya ada di taman belakang.

Kamar Reza ...

"Huft, aku belum pernah memegang uang sebanyak ini," ucap Reza sambil menyimpan uang itu di dalam lemari bajunya.

Reza menyimpannya dengan teliti dan rapat.

Setelah itu, Reza duduk di kursi yang tersedia di kamarnya, dia mengingat kata-kata nyonya besarnya.

"Za, aku sudah paham dengan apapun yang membuat Jo selalu teringat akan gadis itu. Gadis yang akan membuat Jo dalam kemunduran. Aku paham jika hanya gadis itu yang sangat di sukai oleh Jo. Maka dari itu, saat dia mengalami amnesia, aku merasa senang. Tanpa perlu memisahkan kedua bocah itu, aku bisa mengendalikan Jo."

Reza kadang merasa bersalah atas apa yang dia lakukan, dia seperti seorang sahabat yang tidak berguna.

"Jo, maafkan aku. Semua ini demi kebahagiaanmu. Ibumu hanya ingin yang terbaik untukmu."

Reza beranjak dari kursi itu dan perlahan keluar dari kamarnya.

Dia ingin melaksanakan tugasnya.

...

Di kota kecil itu ...

Vita cukup senang dengan pengalaman hari ini, dia mulai bertanya kepada kakak kelas yang sudah berkuliah di kampus top di luar kota.

Namanya Robert.

"Kak, aku harus menyiapkan uang makan berapa ya tiap bulannya? Ibaratnya aku hidup di sana, biaya yang harus aku siapkan berapa?" tanya Vita sesaat setelah pulang dari sekolah.

Dia mencari kontak kakak kelas lewat beberapa teman dan ketemu satu yang berkuliah di kota itu.

"Kau siapa?"

"Aku Vita Kak, adik kelasmu di SMA."

"Temannya Ekha? si jago makan?"

"Iya kak."

"Kau mau kuliah di kampusku?"

"Iya kak, aku ingin sekali, kebetulan aku dapat beasiswa, tetapi tidak tahu berapa biaya hidup di sana."

"Tiap bulan kau akan menghabiskan paling sedikit lima juta perbulan. Ini adalah yang paling minim. Kau bisa bekerja di tempatku sebagai pelayan restoran. Kebetulan aku dan alumni lain membuat sebuah restoran kecil-kecilan untuk para alumni yang tidak bisa mencukupi kebutuhan selama kuliah."

"Kak, kau sangat baik. Aku mau."

"Oke, kau bisa datang setelah urusan di sana selesai. Aku akan kirimkan alamatnya nanti, di restoran para alumni yang di pimpin olehku, ada mes juga. Kau bisa tinggal di sana."

"Terima kasih kak atas semuanya, atas informasinya."

"Ya sama-sama."

Panggilan telepon usai. Kini sang gadis merasa tenang, karena setelah ini pasti ada hal yang sangat luar biasa.

"Aku akan bertemu dengan Jo dan mengatakan bahwa aku suka padanya, sayang padanya, tidak bisa jika jauh darinya. Aku sangat senang! astaga!"

Sang gadis berjingkrak seperti orang tidak waras.

"Yes! Yes!"

Dia sangat bahagia dan tanpa sadar membuatnya terjatuh dari ranjang, bukannya merasa sakit.

Dia justru tertawa.

"Haha, rasanya lecet tidak sakit. Ini baru pertama kali, aku terluka dan tidak ada rasa sakit."

Sang gadis melanjutkan tariannya, tarian kebahagiaan yang akan membawanya menuju Jo, si teman paling ingin dia temui.

Teman yang sangat berarti, teman penuh kenangan.

"Jo! Aku datang! tunggu aku!" ucap sang gadis dengan bahagia.

*****

Terpopuler

Comments

Kaila NaililUzma

Kaila NaililUzma

sabar ya vita justru setelah ketmu jo malah ga kenal kamu😭😭😭 next 💪💪💪

2022-11-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!