Nala menatap ponselnya heran ketika ada nomor tidak dikenal menelepon. "Nomor siapa ini? Angkat tidak ya?" monolog Nala tampak ragu. Akhirnya, Nala memilih mengabaikan telepon tersebut dan kembali pada kegiatannya, yaitu mengeringkan rambut.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan Nala baru saja selesai mandi. Nala sengaja mencuci rambut malam-malam begini karena tidak bisa tidur. Walaupun, tadi pagi Nala sudah mencucinya.
Belum kering rambut Nala, ponselnya kembali berdering menampilkan nomor tidak dikenal yang sama seperti penelepon tadi. "Siapa sih? Apa sangat penting sehingga meneleponnya berulangkali?" monolog Nala kemudian memutuskan untuk menerima telepon tersebut.
"Halo?" ucap Nala seketika menjauhkan ponsel karena suara bising dari seberang sana. Nala menduga bahwa seseorang di seberang sana sedang berada di sebuah klub atau diskotik.
"Hallo Nala! Ini Dandy!" ucap seseorang di seberang sana yang sedikit berteriak karena suaranya teredam oleh hiruk-pikuk sekitar. Setelah itu, Nala tidak lagi mendengar suara bising yang telah berganti dengan sapaan dari seberang.
"Nala? Kamu masih disana 'kan? Aku Dandy, La," ucap seseorang bernama Dandy yang kini sudah terdengar jelas.
"Iya, aku masih disini. Ada apa ya, Mas? Tidak biasanya menghubungiku di waktu yang sudah malam seperti ini," tanya Nala langsung pada intinya.
"Kamu kesini sekarang juga. Reigha mabuk berat dan ... Bersama Sandra. Kamu pasti sudah paham apa maksudku. Aku akan segera kirimkan alamatnya," ucap Dandy di seberang sana yang berhasil membuat jantung Nala berdegup tidak normal.
"Baik. Kirim alamatnya sekarang juga!"
Setelah telepon terputus, Nala bergegas memakai celana jeans dan jaket bomber-nya. Dia akan mengendarai sepeda motor agar cepat sampai di tujuan. Tidak lupa, Nala juga memakai kaos tangan, sepatu, dan penutup kepala agar tidak kedinginan sebelum dipakaikan helm.
Setelah memanasi motor sport-nya, Nala memeriksa sekali lagi pesan yang sudah dikirimkan Dandy. Walau belum pernah mengunjungi tempat tersebut, Nala kenal betul dimana letak klubnya.
Dengan kecepatan 180 kilometer, lima belas menit kemudian Nala akhirnya sampai. Sudah lama sekali Nala tidak mengenakan motor sport-nya dan ketika mengendarainya lagi, Nala merasa beban yang sempat hadir di hatinya menjadi sedikit berkurang.
Setelah berada di pelataran klub, Nala menghubungi nomor Dandy lagi agar mau menjemput dirinya. Tidak mungkin Nala masuk sendirian karena banyak sekali pengunjung yang mendatangi tempat gemerlap tersebut. Nala takut hilang ditelan lautan manusia yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya.
"Halo Mas Dandy! Aku sudah ada di luar! Tolong jemput aku bisa tidak? Aku takut masuk sendirian," jelas Nala lalu telepon terputus begitu saja.
Nala ingin mendumal namun urung ketika melihat tubuh tegap milik Dandy melambaikan tangan padanya. Nala bergegas mendekat. "Mas Reigha sekarang dimana?" tanya Nala panik.
"Ikut aku sekarang!" ajak Dandy kemudian mengajak Nala melewati lautan manusia yang begitu senang berdesak-desakan.
Nala begitu kewalahan mengikuti langkah Dandy hingga Nala memilih menarik kaos yang dikenakan pria tersebut. "Mas! Tunggu aku! Aku tertinggal!" ucap Nala yang entah mengapa justru membuat Dandy terdiam menatapnya lamat-lamat.
"Mas!" sentak Nala menyadarkan keterdiaman Dandy.
"Sorry. Ayo ikut aku!" ucap Dandy kemudian menautkan jemarinya pada jemari Nala.
Entah mengapa, Dandy merasa hatinya mendadak tak karuan saat merasakan tangannya bertaut dengan tangan Nala. Mencoba menepis rasa yang meresahkan, Dandy membawa Nala hingga sampai di depan lift.
"Reigha diajak Sandra untuk menyewa kamar. Entah mengapa, aku merasa curiga jika Sandra mempunyai niat buruk," ucap Dandy dengan telunjuk sibuk memencet angka yang akan dituju.
Nala tertegun sejenak. "Tetapi, bukankah hubungan mereka memang sudah sejauh itu?" lirih Nala seketika mendapat serangan mental.
