Dua hari pasca dirawat, Nala akhirnya diperbolehkan pulang. Bu Larasati sempat khawatir hingga memilih untuk datang ke Jakarta lagi. Mama dan papa dari Reigha juga merasakan hal yang sama hingga memilih untuk menemani Nala selama dirawat.
"Nala? Kamu butuh sesuatu? Makan buah? Minum susu?" tanya bu Nilam, selaku ibu dari Reigha yang juga mama mertua Nala.
Nala tersenyum lalu menggeleng. "Aku bisa ambil sendiri kok, Ma. Mama sama ibu lebih baik makan siang dulu. 'Kan, dari tadi kalian belum makan," ucap Nala yang ada benarnya.
Bu Laras menatap Nala dengan pandangan khawatir. "Kamu tidak masalah jika ibu tinggal? Kalau kamu butuh apa-apa bagaimana?" tanya bu Laras perhatian.
Nala terkekeh pelan. "Nala sudah baik-baik saja kok, Bu. Ibu sama Mama Nilam makan dulu ya? Nala sudah bisa jalan sendiri, tenang saja," ucap Nala menenangkan dua orang ibu yang sedang khawatir padanya.
Akhirnya, bu Laras dan bu Nilam mau meninggalkan Nala setelah hampir seharian mengekang Nala agar tidak banyak gerak dahulu. "Mama akan suruh Reigha untuk menjaga kamu," ucap bu Nilam sebelum benar-benar menghilang di balik sekat kamar.
Nala menghela napas kasar. Ibu dan mama mertuanya tidak tahu kejadian sebenarnya dan siapa pelaku yang sudah membuat Nala dalam keadaan seperti sekarang. Seandainya Nala bercerita semua, Nala yakin ibunya akan membawa dirinya pulang ke Bogor.
Ya, Nala memang belum bercerita apapun pada ibu maupun mama mertuanya. Jika Masalah rumah tangganya masih bisa diatasi sendiri, Nala akan berusaha untuk menutupi kekurangan Reigha.
Lamunan Nala buyar ketika pintu kamar dibuka dari luar hingga menampakkan Reigha dengan wajah tidak bersahabat. "Kapan kamu sembuh sih? Aku tuh bosan berada di rumah terus. Belum lagi, Sandra sejak dua hari yang lalu selalu meneleponku," kesalnya setelah berdiri di samping ranjang sambil bersedekap dada.
Nala menatap penuh luka pada Reigha. "Silahkan pergi jika itu maumu. Paling, mama dan ibu akan segera tahu jika anak sekaligus menantu kebanggaannya tidak sesuai apa yang terlihat," jawab Nala bernada sarkasme.
Reigha menggeram kesal. "Seandainya aku tidak butuh bantuanmu, aku sudah menceraikanmu dan memilih menikah bersama Sandra. Kamu itu sangat menyebalkan," ucap Reigha begitu tega.
Mata Nala berkaca-kaca mendengar pernyataan Reigha yang mengatakan bahwa dirinya menyebalkan. Belum lagi, kata-kata bahwa Reigha akan menceraikan dirinya. Sebegitu burukkah Nala sehingga dengan mudahnya Reigha melepaskan?
"Aku tidak akan biarkan kamu menikahi Sandra. Apapun yang terjadi, aku akan berusaha untuk menggagalkannya," jawab Nala dengan sorot mata yang begitu tajam.
Reigha sempat terkejut dengan tatap tajam yang Nala tunjukkan. Namun, Reigha percaya bahwa Nala akan berpikir dahulu sebelum bertindak. "Lakukan saja apa yang kamu inginkan.
Setelah mendapat restu dari mama, aku akan menikahi Sandra secepatnya."
"Restu itu tidak akan pernah kamu dapat," ucap Nala dengan yakin.
"Kita lihat saja nanti," jawab Reigha menantang, tidak mau kalah.
Setelahnya, suasana hening. Reigha sibuk dengan pikirannya sendiri begitu juga dengan Nala yang masih setia memandangi wajah tampan suaminya. Hingga suara bu Laras dan bu Nilam kembali terdengar. "Kalian sedang berbicara bahasa kalbu ya? Kok sejak tadi hanya menatap tanpa bersuara?" kekeh bu Nilam kemudian mengelus surai kecoklatan milik Nala.
Nala tersenyum tipis. "Seandainya bahasa kalbuku bisa mas Reigha dengar, aku akan sangat bahagia, Ma," ucap Nala bercanda namun begitu sampai di hati Reigha.
Reigha menatap Nala dengan pandangan yang sulit digambarkan. "Reigha! Jaga Nala baik-baik. Menjadi seorang suami itu harus siaga. Istri terserempet mobil saja kamu tidak tahu. Dasar suami tidak berguna!" omel bu Nilam merasa kesal.
