"Silahkan pergi, Mas. Kali ini aku akan membiarkan kamu pergi bersama wanita itu. Tapi besok, jangan harap kamu bisa bersenang-senang lagi," gumam Nala kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ya, Nala masih berada di kamar sebuah klub. Setelah mendengar ucapan Dandy yang mengatakan bahwa dirinya berhak atas Reigha, Nala bertekad untuk merebut suaminya kembali. Jika usahanya tidak membuahkan hasil dan membawa Reigha kembali, tidak masalah yang terpenting Nala sudah berusaha.
Nala harus banyak berterima kasih dengan Dandy yang dalam waktu sekejap sudah merubah pola pikirnya.
Setelah selesai, Nala memakai pakaiannya yang semalam kemudian pergi dari kamar sewa tersebut. Karena sudah berniat untuk berjuang, Nala juga memilih untuk menjadi dirinya sendiri. Selama ini, Nala sudah memendam jati diri demi berbakti pada Reigha.
Namun kali ini, Nala ingin Reigha jatuh cinta apa adanya tanpa ingin merubah apapun yang sudah menjadi diri dari Nala.
Nala memutar motor sportnya menuju pusat perbelanjaan di ibu kota. Selang beberapa menit, motor sport itu sudah terparkir sempurna dan Nala segera masuk untuk mencari sesuatu yang diinginkan.
Toko pakaian adalah hal pertama yang Nala kunjungi. Dia segera memilih dan mengambil banyak sekali celana jeans yang bagian depannya robek. Setelah itu, Nala mengambil beberapa kemeja dan kaos oversize yang merupakan baju kebangsaan Nala sewaktu masih zaman menjadi mahasiswi. Nala tersenyum membayangkan dirinya yang dulu.
Kini, Nala akan membangkitkan diri seorang Asmaranala Hanindya yang harus terpaksa dikubur dalam-dalam karena status pernikahan. Setelah menikah, bu Laras menyarankan Nala untuk selalu berpakaian elegan layaknya bangsawan. Tetapi tidak untuk kali ini, Nala ingin menjadi dirinya sendiri yang tangguh dan bar-bar.
"Selamat datang kembali Asmaranala Hanindya," sapa Nala untuk diri sendiri yang kini sudah memakai salah satu pakaian yang dibeli. Celana jeans robek di bagian lutut dan paha, dipadukan dengan kaos oversize berwarna putih.
Setelah membayar semua belanjaan, Nala berjalan menuju salon rambut. Walau sudah di potong beberapa minggu yang lalu, Nala ingin memotong lebih pendek lagi, yaitu sebahu model Bob.
"Cukur lagi, Mbak?" tanya seorang wanita yang tidak lain adalah seorang laki-laki. Nala tersenyum lalu mengangguk.
"Potong lima sentimeteran lagi ya? Kurang pendek dan pakai model Bob," ucap Nala yang segera dilaksanakan oleh laki-laki gemulai bernama Santi yang jika malam tiba akan berubah nama menjadi Santo.
Pada siang harinya, Nala sudah berada di perusahaan Cakrawala. Seperti niat awal, yaitu membawa Reigha kembali masuk dalam kapal rumah tangganya. Di tangan kiri sudah ada paperbag berisi makan siang untuk suami tercintanya.
Setelah melepas semua atribut mengendaranya, Nala berjalan anggun dengan mengenakan kacamata hitamnya. Dia melewati beberapa karyawan yang menyapa dengan ramah atas kedatangannya. "Selamat siang, Bu," sapa seorang resepsionis sambil membungkuk.
"Selamat siang. Apa suami saya belum keluar untuk makan siang?" tanya Nala ramah.
Sang resepsionis menggeleng. "Setahu saya belum, Bu. Beliau masih berada di dalam ruangannya. Bu Sandra juga belum turun," jawabnya lagi yang segera mendapat anggukan dari Nala.
"Baiklah. Aku akan memeriksanya sendiri," ucap Nala kemudian segera masuk lift.
Setibanya di lantai dimana ruangan Reigha berada, Nala tidak melihat Sandra duduk di mejanya. Dugaannya hanya ada dua, yaitu pergi makan siang atau sedang gatal menggoda suaminya. Nala menggeram kesal mengingatnya.
Nala segera masuk ke ruangan tanpa susah payah mengetuknya terlebih dahulu.
Ceklek.
"Siapa? Mengapa tidak sopan sekali masuk ke ruangan tanpa mengetuk—"
"Nala?" ucap Reigha terkejut. Sandra yang saat ini sedang bergelanyut di lengan Reigha juga terkejut hingga membuatnya berdiri tegak.
"Mas ... Mas. Apa yang sedang kamu lakukan? Kerjalah dengan benar," ucap Nala santai lalu melenggang masuk begitu saja dan meletakkan makan siang yang dibawa di atas meja. Setelah itu, Nala membuat gerakan melepas kacamata hitam elegan lalu, menaruhnya di atas kepala.