Pintu lift terbuka ketika Nala masih sibuk dengan pemikirannya. Dandy memilih menarik tangan Nala agar segera masuk dalam benda kotak tersebut.
"Aku yakin, Reigha belum pernah melakukan sejauh itu pada Sandra. Reigha tidak akan menyentuh seorang wanita jika wanita tersebut belum sah untuknya. Apalagi, Sandra adalah wanita yang dicintai, Reigha akan sangat menjaga kehormatannya," jelas Dandy panjang lebar yang sudah tidak Nala dengar dengan baik.
Rasanya, suara Dandy dan suara degup jantungnya sedang melakukan lomba maraton, saling mengejar dan mengalahkan satu sama lain.
Pintu lift akhirnya terbuka. Dandy buru-buru menarik tangan Nala menuju kamar inap yang sudah sengaja Sandra pesan untuk menjebak Reigha. Ya, Dandy menduga-duga bahwa Sandra akan menjebak Reigha. Dandy tentu paham bagaimana sifat Sandra hingga bu Nilam tidak merestui hubungan keduanya.
"Masuk, La! Aku hanya bisa mengantarkan kamu sampai disini. Setelah ini, kamu harus berusaha sendiri mempertahankan Reigha agar tidak terjatuh lagi pada Sandra," ucap Dandy berubah serius.
Nala terlihat ketakutan yang gelagatnya disadari oleh Dandy. "Jangan takut. Kamu adalah istrinya dan wanita di dalam hanyalah masa lalunya. Kamu berhak atas Reigha sepenuhnya," ucap Dandy lagi memberi semangat.
"Kamu pasti bisa, La! Jangan biarkan Reigha jatuh ke tangan yang salah. Dia hanya bodoh saja," ucap Dandy lagi yang berhasil membuat Nala terkekeh. Setidaknya, ketegangan yang tercipta sedikit mencair karena ucapan Dandy barusan.
Dandy akhirnya berlalu dan tinggallah Nala yang berdiri di depan kamar hotel yang sudah disewa oleh Sandra untuk Reigha. Nala memejamkan mata kemudian menghembuskan napas kasar sebelum mengetuk pintu di depannya.
Tok. Tok. Tok.
Ketukan pertama belum ada jawaban hingga Nala memilih mengetuknya lagi. Nala yakin, pintu di depannya dalam keadaan terkunci. Oleh karena itu, Nala memilih mengetuk pintu juga agar Sandra mau membukakan pintu. Nala yakin, jika Sandra tahu bahwa yang berada di balik pintu adalah dirinya, Sandra pasti tidak akan membuka pintu.
Tok. Tok. Tok.
Tok. Tok. Tok.
Nala hampir putus asa karena tidak ada tanda-tanda seseorang di dalam sana akan membukanya. Namun, dugaan Nala salah ketika melihat kenop pintu berputar. Lalu,
Ceklek.
Nala sempat terkejut ketika mendapati bagian atas tubuh Sandra sudah polos. Namun, itu hanya sebentar karena sekarang Nala sudah berusaha mendorong pintu dengan sekuat tenaga hingga berhasil membuat Sandra terlempar dan berakhir tersungkur di lantai.
Nala menatap Reigha yang sudah tergeletak tak berdaya di atas ranjang berukuran king size dengan masih mengenakan pakaian lengkapnya. Nala bisa bernapas lega karena perkiraan Dandy tepat.
Tatapnya beralih pada Sandra yang kini sedang mengenakan pakaiannya kembali. "Mau apa kamu?" tanya Sandra panik.
Nala tersenyum licik. "Menyelamatkan rumah tanggaku," jawab Nala dengan mata menatap nyalang Sandra. Perlahan, Nala berjalan mendekat pada Sandra yang sudah lengkap mengenakan dress kurang bahan.
"Keluar dari sini sekarang atau aku akan bertindak tegas," ancam Nala dengan nada dinginnya.
Sandra melipat tangan di depan dada. "Silahkan saja lakukan tindakan jika kamu berani," tantang Sandra yang urat malunya sudah putus.
Dengan gigi bergemeletuk dan kemarahan yang sudah naik ke ubun-ubun, Nala mengangkat tangan dan mendaratkan tamparan keras pada pipi Sandra.
PLAK!
"Murahan!" umpat Nala geram.
Kepala Sandra sampai miring akibat tamparan keras Nala. Dengan air mata yang mulai mengumpul di pelupuk mata, Sandra menyambar tasnya dan keluar dari kamar tersebut.
...***************...
...jangan lupa dukungannya BESTie ku😍...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Micke Rouli Tua Sitompul
hajar pelakor
2024-02-21
0
Aas Azah
Bagus Nala hempaskan pelakor bila perlu buang aja kelaut🤭
2022-11-12
0
Linda Yohana
bagus perempuan sepert itu harus di kasih pelajaran
2022-11-11
1