"Mas Reigha Sayang? Bangun!" ucap Nala sambil menepuk pelan pipi sang Suami. Ya, malam ini Nala berhasil menahan Reigha agar tidak pergi dan menemui wanita ular derik. Reigha yang sejak tadi tubuhnya digoyangkan oleh Nala sama sekali tidak merasa terganggu.
Dia hanya membalikan badan membelakangi Nala kemudian terdengar suara dengkuran kembali. Nala menghela napas kasar lalu turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Nala sudah berencana pagi ini membuatkan sarapan untuk Reigha. Tiga puluh menit Kemudian, Nala sudah kembali dengan handuk yang melilit di tubuh dan handuk kecil yang membungkus rambut basahnya.
Nala melirik pada ranjang yang masih terdapat Reigha disana. Decakan pelan berhasil keluar dari mulutnya. Bukannya berjalan menuju lemari, Nala justru kembali naik ke atas ranjang untuk membangunkan suami tercintanya itu.
"Bangun, Mas! Nanti kamu kesiangan!" pekik Nala menggema di seisi ruangan.
Terbukti, pekikannya itu berhasil membuat Reigha memicing dengan wajah kesalnya. Namun sedetik kemudian, wajah kesal itu berubah menjadi wajah terpana karena penampilan Nala yang belum mengenakan pakaian.
Dengan tatap memicing, Reigha mengeluarkan suara khas bangun paginya, yaitu serak-serak berat. "Kamu sengaja ingin menggodaku lagi?" tanyanya dengan dagu mengendik pada penampilan Nala.
Nala tersenyum miring. "Apa kamu tergoda?" tanya Nala dengan nada mendayunya. Tidak apa-apa bukan, jika Nala melembutkan suara saat berbicara dengan suaminya? Apalagi saat ini masih berada di atas ranjang.
"Jangan macam-macam kamu. Gara-gara kamu, Sandra pasti akan marah nanti," ucap Reigha sambil meraup wajahnya kasar.
Nala menatap kecewa pada Reigha. "Apa jika aku marah kamu akan khawatir dan takut kehilangan?" tanya Nala yang nada bicaranya terdengar lirih.
Tidak menggeleng tidak juga mengangguk, Reigha memilih diam. Mengapa pertanyaan Nala begitu sulit sekali untuk dijawab? "Jangan bahas lagi. Aku mau mandi dulu," ucap Reigha kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Nala.
Nala menatap nanar pada kepergian suaminya. "Tidak masalah kamu tidak menjawabnya sekarang. Tetapi suatu hari nanti, kamu akan merasa takut kehilanganku, Mas," monolog Nala sambil masih menatap sisa-sisa kepergian Reigha.
Setelah sarapan, Reigha berpamitan pada Nala untuk bekerja. Namun siapa sangka, Nala yang sejak tadi sudah rapi ternyata ingin ikut dengannya? "Aku juga harus ke kantor 'kan, Mas? Bagaimanapun, aku harus bisa bekerja agar suatu hari nanti saat hari itu tiba, aku tidak perlu menyesuaikan diri lagi," ucap Nala yang pada akhir kalimat terdengar melirih.
"Hah? Kamu bicara apa?" tanya Reigha yang memang tidak terlalu mendengarnya.
"Tidak. Aku hanya bicara bahwa aku akan membantumu bekerja. Bagaimanapun, tagihan kreditku banyak, Mas," jawab Nala meringis malu.
Reigha tergelak. "Kamu ada-ada saja. Aku yang akan bayar semuanya, tenang saja," ucap Reigha sambil mengacak rambut Nala gemas.
Nala menatap sendu Reigha yang tertawa karena dirinya. Ya, tawa itu sudah lama sekali tidak Nala lihat semenjak hubungan Reigha dan Sandra terjalin kembali.
Bukan. Lebih tepatnya Reigha yang tidak pernah memberi Nala kesempatan untuk menjadi sumber dari bahagianya. Reigha memilih Sandra walau dia tahu hal itu akan melukai diri Nala.
Mencoba mengabaikan rasa sakit, mencoba memendam kecewanya, Nala ingin membuat Reigha kembali padanya. "Pokoknya aku ikut," putus Nala final.
"Dengan penampilan seperti ini?" tanya Reigha sambil menelisik penampilan Nala.
"Memangnya kenapa?" tanya Nala dengan alis bertaut. Dia tidak merasa penampilannya aneh.
"Kamu terlalu cantik memakai baju itu. Ganti!" titah Reigha ketus.
Nala mengulum senyumnya. "Kenapa? Takut ada yang kepincut ya? Dari dulu aku memang banyak kok yang naksir. Hanya saja, aku cintanya sama Mas Reigha," ucap Nala kemudian berlalu lebih dulu menuju mobil dan mengambil posisi duduk di jok samping kemudi.
Melihat Reigha yang masih berdiri di tempat semula membuat Nala mengeluarkan decakannya. "Mas! Tersipunya bisa ditunda dulu tidak? Ini sudah siang loh," ucap Nala sedikit berteriak.