Tatapan Nala beralih pada Sandra yang menatap benci ke arahnya. "Kenapa? Tidak terima? Merasa terganggu? Atau perlu aku bawakan cermin yang besar untukmu?" tanya Nala pada Sandra penuh sarkasme.
"Ini kamu, La? Ini benar-benar kamu?" tanya Reigha menelisik penampilan Nala dari ujung rambut sampai ujung kaki, mengabaikan keberadaan Sandra yang sejak tadi merengek padanya untuk mengajak makan siang.
Sungguh, Reigha merasa terpana dengan penampilan baru isterinya. Jujur, Nala terlihat lebih cantik dan kekinian dengan penampilan seperti itu.
"Ayo, Ga. Bukankah kamu sudah berjanji untuk makan siang denganku di luar?" rengek Sandra manja, mengabaikan Nala, sang Isteri sah dari seorang Reigha Cakrawala.
"Maafkan aku, San. Lain kali kita bisa pergi. Aku tidak bisa meninggalkan Nala begitu saja karena ini merupakan ancaman untuk hubungan kita," ucos Reigha beralasan klasik.
Nala tersenyum puas dengan satu alisnya terangkat. "Silahkan pergi dari sini, Sandra. Bukankah kamu merupakan wanita baik-baik dan berpendidikan? Silahkan pergi. Sungguh, tidak ada manusia sebaik kamu di dunia ini," puji Nala bermaksud mengejek yang terdengar menyebalkan.
'Sejak kapan wanita itu mendapat keberanian? Mengapa sekarang aku merasa tersisihkan?' batin Sandra menggerutu.
Lagi-lagi Sandra harus keluar dan diusir untuk kedua kalinya oleh Nala. Sungguh, Sandra akan memberi pelajaran suatu hari nanti.
"Sandra?" panggil Nala lembut pada Sandra yang kini sudah mencapai ambang pintu.
Sandra menoleh dengan wajah kesalnya. "Apa?" tanyanya ketus.
Nala tersenyum manis hingga membuat Sandra ingin menelan Nala hidup-hidup. Nala begitu menyebalkan hari ini.
"Sekalian tutup pintunya ya? Aku ingin menghabiskan waktu bersama suami tercinta," ucapnya sengaja memanas-manasi.
Blam!
Sandra menutup pintu itu dengan keras hingga membuat Reigha yang sedang terpesona dengan penampilan dan sikap Nala, berjenggit kaget. Sedang Nala, dia tersenyum puas lalu duduk di kursi kerja Reigha dengan satu kaki melipat.
Reigha yang masih berdiri segera menoleh dan mengambil posisi duduk di kursi yang berhadapan dengan Nala yang hanya berbatasan dengan meja.
"Nala?" panggil Reigha memastikan sekali lagi bahwa wanita yang saat ini berada di hadapan adalah istrinya.
"Iya Mas Reigha Cakrawala," jawab Nala manis kemudian menyodorkan paperbag yang tadi dibawanya.
"Makan dulu, Mas. Atau mau aku suapi?" ucap Nala seakan barusan tidak terjadi apa-apa.
Reigha mengangguk. "Kamu beli makan siang apa?" tanya Reigha dengan mata tidak mau lepas menatap Nala.
"Makanan kesukaan kamu, Mas. Nasi goreng dari restoran Rembulan. Oh iya, Mas, nanti kalau ada tagihan di kartu debit kamu, itu ulahku ya," ucap Nala tanpa beban.
Reigha menghentikan gerakan tangannya yang akan membuka paperbag. "Maksudnya?" tanah Reigha yang kepalanya mendadak kosong.
Nala tersenyum manis kemudian beranjak dan duduk di pangkuan Reigha. Tangannya dia kalungan di leher Reigha, lalu mencium bibirnya sekilas.
"Masa kamu tidak paham. Aku habis belanja Mas Reigha Sayang," ucap Nala manja sambil mencium pipi Reigha gemas.
Layaknya anak anjing yang diberi makan, Reigha mengangguk patuh. Entah mengapa Reigha begitu suka dengan penampilan dan sikap Nala yang sekarang. Namun yang membuatnya heran adalah, mengapa Nala bisa berubah dalam waktu sehari?
"Kepala kamu tidak habis terbentur sesuatu kan?" tanya Reigha dengan tatapan heran.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...emoticon yang menggambarkan Nala saat ini adalah 😎😎...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Sulfia Nuriawati
nala berjuang sendiri🤦🏾♀️🤦🏾♀️🤦🏾♀️🤦🏾♀️kalo capek sepak aja tu reigha sm sandra biar ngegembel
2024-01-10
2
Windarti08
berarti antara Nala ataupun Sandra gak ada yang benar-benar dicintai oleh Reigha, yang ada hanya nafsu, buktinya begitu Nala merombak dirinya menjadi lebih cantik dengan tampilan baru yang lebih fresh si cecunguk Reigha langsung tersepona sama Nala dan Sandra diabaikan gitu aja
2023-05-02
0
eva tinamal
kejaduk kepala yang bodoh iyu reigha
2022-11-29
0