Akhir Dari Pengkhianatan (Rumah tangga yang terkoyak)

Bab 14. Surat perjanjian

"Ada apa antara kamu dan Dandy? Kamu boleh menjalin hubungan dengan laki-laki lain yang terpenting bukan Dandy. Kamu tahu kan kalau Dandy adalah sahabatku? Jadi, jangan merusak persahabatan kami," ucap Reigha panjang lebar sesaat setelah Dandy dan Sandra keluar atas perintahnya.

Nala tetap bersikap santai dan menghabiskan makanan yang Dandy berikan. Bakmi merupakan salah satu dari olahan mie yang ikut dalam deretan makanan favorit Nala.

"Nala? Jawab dong, jangan diam saja," ucap Reigha lagi terdengar kesal.

Nala sama sekali tidak peduli dan masih fokus pada makan siangnya. Setelah habis, Nala mengambil Tumbler miliknya kemudian menenggak hingga seperempatnya.

"Aku harus jawab apa? Lagian, kamu juga begitu santai berselingkuh dengan Sandra di depan mataku. Jadi kesimpulannya, aku lebih baik dari kamu, Mas," jawab Nala sambil mengelap bibirnya tanpa beban.

"Argh! Aku pusing punya istri kaya kamu," kesal Shaka lagi yang membuat dada Nala kembali berdenyut nyeri.

"Beri aku waktu seminggu saja untuk menjadi istrimu seperti dulu. Setelah itu, aku akan pergi dan kamu bisa menikah dengan Sandra," ucap Nala memberikan penawaran.

"Apa ucapanmu bisa aku pegang? Bagaimana jika kamu mengingkari? Lalu, bagaimana jika setelah kamu pergi, mama masih belum merestui hubunganku dengan Sandra?" tanya Reigha terlihat tertarik.

Nala menatap manik kecoklatan itu lekat. "Aku yang akan membantumu mendapatkan restu. Aku yang akan mengatakannya pada mama dan memohon padanya untuk merestui hubungan kalian. Tetapi, itu tidak dengan mudah kamu dapatkan," ucap Nala menjelaskan panjang lebar.

"Aku tahu. Syaratnya aku harus menjadi suami sungguhan selama satu minggu kan?" tanya Reigha meremehkan.

Nala mengangguk membenarkan. "Iya, kamu harus menjadi suami yang baik selama satu minggu dan tidak boleh menemui Sandra," ucap Nala menambahkan.

Raut wajah Reigha terlihat tidak terima. "Bagaimana mungkin?" protes Reigha.

"Semua tidak akan di dapat dengan mudah, Mas. Silahkan kamu pikirkan tawaranku. Kamu tidak mau setiap harinya pusing karenaku kan? Aku akan lakukan dalam kurun satu minggu ke depan," putus Nala final.

"Baiklah. Tetapi sebelum itu, mari kita membuat surat perjanjian. Aku tentu tahu bagaimana liciknya kamu," ucap Reigha untuk berjaga-jaga.

Nala tersenyum miris. "Buat sekarang!" jawab Nala merasa tidak masalah.

"Tulis juga dalam perjanjian jika kamu tidak boleh menemui Sandra dalam waktu satu minggu. Setelah itu, kamu bisa bebas jungkir-balik dan kayang sesukamu," ucap Nala menjerumuskan.

Reigha terkekeh pelan. "Kamu memang lucu, La," ucap Reigha tulus.

Nala tersenyum miring. "Aku memang lucu selama ini. Hanya saja, kamu terlalu menutup mata," jawab Nala penuh nada sarkasme.

"Sudah jadi. Tolong kamu tanda tangan disini. Setelah surat perjanjian ini turun, kamu harus memenuhi janji kamu. Begitu juga aku," ucap Reigha mengucapkan dengan penuh semangat membara.

Nala tersenyum masam. "Bahagia sekali kamu ya, Mas. Semoga kamu tidak menyesal di kemudian hari," sindir Nala halus namun sangat menohok.

"Berarti setelah satu minggu, aku bisa berhubungan dengan mas Dandy sesuka hatiku ya? Kan kita sudah tidak ada apa-apa lagi," ucap Nala sengaja membuat Reigha cemburu.

Ya, Nala menyadari jika Reigha sebenarnya merasa cemburu. Hanya saja, Reigha sudah terlalu buta dengan wanita bernama Sandra. Ya sudahlah, Nala tidak akan memaksa Reigha untuk menyadari dengan cepat. Dalam waktu satu minggu, Nala akan membuat hidup Reigha jungkil balik.

"Mana bisa? Seperti tidak ada laki-laki lain saja. Tolong cari yang lain yang terpenting bukan Dandy," tolak Reigha lalu memalingkan muka.

Nala tergelak renyah. "Kenapa memangnya?" tanya Nala belum puas mengerjai suaminya.

"Jangan dibahas lagi. Malas aku bahas dia," ucap Reigha kemudian berlalu menuju meja kerjanya. Nala hanya mengangkat bahu acuh. Kemudian, fokus lagi pada laptopnya.

Sore harinya, Reigha sudah meninggalkan Nala begitu saja di kantor. Ada seorang resepsionis yang memberitahunya bahwa Reigha sudah pergi bersama Sandra. Nala menghela napas lelah. "Mungkin dia ingin mengucapkan salam perpisahan sebelum benar-benar berpisah untuk selamanya," gumam Nala begitu yakin dengan rencananya.

Nala ingin memesan taksi atau ojek online untuk membawanya pulang. Namun, Nala seperti sedang di uji karena saat ini baterai ponselnya habis. "Bagaimana ini?" gumam Nala kebingungan.

Ting.

"Jalan saja sekitar dua ratus meterlah. Disana kan biasanya ada taksi yang singgah," ucap Nala lagi uang mendapat pencerahan. Akhirnya, Nala berjalan kaki menceri taksi yang kebetulan juga searah dengan jalan pulang ke rumahnya.

Beruntung, Nala mengenakan flat shoes saat bekerja di kantor. Dia juga mengenakan kemeja formal dan celana bahan. Bagaimanapun, Nala akan tetap menjaga penampilan selama berada di kantor.

"Untung aku pakai flat shoes," gumam Nala sambil kedua kakinya melangkah bergantian.

Tin. Tin.

Suara klakson itu membuat Nala menolehkan kepala sembilan puluh derajat. Ada mobil uang berhenti di seberang jalan yang ketika pemiliknya keluar, membuat Nala mengulas senyumnya.

"Kamu jalan kaki?" tanya laki-laki yang tidak lain adalah Dandy.

Nala mengangguk membenarkan. "Iya. Tetapi, aku akan naik taksi sebentar lagi. Baterai ponselku habis sehingga aku tidak bisa memesan driver online," jelas Nala panjang lebar.

"Ya sudah. Kalau begitu biar aku yang antar bagaimana?" tawar Dandy berbaik hati.

Nala bergumam cukup lama sebelum memberikan jawaban. "Boleh deh, Mas. Aku nebeng kalau begitu. Tetapi, aku mau mampir beli makanan dulu ke Nasi Padang," ucap Nala.