Kemudian, Nala menatap wajah sang Suami yang terlihat gugup. Namun, Nala menyukai Reigha yang seperti itu, Reigha-nya yang dahulu. 'Aku yakin, perlahan kamu akan kembali, Mas. Kamu hanya sedang kehilangan arah,' batin Nala berdoa.
Setelah Reigha duduk di jok kemudi, mobil akhirnya melaju membelah jalanan ibu kota yang belum terlalu padat. "Nala?" panggil Reigha menoekh sekilas kemudian fokus lagi pada jalanan di depan.
"Hm?"
"Jemput Sandra dulu ya?" ucap Reigha meminta izin.
Nala sebenarnya tidak terima. Namun, hal ini bisa membuat Sandra tersadar akan posisinya. "Boleh. Jemput saja," ucap Nala santai.
Reigha menoleh cepat ketika Nala menyetujui begitu saja. "Kamu ... Tidak apa-apa?" tanyanya ragu.
Nala menggeser tubuh agar duduk menyamping, menatap Reigha sepenuhnya. "Apa kamu peduli seandainya aku tidak setuju?" ucap Nala balik bertanya.
Reigha tidak langsung menjawab karena kakinya sedang fokus untuk menginjak rem yang mobilnya sudah sampai di depan apartemen Sandra.
"Aku boleh naik atau menunggu disini saja?" tanya Reigha meminta persetujuan kembali.
Sambil bersedekap dada, Nala menjawab. "Tunggu disini saja. Kamu telepon dia suruh cepat ke bawah." Kini pandangan Nala mengedar untuk melihat keadaan apartemen selingkuhan suaminya. 'Lumayan mahal,' batin Nala yang memang paham akan kelas-kelas sebuah apartemen.
"Kenapa, La?" tanya Reigha ketika melihat Nala menatap gedung tinggi di depan layaknya seorang detektif.
Nala menoleh dengan wajah datarnya. "Tidak. Aku hanya sedang berpikir darimana Sandra mendapatkan uang untuk membeli apartemen mewah. Setahuku, gaji sebulan sebagai sekertaris belum bisa untuk membelinya. Masih butuh sekitar satu tahun dan yang bekerja harus makan dengan hemat. Hebat ya si Sandra," ucap Nala terdengar seperti sindiran.
Reigha hanya bisa menelan saliva karena Nala ternyata sangat cerdas.
"Mas?" panggil Nala yang membuat Reigha terkejut bukan main.
"Hah!"
Nala mengernyit heran. "Kamu kenapa, Mas? Muka kamu kok seperti orang yang sedang tertangkap basah, pias seperti itu," ucap Nala tanpa beban, mengabaikan bahwa Reigha akan semakin tertekan.
"Itu selingkuhan kamu sudah datang, Mas," ucap Nala sangat santai dengan mengendikkan dagu. Reigha mengikuti arah pandang Nala dan benar, Sandra sedang berjalan ke arah mobilnya dengan raut wajah masam.
"Wah, dugaan kamu ternyata benar, Mas. Lihatlah wajah Sandra! Bukankah dia sebentar lagi akan marah?" ejek Nala tertawa sinis.
Reigha sungguh merasa terjepit berada dalam situasi seperti ini. Mengapa Nala berubah menjadi bar-bar seperti itu? Reigha semakin yakin jika kemarin malam kepala Nala sudah membentur benda keras sehingga, dia berubah begitu drastis dari segi fisik maupun psikis.
Pintu di samping Nala terbuka dari luar yang tentu saja Nala tahu siapa pelakunya. Saat pintu sudah terbuka, wajah Sandra yang semula kesal kini terlihat mengendur, berganti dengan raut terkejut.
"Silahkan duduk di bangku belakang. Bangku depan khusus seorang isteri sah. Selingkuhan letaknya di belakang," ucap Nala tanpa beban dengan tangan menengadah mempersilahkan.
Sandra menatap tak terima pada Nala namun, dia tidak bisa apa-apa selain menurut. Hilang sudah semua kalimat-kalimat yang sudah Sandra rancang untuk memarahi Reigha habis-habisan. Selain tidak datang ke apartemen, Reigha juga tidak membalas semua pesan maupun telepon darinya.
Dan pagi ini, Sandra harus menelan kekecewaan karena Nala ikut ke kantor dan menjadi penghalang dalam misi merebut Reigha. 'Sial! Awas saja kau Nala!' gerutu Sandra dalam hati.
"Jangan menggerutu dalam hati. Aku tahu kamu pasti sedang menyumpahiku," ucap Nala tiba-tiba layaknya cenayang yang bisa membaca pikiran seseorang.
Deg.
Sandra seketika dibuat gelagapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Shautul Islah
cayyo nala,
2023-01-06
0
Aas Azah
ayo Nala buat reigha bucin dan meninggalkan sandra😊
2022-11-12
2
Dinda Putri
lanjut
2022-11-12
1