Hati Reigha seperti tercubit ketika mendengar mamanya mengatainya suami tidak berguna. 'Apa memang aku adalah suami tidak berguna?' tanyanya dalam hati.
Bu Laras dan bu Nilam tampak saling lempar pandang. "Kamu dulu yang bicara," ucap bu Nilam pada bu Laras.
Nala hanya bisa mengerutkan alis ketika melihat gelagat ibu dan mama.
Bu Laras menghembuskan napas sebelum berbicara. "Ibu harus pulang sekarang, La. Ibu sudah meninggalkan pekerjaan selama tiga hari di Bogor. Lain kali ibu akan datang lagi untuk melihat kondisi kamu," ucap bu Laras terdengar berat mengucapkannya.
Nala menggerucut bibir. "Mengapa cepat sekali? Apa ibu tidak mau menginap lebih lama lagi? Nala kesepian, Bu," rengek Nala dengan mata berkaca-kaca.
"Loh! Kok kamu nangis seperti Reigha suka nakal saja," ucap bu Laras panik kemudian mendekat pada Nala yang sedang terduduk di ranjang dan memeluknya.
Saat berada di pelukan sang ibunda, Nala menangis sejadi-jadinya hingga membuat bu Laras dan bu Nilam kebingungan. "Ibu disini saja temani Nala," ucap Nala terdengar pilu.
Bu Nilam menatap putranya yang saat ini sudah membeku di tempat. "Kamu apakan Nala sampai dia begitu takut akan ditinggal ibunya?" tanya bu Nilam dengan tatapan menghunus. Reigha tidak menjawab namun, salah satu sudut dihatinya ikut bergetar ketika melihat tangisan Nala. Dadanya terasa sesak.
"Disini 'kan ada Reigha, Sayang. Reigha yang akan temani kamu," ucap bu Laras mencoba menenangkan. Bukannya tenang, mala justru semakin sesenggukan.
"Sebenarnya kamu kenapa? Apa ada masalah dengan Reigha?" tanya bu Nilam yang ikut mendekat dan memeluk Nala.
Tatapan bu Nilam kembali tertuju pada putranya. "Kamu apakan Nala hingga dia begitu takut hidup denganmu?" tanya bu Nilam kesal.
Reigha hanya menggeleng kemudian pergi dari ruangan yang sudah membuat dadanya terasa sesak.
Setelah kepergian Reigha, Nala akhirnya bisa tenang. Dengan sisa air mata, Nala menatap ibu dan mama. "Nala hanya rindu dengan Mama dan Ibu. Selama ini, mas Reigha begitu baik padaku dan ... Mencintaiku. Dia selalu ... Ada untukku," bohongnya kemudian satu tetes air mata kembali jatuh.
Lidah bisa berbohong tetapi hati akan selalu menunjukkan wajah aslinya. Terbukti dari ucapan Nala yang mengatakan begitu bahagia hidup bermss Reigha. Nyatanya, dia mengucapkannya disertai tangis pilu.
"Mama dan Ibu kalau ingin pulang hati-hati. Jangan khawatirkan Nala karena ada mas Reigha yang akan menjaga," ujar Nala lagi berusaha meyakinkan.
Bu Laras dan bu Nilam akhirnya mengangguk lega. "Ya sudah, kalau begitu kami pergi dulu. Kalau kamu butuh sesuatu, jangan telepon ibu karena jauh, tinggal telepon Mama saja yang dekat," ucap bu Nilam kemudian mengecup kening menantunya.
"Jaga diri baik-baik ya, La. Ibu pulang dulu karena banyak pekerjaan yang harus segera ibu bereskan," pamit bu Laras yang segera diangguki oleh Nala. Bu Laras juga melakukan hal yang sama, yaitu mengecup kening Nala dengan sayang.
"Ingat! Kalau Reigha berbuat macam-macam, kamu telepon Mama atau papa. Kami yang akan membereskan anak durhaka sekaligus suami tidak berguna itu," ucap bu Nilam menggebu-gebu hingga berhasil membuat Nala tertawa lepas.
"Iya, mas Reigha memang suami yang tidak berguna," imbuh Nala sambil tergelak renyah, menyetujui dengan pendapat mama mertuanya sekaligus merasa puas bisa mengatai suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
jangan lupa tinggalkan jejak ya😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Wo Lee Meyce
malas dgn karakter wanita yg lemah krna katax cinta,,,,pretttt!!!makan tu cinta
2023-09-15
2
Windarti08
males sama karakter wanita yang lemah karena cinta model Nala gini,,
cinta itu gak bisa dipaksakan Nala, lepasin aja napa sih si suami gak guna model Reigha itu, ntar juga dia bakal nyesel lebih memilih si rubah betina itu dan menceraikan kamu
2023-05-02
0