Hari kedua.
Berhubung hari ini hari Minggu, Nala berniat mengajak Reigha untuk pergi piknik. Semua perlengkapan piknik sudah Nala siapkan agar saat suaminya bangun, semuanya sudah siap dan lengkap.
Nala baru saja selesai mandi. Dia berjalan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe dan handuk kecil yang melilit di kepalanya. Nala tersenyum tipis melihat Reigha yang masih tertidur pulas.
Seperti kemarin, Nala tidak langsung mengenakan pakaian melainkan dia menyempatkan untuk membangunkan Reigha terlebih dahulu. Setelah naik ke ranjang, Nala mulai menempelkan telapak tangannya yang dingin tepat di kedua pipi Reigha.
Hal itu berhasil membuat sang Suami menggeliat kecil hingga membuat Nala terkekeh pelan. "Bangun Mas Reigha Sayang. Aku ingin menghabiskan hari Minggu ini dengan piknik ke Bogor," ucap Nala lembut.
Karena belum ada respon apapun, Nala mempunyai ide jahil agar suaminya lekas bangun. Tangan Nala sengaja masuk ke selimut yang Reigha kenakan. Kemudian, Nala menggapai bagian tubuh Reigha yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Saat sudah menemukannya, Nala segera melancarkan aksinya dengan menggelitik ketiak Reigha.
Tawa Nala meledak saat Reigha bergerak seperti cacing kepanasan karena merasa geli. "Hahaha. Nala ... Apa yang kamu lakukhahaha," ucap Reigha tidak jelas karena teredam tawa.
Nala tertawa terbahak-bahak. "Aku kan sudah mengatakan bahwa kamu harus segera bangun. Tetapi, karena kamu tak kunjung bangun, ya sudah aku gelitiki saja ketiak Mas Reigha," ucap Nala tanpa beban.
Nala akhirnya melepaskan Reigha dari gelitikan. Dia tersenyum manis pada suaminya yang pagi ini sudah mengeluarkan tawa renyahnya. "Bangun lalu mandi, Mas. Aku mau kamu ajak aku ke Kebun Raya Bogor hari ini. Sekalian mampir ke rumah ibu. Sudah lama juga kan, kita tidak berkunjung kesana," ucap Nala lembut.
Reigha menatap Nala dengan mata yang mengerjap beberapa kali. "Harus hari ini banget ya? Tidak bisa ditunda besok saja?" tanya Reigha kemudian tangannya terulur untuk melepas handuk kecil yang digunakan untuk membungkus rambut basah Nala.
"Jangan dilepas dulu, Mas. Rambut aku masih netes-netes," protes Nala dengan bibir yang cemberut kesal.
Reigha sama sekali tidak mempedulikan protes Nala. Dia kembali bertanya karena Nala belum menjawab pertanyaannya. "Jawab dulu pertanyaanku, Sayang," ucap Reigha lembut.
Nala tersipu malu. "Tidak bisa dong, Mas. Aku sudah menyiapkan semuanya kok. Mas Reigha hanya perlu mandi, sarapan, lalu duduk manis di mobil karena pak Rudi akan ikut bersama kita," ucap Nala sangat bersemangat.
Reigha terkekeh lalu mengacak rambut Nala gemas. "Baiklah, kita pergi hari ini," ucap Reigha pada akhirnya.
"Yes!"
Nala memekik girang saat Reigha akhirnya menyetujui usulnya. Kini, Nala akan bersiap dan berdandan secantik mungkin agar tidak membuat Reigha malu nantinya.
................
Pukul sepuluh pagi, akhirnya Nala dan Reigha sudah sampai di tempat tujuan. Yaitu tempat dimana ada tumbuhan Rafflesia Arnoldi tumbuh dan dilindungi. Di area yang sangat luas itu, Nala begitu menikmati pemandangan yang disuguhkan. Banyak sekali spot foto yang estetik dan asri.
"Mas! Kita foto dulu disana yuk! Di dekat air mancur itu,"tunjuk Nala pada kolam air mancur yang indah. Di sekitarnya ditumbuhi bunga Lili dengan tanah yang ditumbuhi rumput hijau hingga mata tak jemu memandangnya.
Reigha hanya menurut ketika tangannya ditarik oleh Nala. "Kita foto dulu, Mas. Dimana ponsel kamu? Kita foto pakai ponsel kamu saja yang kameranya bagus," ucap Nala terkikik geli.
Reigha mengulum senyum lalu mengeluarkan benda pipih tersebut dari saku celananya. "Ini," ucap Reigha sambil menyodorkan ponselnya.
Dengan senang hati Nala menerima ponsel tersebut lalu segera mencari aplikasi kamera di ponsel milik sang Suami. "Kita berfoto dulu, Mas," ucap Nala kemudian mengangkat ponsel lumayan tinggi.
Cekrek.
Cekrek.
Cekrek.
Banyak sekali potret diri yang Nala ambil untuk mengabadikan kenangannya bersama Reigha.
"Mau jalan lagi tidak? Pasti banyak spot foto yang tidak kalah menarik dengan yang disini," tawar Reigha antusias.
Nala mengangguk yakin. "Tentu, Mas. Aku pernah lihat disini ada seperti kolam ikan yang dikelilingi pohon hingga dahannya membuat teduh orang yang berada di bawahnya. Kita harus cari itu di area luas ini," ucap Nala penuh semangat membara.
Reigha mengangguk kemudian menautkan jemarinya dengan jemari Nala. "Ayo."
Kemudian, keduanya berjalan beriringan menuju tempat yang dimaksud Nala. Namun sebelum itu, mereka harus melihat peta agar tidak tersesat dan segera sampai.
"Disini, Mas. Tidak terlalu jauh dari sini kok," ucap Nala saat menemukan letak kolam tersebut di dalam peta.
Reigha mengangguk membenarkan kemudian kembali menarik tangan Nala agar segera kembali berjalan.
"Kok kamu seperti sangat buru-buru, Mas? Kenapa?" tanya Nala sambil masih mengikuti langkah sang suami.
Reigha terkekeh pelan. "Aku lapar, La. Kita makan disana saja. Disana kan ada kursi cor banyak. Semoga kita kebagian tempat duduknya ya," ucap Reigha menoleh sebentar kemudian kembali fokus ke depan.
Tidak berapa lama, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Beruntung, suasana masih sedikit lengang. Belum banyak pengunjung yang datang ke tempat tersebut.
"Kita duduk disana, Mas," ajak Nala dengan mata berbinar.
Reigha tersenyum lalu mengangguk. Saat keduanya sudah duduk, Nala baru ingat jika pak Rudi juga ikut masuk. Nala menepuk jidat ketika lupa bahwa pak Rudi sudah ditinggal.
"Mas! Pak Rudi dimana?" tanya Nala dengan raut paniknya.
Reigha menghela napas kasar. "Itu Pak Rudi," tunjuk Reigha pada pak Rudi yang saat ini sedang berjalan ke arahnya dengan napas terengah-engah.
Nala membulatkan mata sempurna. Kemudian, Nala menatap Reigha dan berkata. "Apa Pak Rudi berlari untuk mengejar kita?" tanya Nala.
Reigha mengangkat bahu acuh. "Mungkin," jawabnya kemudian terkekeh pelan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...jangan lupa kasih dukungannya ya😘...
...mampir kesini juga yuk👇...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments