Sesampainya di sekolah ...
Sang gadis yang terlambat datang, terlihat santai saja. Dia memarkirkan motor maticnya di tempat parkir.
Ada beberapa murid yang sudah mulai keluar dari gerbang sekolah, mereka akan konvoi sepertinya.
"Masa muda yang tidak bisa di ulang lagi, semuanya berjalan dengan sangat lancar. Namun, pada akhirnya kita semua akan segera berpisah," ucap sang gadis yang perlahan turun dari motornya dan berjalan menuju kelas.
Di sana sudah banyak sekali orang yang berkumpul merayakan kelulusan.
Ada yang corat-coret baju, ada yang saling lempar balon air berisi pewarna, semuanya sangat ramai dan tidak bisa dikendalikan.
Saat sang gadis masuk ke dalam kelas, semua murid memberikan sambutan selamat karena Vita menjadi murid terbaik serta lulusan terbaik.
"Vita!!! Selamat ya?" ucap semua teman sekelas serentak.
"Terima kasih teman-teman, maaf aku terlambat," jawab Vita dengan santainya.
Dia duduk di kursinya yang berada tepat di depan meja guru.
"Vit, kau mau meneruskan kuliah dimana?" tanya Ramon, teman sekelas yang menjadi orang paling perhatian, agaknya Ramon memiliki perasaan terhadap sang gadis.
Tetapi sang gadis tidak peka.
Vita terlalu fokus dengan seorang Jo.
"Aku? aku ingin ke kota X."
"Sama dong. Aku juga akan sekolah di kampus itu."
Ramon hanya basa-basi, sebenarnya dia ingin mengikuti sang gadis.
"Kau juga mau kuliah di sana?" tanya Ramon dengan perasaan yang membuncah.
Dia sudah menyukai sang gadis lebih dari tiga tahun lamanya, sejak ada Jo di sisi Vita.
Waktu itu Vita sangat menutup diri, hingga beranjak SMA, gadis itu sudah bisa bergaul dan menyikapi kepergian Jo.
Alhasil, ada salah satu temannya merasa kagum dengan sosok Vita, salah satunya adalah Ramon.
Vita merasa tidak nyaman saat Ramon tak kunjung pergi darinya, ini hari kelulusan. Semua murid sedang berbahagia.
Vita segera memeriahkan dengan mentraktir teman sekelasnya di kantin.
Tiga puluh delapan murid sangat antusias.
Mereka segera keluar dari kelas dan berlari menuju kantin.
Vita merasa senang dengan situasi ini, hanya saja masih sangat hampa karena Jo tidak ada di sana.
Kantin sekolah ...
"Bu, dua mangkuk bakso," ucap seorang murid bernama Ekha, sang jago makan dari kelasnya si Vita.
Ekha bisa menghabiskan dua mangkuk bakso hanya dalam hitungan menit saja.
Vita memang suka memberikan traktiran kepada teman-temannya saat sang ayah gajian lebih, dia menodong sang ayah agar memberinya uang untuk mengajak teman-temannya makan bakso atau paling tidak bakmi dan beberapa jajanan lain yang terjangkau harganya.
Vita mencoba memberikan yang terbaik kepada teman-temannya karena semuanya akan menjadi kenangan setelah lulus nantinya.
Sang gadis termasuk orang yang akan memberikan satu hal yang terbaik bagi semua orang yang dekat dengannya.
...
Di kota X ...
"Selamat Jo, kau sudah lulus dan nilainya sangat bagus. Kau juara kelas dan terbaik di sekolah ini," ucap sang guru yang selama ini membimbing Jo dan para murid agar bisa menjadi generasi penerus bangsa yang berprestasi dan akal budi yang luhur.
"Terima kasih bu, aku tidak akan menjadi seperti ini jika bukan jasa ibu dan semua orang yang mendukungku, termasuk teman-teman, dan kedua orang tuaku, untuk itu. Sebagai ucapan terima kasih, aku ingin memberikan satu hal yang sangat penting. Segera pergi ke kantin, borong makanannya. Aku yang akan membayar."
"Hore! hidup Jonathan!"
Semua teman mengelukan nama Jo karena pemuda itu memang sangat baik dan tidak pernah pelit terhadap siapapun.
Jo yang berjalan bersama teman-temannya, tiba-tiba saja didekati oleh seorang gadis yang selama ini memendam rasa padanya. Nama gadis itu adalah Rahma.
