Sejak tadi Nala amati, wajah Sandra begitu tertekan. Wajar, saat ini Nala selalu memperhatikan gerak-gerik Reigha juga Sandra. Nala tidak ingin terlewat sedikitpun barangkali Reigha dan Sandra diam-diam membuat isyarat untuk saling bertemu.
Ya, hanya itu jalan pintas satu-satunya yang bisa kedua manusia itu gunakan. Pasalnya, ponsel Reigha saat ini berada di tangan Nala. Sesaat setelah Reigha mengeluarkan ponsel dan ada nama Sandra di deretan pengirim pesan, Nala langsung merebutnya. Tidak akan Nala biarkan mereka saling bertukar sapa lewat jejaring sosial manapun.
"Cepatlah keluar jika urusanmu sudah selesai," ucap Nala terdengar lembut namun sangat menohok.
Nala begitu kesal karena Sandra seperti sengaja berlama-lama berada di hadapan Reigha dengan alasan membawa tumpukan berkas.
"Hei! Jangan bicara lewat telepati! Aku tahu kalian sedang menggunjingku dengan tatapan mata kalian," sentak Nala ketika menyadari mimik wajah Reigha yang berubah-ubah.
"Keluar kamu! Dasar tidak becus dalam bekerja. Selama satu bulan terakhir ini apa pekerjaanmu hanya duduk santai seperti saat ini?" kesal Nala karena Sandra tak kunjung pergi.
Reigha Terlihat ingin membuka mulutnya. Namun, Nala segera menyela agar Reigha tidak perlu melakukan pembelaan untuk wanita rubah di depannya.
"Diam kamu, Mas! Aku adukan pada mama baru tahu rasa kamu. Suruh dia keluar sekarang juga sebelum darah tinggiku semakin naik," ucap Nala menggebu-gebu.
"Bagus jika darah tinggimu naik. Setelah itu kamu akan terserang stroke dan mati," ucap Sandra tersenyum licik menatap Nala.
Nala yang merasa tidak terima, melotot tajam. "Jika itu terjadi, maka kamu orang pertama yang akan selalu aku hantui. Setelah itu kamu akan gila dan ditinggal mas Reigha," balas Nala tak kalah sengit kemudian tertawa layaknya pemeran antagonis di film-film yang sering Nala tonton.
Sandra terlihat mengeraskan rahang. "Hal itu tidak mungkin terjadi karena kamu pasti sedang di siksa di neraka," timpal Sandra lagi tidak mau kalah.
Nala menggebrak meja cukup keras.
Brak!
"Hei! Aku disini sebagai atasanmu, sebagai istri dari Reigha Cakrawala. Tolong jangan panggil aku hanya dengan sebutan. Tidak sopan sekali," gerutu Nala merasa kesal.
Reigha yang merasa pusing, menggebrak meja dengan keras hingga membuat dua wanita tersebut berjenggit kaget.
Brak!
"Diam kalian!"
"Sandra! Kamu keluar sekarang juga!" teriak Reigha kencang hingga membuat Sandra ketakutan.
"Kamu sudah berani berteriak di depanku, Ga? Kenapa kamu jadi kasar begini?" tanya Sandra sakit hati. Akhirnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Sandra keluar ruangan dengan sedikit berlari.
"Lebai sekali," gumam Nala jengah kemudian duduk di sofa yang tersedia.
"Nala?" panggil Reigha yang terdengar lembut, tidak berteriak seperti berbicara pada Sandra.
"Kenapa Mas Reigha Sayang?" tanya Nala lembut sambil mengulas senyum manisnya.
Reigha berdehem pelan, merasa gugup dengan panggilan sayang dari Nala. Dengan langkah pelan, Reigha mengambil posisi duduk di sebelah Nala dan sedikit memberi jarak sekitar dua puluh sentimeter.
Nala yang tidak terima, langsung mendekat agar posisi duduknya berdekatan dengan sang Suami.
"Ehem. Kamu kenapa sekarang berubah seperti ini? Maksudku, bukankah ini bukan kepribadian kamu?" tanya Reigha perhatian.
"Kata siapa? Dulu sewaktu aku masih kuliah, aku ikut gang motor loh, Mas," jawab Nala lalu bergelanyut manja di lengan suaminya. Biarlah tingkah Nala seperti pelakor. Lagian, Nala melakukannya pada orang yang tepat, yaitu kepada suaminya.
"Oh ya? Jadi selama ini ...."
"Iya. Aku menjadi wanita manis karena akan menikah denganmu. Aku tidak mau kamu memberi kesan buruk pada penampilanku yang ... Seperti ini," jawab Nala sambil menunjuk celana jeans-nya yang robek pada bagian paha.
Reigha mengikuti arah pandang Nala menunjuk dan seketika menyesal karena paha mulus Nala terlihat jelas. Reigha menelan saliva kemudian segera mengalihkan pandangan.
"Mas?" panggil Nala lembut.
"Kenapa?" tanya Reigha tanpa susah-susah menoleh.
"Lihat aku dong, Mas. Nanti aku pergi, kamu menyesal loh," ancam Nala yang beruntungnya berhasil membuat Reigha menoleh seketika.
"Kenapa?" tanya Reigha singkat.
"Besok aku mau ke Bogor," ucap Nala yang berhasil membuat Reigha tersenyum cerah.
Nala memicing menatap Reigha. "Jangan bilang kalau kamu mulai menyusun rencana untuk menemui Sandra?" tanyanya penuh selidik.
Senyum cerah itu seketika berubah mendung. 'Mengapa sekarang Nala berubah menjadi secerdas itu?' batin Reigha bertanya.
"Jangan menggerutu dalam hati, Mas," ucap Nala lagi yang membuat Reigha menoleh cepat dengan wajah cengonya.
Nala tersenyum manis kemudian membingkai kedua pipi Reigha. "Tolong jangan menggerutukan aku dalam hati karena aku akan sangat terluka," ucap Nala yang tatapannya berubah sendu.
...................
Nala sudah berada dalam kamar dan duduk bersandar pada headboard. Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam lewat lima belas menit. Reigha belum keluar dari kamar mandi setelah mengatakan bahwa perutnya mendadak sakit.
Nala berinisiatif membuka ponsel Reigha barangkali ada pesan dari Sandra. Nala menghela napas lega ketika nama Sandra tidak ada lagi di daftar kontak yang sudah Nala ganti namanya menjadi 'Rubah licik'.
Menyadari bahwa suaminya itu sudah terlalu lama dalam kamar mandi, Nala berniat untuk menanyakan apakah Reigha baik-baik saja. Nala tidak langsung bersuara saat sudah berada di depan pintu kamar mandi.
Nala mendekatkan telinganya pada daun pintu dan seketika mengepalkan kedua telapak tangan. Suaminya itu terdengar sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Nala tentu masih bisa sedikit mendengar percakapan di dalam.
Samar-samar Nala mendengar suara Reigha yang berkata, "Besok Nala akan ke Bogor. Kita bisa bertemu—" setelah itu Nala sudah tidak bisa mendengar apapun lagi selain degup jantungnya yang seperti melemah.
Bahu Nala merosot ke bawah. Nala pikir, segala cara yang sudah dilakukan akan membuat Reigha luluh kembali. Nyatanya, semua tidak berarti apapun karena Reigha masih saja membuat rencana untuk bertemu Sandra.
Mencoba menahan sesak, Nala kembali naik ke ranjang lalu menutupi tubuhnya dengan selimut hingga batas leher. Mungkin, menangis dalam diam bisa membuat perasaanya sedikit membaik.
Perjuangannya masih panjang dan Nala tidak boleh menyerah begitu saja. Balas dendam terbaiknya belum bekerja secara efektif. Jika suatu hari nanti Reigha tidak berhasil Nala rengkuh lagi, jalan terbaik adalah meninggalkannya.
Setidaknya, Nala sudah berusaha keras untuk membuat Reigha kembali. Jika usahanya tidak membuahkan hasil, itu tidak masalah.
Nala segera menghapus air mata saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Nala memilih berpura-pura tidur untuk melihat apa yang akan suaminya lakukan jika dirinya sudah terlelap.
Dan benar saja, suaminya itu kini berjalan mengendap-endap menuju balkon, dan ketika Nala mengintip sedikit, ada ponsel di salah satu tangan suaminya.
'Bodohnya aku yang menganggap bahwa mas Reigha mulai mencintaiku,' batin Nala merasa tertipu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Wo Lee Meyce
memang benar kamu bdoh Nay,,kamu sadar juga trnyata
2023-09-15
1
Lia Fadliiea
jalan terbaik tinggalkan daripada sakit berkepanjangan
2022-11-14
1
Aas Azah
sakit sekali rasanya mencintai tapi tidak di cintai😭
2022-11-14
0