Sepeninggalan dua ibu yang begitu berarti di hidup Nala, senyum yang sempat terukir kini meredup. Nala harus kembali pada rutinitasnya bersama Reigha yang mungkin ... Akan menyakiti hatinya kembali.
Ekor mata Nala menangkap sosok Reigha yang kembali ke kamar sepeninggalan mama dan ibu. Nala membuang muka karena tatapan Reigha terlihat ingin menelannya bulat-bulat.
"Mengapa kamu mengatakan aku suami yang tidak berguna?" tanya Reigha tidak terima sambil kedua lengan berkacak pinggang.
Nala terbahak. "Bukan aku yang mengatakannya, tetapi mama. Aku hanya membenarkan ucapan mama yang memang benar adanya," jawab Nala merasa puas.
Terdengar dengkusan pelan dari Reigha yang kini sudah mengambil posisi duduk di pinggir ranjang. "Apa karena mama mengataiku suami tidak berguna, kamu jadi ingin ikut-ikutan mama?" tanya Reigha lagi yang masih tidak terima dengan kekalahannya.
Nala menatap Reigha tajam. "Memangnya ada masalah apa dengan hal itu? Aku berhak melakukan pembalasan bukan?" tanya Nala dengan satu alis terangkat.
Tidak ada jawaban dari Reigha. Ketika Nala mencoba mencuri tatap, ternyata Reigha sedang memperhatikannya. "Kenapa?" tanya Nala dengan dagu mengendik.
Helaan napas kasar berhasil lolos dari dada Reigha. "Aku mau meminta maaf atas kesalahanku. Aku sungguh tidak tahu jika kamu terserempet mobilku saat itu. Aku tidak sengaja melakukannya," sesal Reigha terdengar tulus.
Nala memicing untuk mencari sebuah dusta pada raut wajah Reigha yang sayangnya, tidak ditemukannya. "Kamu tidak sedang bersandiwara 'kan, Mas?" tanya Nala ragu-ragu.
Reigha tersenyum kecut, tidak menyangka jika Nala akan menuduhnya sedang bersandiwara. Wajar, kepercayaan Nala padanya sedang mengikis.
"Tidak masalah jika kamu menganggapnya sebagai sandiwara," ucap Reigha kemudian.
Nala seketika merasa bersalah. "Maaf, bukan aku bermaksud seperti itu. Tapi—"
"Tidak masalah. Oh iya, Sandra sebentar lagi akan datang untuk menjengukmu. Kalau begitu, aku turun dulu untuk menunggunya." Reigha menyela ucapan Nala begitu saja.
Nala menatap Reigha datar. Rasa bersalah yang sempat hinggap kini menguar seketika. "Benar kan dugaanku? Ada udang di balik rempeyek," gumam Nala yang masih bisa didengar Reigha.
"Ini tidak seperti yang kamu duga. Sandra baik oleh karena itu, dia berniat untuk menjengukmu," bela Reigha yang membuat Nala muak.
"Bela saja Sandra terus, Mas ... Sampai kamu lupa bahwa yang sebenarnya istrimu itu aku," kesal Nala kemudian memalingkan muka.
Selepas kepergian Reigha, Nala mengambil pigura yang bersandar di atas nakas. Pigura yang memajang gambar diri Nala dan Reigha. Nala masih teringat jelas dimana latar yang menjadi background foto tersebut.
Foto itu merupakan kenang-kenangan saat Nala dan Reigha pergi liburan ke sebuah wisata yang berada di Indonesia. Tempat wisata yang terdiri dari rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di Pulau Papua.
Pulau yang sangat indah yang menawarkan pemandangan area bawah laut.
Nala mengusap wajah Reigha yang tersenyum begitu bahagia sambil lengannya merangkul bahunya. "Aku merindukanmu yang dulu, Mas. Kapan kamu akan sadar bahwa apa yang kamu lakukan akan kamu sesalkan di kemudian hari?" monolog Nala.
Nala kembali meletakkan pigura tersebut di tempat semula. Kakinya dia turunkan dari ranjang dan berjalan menuju balkon. Nala memang terluka akibat terserempet mobil. Tetapi, hal itu tidak mempengaruhi aktifitas Nala seperti berjalan. Lukanya hanya luka lecet yang lumayan lebar.
Tepat saat Nala baru saja keluar, di bawah sana, Nala bisa melihat Sandra yang baru saja memarkirkan mobilnya. Nala tersenyum kecut ketika Reigha menyambutnya dengan hangat.
Nala masih setia menatap dua manusia yang sudah menorehkan luka di relung hatinya dengan sengaja. Hal tak pantasvpun tak luput dari pandangannya. Dengan mata kepalanya sendiri, Nala melihat Sandra menciumi bibir suaminya dengan begitu mesra.
Padahal, di bawah sana ada pak Rudi yang sedang mencuci mobil dan bi Ati yang sedang mencabuti rumput. Nala memalingkan muka, merasa terluka dengan perbuatan Reigha.
Nala kembali masuk untuk mengunci pintu kamarnya. Dia tidak ingin Sandra sampai di kamar dan menjenguknya. Nala tidak ingin melihat Sandra ada di rumahnya hingga menginjakkan kaki di tempat pribadinya.
Setelah berhasil mengunci pintu, Nala berbalik dan menyandarkan punggungnya pada pintu. Matanya memejam erat mencoba menikmati rasa sakit yang kini menjalar di hatinya. "Kamu sudah keterlaluan, Mas. Aku benci padamu," monolog Nala dengan satu tangan menepuk-nepuk dada kirinya yang terasa sesak.
Tidak berapa lama, pintu kamarnya diketuk hingga membuat Nala berjenggit kaget karena sedang melamun.
"Nala? Sandra sudah datang dan ingin menjengukmu. Tolong buka pintunya," ucap Reigha berteriak dari luar. Nala memilih diam kemudian berjalan menuju ranjang. Lebih baik Nala berbaring dan memejamkan mata untuk menghilangkan rasa panas di hati karena rasa cemburu telah membakarnya habis.
"Tolong pergi dari sini. Aku ingin istirahat dan sedang tidak mau menemui siapapun!" teriak Nala berusaha menyembunyikan getar pada nada bicaranya.
....................
Dua jam setelah Sandra datang, akhirnya Nala mendengar deru mobil yang keluar dari pekarangan rumahnya. "Dia sudah pulang. Aku yakin, mas Reigha pasti ikut bersamanya," monolog Nala sambil menyembunyikan wajah pada guling yang di peluknya.
Matanya sudah memerah dengan kelopak mata yang sembab. Ya, dalam kesendirian Nala menangisi Reigha. Menangisi nasib diri yang kurang beruntung dalam hal cinta.
Istri mana yang akan baik-baik saja setelah melihat suaminya berciuman dengan wanita lain. Karena perutnya merasa lapar, Nala memilih keluar kamar menuju dapur untuk mencari makanan.
Saat sudah berada di dapur, ada bi Ati yang saat ini sedang menatap ke arahnya dengan pandangan iba. "Bu? Saya tidak rela ibu diperlakukan seperti oleh pak Reigha. Tetapi, saya tidak bisa membantu apa-apa selain berdoa semoga pak Reigha segera tersadar," ucap bi Ati sambil mengelus lengan Nala lembut.
Nala tersenyum tipis. "Aku lapar, Bi. Bibi masak apa hari ini?" tanya Nala berusaha mengalihkan perhatian bi Ati.
Bi Ati terlihat menghela napas. Dia turut prihatin dengan rumah tangga Nala dan Reigha. Apalagi, bi Ati bisa melihat mata Nala yang sembab seperti saat ini. Bi Ati yakin, Nala baru saja menangis.
"Nala!" panggil suara yang sudah tidak asing lagi. Nala menoleh malas ketika mendengar nada marah dari panggilan itu.
"Tidak bisakah kamu menghargai perasaan Sandra? Dia sudah jauh-jauh datang kesini hanya untuk menjengukmu," ucap Reigha menatap marah pada Nala. Sedang yang ditatap, kini memutar bola matanya jengah.
"Memangnya, dia siapa? Kamu saja yang tidak punya hati dan perasaan sehingga dengan mudahnya menyuruhku menemui SELINGKUHAN MU! Dasar wanita tidak punya malu! Tidak punya harga diri!" maki Nala menunjukkan kemarahannya.
Bi Ati sampai harus mundur beberapa langkah karena terlalu terkejut dengan sikap Nala yang sedang marah. Begitu juga Reigha, dia begitu takut melihat kemarahan Nala yang tidak pernah ditunjukkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Reigha memang suami kentaaaaang🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Riau Silva Indah
haloo author.. kok ga up
2022-11-09
1
Lia Fadliiea
dasar suami tak berprasaan
2022-11-08
1
Aas Azah
aku tuh benci sama Sandra,ko dia mau yah jadi perusak rumah tangga orang alias pelakor
2022-11-08
2