"Mau makan apa? Biar aku ambilkan. Kamu duduk disini saja," ucap Dandy perhatian sesaat setelah keduanya duduk kursi kosong yang tersedia.
"Tidak apa-apa, Mas. Biar aku yang ambil sendiri saja," jawab Nala tidak enak hati.
Dandy mengulas senyum hangatnya lalu mengacak rambut Nala gemas. "Biar aku yang ambilkan. Kasihan kamu yang habis jalan kaki," ucap Dandy terkekeh pelan.
Nala mencebikkan bibirnya. "Paling hanya jalan kaki sebentar," jawab Nala masih merasa tidak enak.
"Sudah. Kamu mau rendang?" tawar Dandy yang segera mendapat anggukan dari Nala.
"Baiklah. Kalau begitu aku pesan dulu." Setelah mengucapkan itu, Dandy segera berlalu untuk memesan makanan yang diinginkan. Tidak berapa lama, Dandy kembali dengan membawa dua gelas es teh.
"Ini minumnya dulu. Aku akan ambil makanannya," ucap Dandy sambil menggeser satu gelas es teh di hadapan Nala.
"Terima kasih ya, Mas. Aku jadi merepotkan," jawab Nala sambil mengulas senyumnya.
Dandy kembali berlalu untuk mengambil pesanannya. Nala hanya bisa menatap kepergian Dandy dengan tatapan sendu. Dulu Reigha juga seperti itu. Tetapi entah mengapa, setelah Sandra datang sikap Reigha langsung berubah begitu saja.
Reigha akan mengambil makanan untuknya disaat sedang makan di sebuah rumah makan atau restoran. Mengingat nama pria itu, membuat Nala seketika merasa rindu.
"Ini makanannya," ucap Dandy yang berhasil membuyarkan lamunan Nala tentang Reigha.
"Terima kasih ya, Mas," ucap Nala kemudian segera melahap makanan kesukaannya.
Nala memilih diam sepanjang memakan makanannya. Entah mengapa, makan di rumah makan Padang tanpa Reigha rasanya hampa. Sungguh, sebesar apapun Reigha menyakiti hatinya, tetap saja cinta yang Nala punya masih sangat besar. Anggap saja Nala bodoh dan buta. Tetapi, hati memang tidak bisa dipaksa.
"Nala? Kenapa melamun?" tanya Dandy menyentak lamunan Nala.
"Hah?" jawab Nala gelagapan.
"Kenapa melamun? Sejak tadi kamu tidak memakan nasimu," tanya Dandy lagi sambil maish fokus pada nasinya.
Nala tersenyum masam. "Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya sedang—"
"Memikirkan Reigha?" sela Dandy cepat sebelum Nala benar-benar menyelesaikan kalimatnya.
Nala tidak mengangguk juga tidak menggeleng. Memang akhir-akhir ini Nala selalu merasa pusing dan stres ketika memikirkan jalan keluar untuk rumah tangganya.
"Aku pesan makanan yang mau aku bungkus dulu ya, Mas," pamit Nala sambil beranjak dari kursi.
Dandy mengangguk. "Sekalian saja aku bayarkan," jawab Dandy yang juga ikut berdiri.
"Tidak perlu, Mas. Kali ini biar aku saja yang bayar," jawab Nala merasa tidak enak hati.
Dandy tersenyum dan lagi-lagi mengusap puncak kepala Nala pelan. Dan entah mengapa, Nala tidak suka diperlakukan seperti itu oleh Dandy. Dia hanya mau yang melakukan hal itu adalah Reigha.
Nala yang sempat berdiri mematung, kini melangkah pelan menuju pemilik rumah makan. Setelah sampai, Nala menyembutkan Pesanan yang akan di bungkus.
"Bukannya itu makanan kesukaan Reigha ya?" tany Dandy yang memang paham makanan seperti apa yang disukai sahabatnya.
Nala mengangguk membenarkan. "Iya. Aku beli ini untuk mas Reigha. Kasihan kalau malam tiba-tiba lapar dan tidak ada makanan," jawab Nala tidak sepenuhnya jujur.
Nala tidak tahu apakah nanti malam Reigha akan pulang atau tidak, akan menanti janjinya atau tidak. Rasanya, Nala begitu takut membayangkan hari seminggu lagi dimana dia harus benar-benar meninggalkan Reigha.
Nala hanya berharap semoga rencana untuk membuat Reigha kembali akan berhasil. Hanya itu jalan satu-satunya membuat Reigha mau melihatnya lagi. Selama Reigha masih bertemu dengan Sandra, Nala akan sulit untuk mengambil hatinya.
...................
Matahari kembali menyinari bumi. Nala baru saja selesai mandi dan masih mengenakan bathrobenya. Nala melirik sekilas pada Reigha yang masih tertidur dengan pulas.
Senyum tipis berhasil terbit ketika wajah melihat wajah Reigha yang begitu damai. Setelah memakai baju, Nala kembali naik ke atas ranjang untuk membangun suaminya.
Karena telapak tangannya masih dingin, Nala sengaja menempelkan kedua telapak tangan di kedua sisi wajah Reigha. "Bangun Mas Reigha Sayang," ucap Nala lembut dengan telapak tangan yang masih menempel di pipi Reigha.
Reigha menggeliat kemudian matanya memicing ketika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. "Kamu sudah bangun ya? Jam berapa sekarang?" tanya Reigha dengan suara khas bangun tidurnya.
Nala memeluk leher suaminya dengan badannya yang setengah berbaring. Wajahnya bergerak maju untuk mengecup pipi Reigha sekilas kemudian beralih mengecup bibir sang Suami. Beruntungnya, Reigha memejamkan mata pertanda bahwa suaminya menikmati sentuhannya.
Nala tersenyum puas lalu menjauhkan wajahnya. "Apa kamu tidak merindukanku, Mas?" tanya Nala sambil memainkan dada bidang Reigha yang masih terbungkus kaos. Jemari lentik itu sengaja memberikan sentuhan lembut yang bisa membuat Reigha terlena. Itulah tujuan Nala yang sebenarnya.
"Rindu yang seperti apa yang kamu maksud?" tanya Reigha yang kini tangannya bergerak untuk menghentikan aksi Nala.
Nala tersenyum sangat manis hingga mampu menghipnotis Reigha beberapa detik. "Seperti ini," ucap Nala dengan bibirnya yang bergerak menciumi leher Reigha.
"Seperti ini," ucap Nala lagi yang ciumannya semakin turun hingga mendarat di perut Reigha. Terdengar erangan tertahan saat bibir lembut Nala menyentuh pusarnya.
"Nala," panggil Reigha terdengar serak.
"Kenapa, Mas?" jawab Nala menggoda. Kini tangannya bergerak menelusup ke dalam kaos yang Reigha kenakan dan jemarinya bermain di dada yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
"Na ... La ...."
Belum sempat Nala menjawab, Reigha sudah menindih tubuhnya walau tidak sepenuhnya menimpakan berat badannya. Wajah Reigha menunduk menatap wajah Nala yang saat ini tersenyum sangat manis.
Satu hal lagi yang baru Reigha ketahui adalah, Nala hanya mengenakan dress mini yang berbahan tipis dan itu membuat Reigha seketika merasa gila karena matanya melihat dengan jelas setiap lekuk tubuh istrinya.
Glek.
Reigha menelan saliva. Tatapannya kini menatap mata Nala dengan satu. "Kamu yang memulai duluan. Jadi, jangan salahkan aku jika aku ingin meminta lebih," ucap Reigha terdengar serak.
Nala sama sekali tidak merasa takut. Dia justru tersenyum puas lalu mengalungkan kedua lengannya di bahu Reigha. Kemudian, Nala mengecup bibir Reigha dan menyesapnya sekilas hingga meninggalkan jejak basah pada bibir sang Suami.
"Lakukanlah, Mas," ucap Nala lembut, menggoda suami sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
... jangan lupa kasih like, komen, vote dan hadiah semampu kalian ya😘...
...terima kasih untuk kalian yang masih setia ada disini...
...lup untuk kalian semua 😘😘...
...mampir juga kesini yuk👇...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Aas Azah
menggoda suami sendiri mah gak dosa malah dapat pahala
2022-11-17
3