"Jo, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu," ucap Rahma.
"Oh ya, ada apa Rahma?" tanya Jo ramah.
Senyumnya sangat manis dan penuh dengan pesona, tak ayal membuat para gadis tergila-gila padanya, terutama adalah Rahma.
Gadis ini sudah menyukai Jo sejak masih berada di bangku SMP, hanya saja tidak berani mengatakan apapun.
Dia takut di tolak.
Kini gadis itu memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.
"Jo, aku suka denganmu," ucap Rahma malu-malu.
Jo dengan senyum yang mengembang, lalu berkata," Maaf Rahma, bukannya aku menolak, aku hanya ingin fokus pada kuliahku nanti. Maaf ya?"
Jo memberikan senyuman termanisnya, sehingga penolakan ini tidak terlalu menyakitkan baginya.
"Oh oke, aku menerimanya," ucap sang gadis sambil membalikkan badannya. Dia segera pergi dari hadapan Jo.
Namun, Jo memanggil namanya lagi.
Dia mengira Jo berubah pikiran, tetapi sebenarnya ...
"Rahma, kau mau ikut bersamaku?" tanya Jo.
"Kemana?" jawab Rahma dengan antusias
"Kantin, aku sedang mengajak temanku makan di kantin," jelas Jo.
Rahma menggeleng, dia merasa sedih dengan penolakan ini sehingga memilih untuk tidak ikut dengan Jo ke kantin.
"Tidak Jo, terima kasih."
Rahma terlihat moodnya menjadi buruk setelah mendapatkan sesuatu hal yang mengejutkan di hari kelulusan ini.
Bukan hanya lulus ujian dan bisa melanjutkan ke universitas idaman, tetapi dia hanya berharap bisa lulus menjadi seorang kekasih Jonathan yang sangat tampan dan berprestasi itu.
"Oke," jawab Rahma.
Keduanya berpisah, Jo dengan perasaan yang biasa saja. Sedangkan sang gadis harus menahan kekecewaan.
.
.
.
Di kantin sekolah ...
Jonathan kini berjalan menuju kantin sekolah, dia harus membayar semua makanan yang sudah dipesan oleh semua teman-temannya.
Perlahan tapi pasti, dia segera menghampiri ibu kantin.
"Berapa bu semuanya?" tanya Jo sambil mengeluarkan uangnya.
"Dua juta nak," jawab sang ibu kantin.
"Oke, hitung dulu bu, kurang atau tidak," pinta Jo.
"Sudah pas nak, terima kasih ya?" jawab sang ibu kantin yang senang karena dagangannya laku keras.
"Terima kasih ya nak, karena sudah memborong semua yang ada di kantin, saat semua murid keluar dari sekolahan dan berpesta di kafe, nak Jo mau singgah di kantin ibu. Ibu sudah sedih, karena merasa dagangan ibu tidak laku, eh ada nak Jo. Ibu sangat senang."
"Iya bu sama-sama. Aku juga senang bisa membantu ibu sekalian memberikan senyuman di bibir teman-temanku. Mereka kenyang, aku juga merasa senang."
Jo tidak ikut makan karena sang ibu sudah membawakan bekal untuknya, seperti dulu saat Jo masih berusia sepuluh tahun.
"Jo?" panggil seorang gadis cantik yang berjalan mendekatinya.
Jo tersenyum.
Dia sepertinya senang dengan kehadiran gadis itu.
"Suit-suit, pasangan romantis abad ini!" ujar seorang teman Jo.
"Apaan sih," ungkap sang gadis yang ternyata adalah seorang idola di sekolah tempat Jo menuntut ilmu.
Dia berjalan mendekati Jo dan memberikan selamat.
"Selamat ya Jo? kau murid terbaik," ucap si gadis cantik bernama, Sesha.
Ya, dia adalah model ala-ala SMA Taruna bangsa yang menang fashion show yang di selenggarakan tahun ini di sebuah gedung mewah.
Pesertanya adalah semua gadis pilihan yang ada di setiap SMA di kota X.
"Ya, terima kasih," jawab Jo singkat.
"Aku suka denganmu Jo," ucap sang gadis langsung mendapatkan tepuk tangan dari semua murid sekelasnya.
"Cihui! jadian ... jadian."
RIuh sekali kantin itu, hingga jawaban Jo yang masih sama, membuat riuh itu kembali sepi.
"Maaf ya. Aku tidak bisa."
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments