Jepang merupakan sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang dan bertetangaan dengan Republik Rakyat Tiongkok, Korea Selatan dan Rusia. Negara yang dikenal akan keindahan gunung Fuji dan bunga sakura yang bermekaran di musim semi menjadi tujuan pertama bagi sepasang kakak beradik dari pasangan Rayyan dan Arumi.
Enam tahun lamanya bergelut dengan materi kedokteran, praktek dan kegiatan lainnya, akhirnya Zahira lulus dari The University of Tokyo sebagai seorang dokter. Ia memutuskan kembali ke Indonesia dan bekerja di rumah sakit milik sang ayah, sedangkan Ghani masih ingin mengambil spesialis bedah seperti kedua orang tuanya.
Berada di sebuah pesawat udara jurusan Tokyo Jakarta, Zahira menyenderkan punggung di sandaran kursi sambil memandangi birunya langit dari dalam pesawat. Beberapa menit lalu, pikiran gadis berusia dua puluh empat tahun sempat menerawang jauh seolah jiwanya tersesat pada suatu waktu dari masa lampau. Kilasan kejadian di masa lalu hadir dalam benak gadis itu.
Menghela napas panjang sembari menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuh yang hanya menyisakan bagian kepala. "Sudah enam tahun berlalu, tetapi kenapa kejadian itu sulit sekali kulupakan. Seharusnya bayangan saat Shaka mengutarakan isi hatinya kepada Ziva telah terkubur bersamaan dengan kenangan pahit yang kurasakan. Namun, kenapa bayangan itu terus menari indah di pelupuk mataku."
"Tuhan, sampai kapan aku harus mengingat kejadian itu? Sungguh, aku lelah bila hampir setiap malam merasakan dadaku terasa sesak bagai dihimpit oleh sebongkah batu besar jika teringat bagaimana bersinarnya wajah Shaka saat cintanya diterima oleh Ziva." Tanpa terasa butiran kristal meluncur di sudut mata. Hati terasa sakit bagai ditusuk sembilu bila mengingat saat sang sahabat menyatakan cinta kepada wanita lain.
Pertama kali jatuh cinta, ia langsung menerima kenyataan pahit bahwa pria yang dicintai ternyata mencintai wanita lain. Sakit, itulah yang dirasakan oleh Zahira. Memendam rasa selama enam tahun dan mencoba menjadi sahabat terbaik bagi Shaka tidaklah mudah. Ada saat di mana dia tersiksa karena harus menahan diri untuk tidak mengatakan apa yang dipendam selama ini olehnya.
Tidak ingin terus memikirkan kenangan masa lalu yang semakin membuatnya tersiksa, Zahira memutuskan membuka smart phone dan memandangi foto keluarga. Senyum mengembang di wajah saat melihat sorot mata penuh kebahagiaan terpancar di bola mata ayah dan bundanya. Walaupun usia sudah tak lagi muda, tetapi Rayyan dan Arumi masih tampak seperti pengantin baru yang tak pernah malu menunjukan kasih sayang di hadapan semua orang.
Lampu sabuk pengaman telah dimatikan oleh kopilot, menandakan sebentar lagi pesawat itu telah tiba di bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
"Persiapkan dirimu Zahira, karena sebentar lagi kamu bertemu kembali dengan masa lalumu. Untukmu hati, kumohon bekerjasamalah denganku. Jangan lagi merasa sakit bila suatu saat dirimu bertemu dengan lelaki itu!" berucap lirih, meminta kepada dirinya sendiri agar selalu kuat menghadapi apa yang akan terjadi di kemudian hari.
"Zahira!" seru Arumi saat melihat anak tercinta keluar dari dalam bandara. Seorang porter mengekori langkah Zahira di belakang.
"Bunda, Ayah!" Zahira bergegas berhambur, kemudian memeluk kedua orang tuanya dengan begitu erat. "Aku kangen banget sama Bunda dan Ayah." Berucap dengan nada manja seolah dia masih anak berusia remaja.
Rayyan mengusap puncak kepala Zahira dengan lembut. "Ayah dan Bunda juga kangen sekali sama kamu, Nak. Akhirnya, setelah enam tahun berpisah kita bisa berkumpul lagi seperti dulu."
"Pokoknya, mulai hari ini, kita tidak boleh pisah lagi," tutur Arumi sambil meneteskan air mata.
Seorang gadis remaja berusia sembilan belas tahun mendengkus kesal kala menyaksikan sikap manja sang kakak. "Ck! Sudah besar masih berlagak sok manja. Dasar, tidak tahu malu!"
Shakeela Zanitha atau biasa dipanggil Sha merupakan musuh bubuyutan Zahira. Kedua gadis itu sering bertengkar hanya karena hal sepele. Meskipun begitu, mereka tetap saling menyayangi dan mengasihi satu sama lain.
"Shakeela! Tidak sopan berbicara begitu terhadap Kakakmu, Nak!" tegur Arumi lembut.
Bibir mungil Shakeela mengerucut ke depan, nyaris sejajar dengan hidungnya yang mancung. "Memang kenyataannya begitu kok, Bun. Kak Zahira itu manja. Sangat manja!" menghentakkan kaki di lantai seraya melipat kedua tangan di dada.
Rayyan hanya menjadi penonton, menyaksikan drama kedua anak gadisnya.
Mengerti kalau sebenarnya Shakeela merindukannya, Zahira mengurai pelukan kemudian merentangkan kedua tangan dan membawa tubuh adik tercinta dalam pelukan. "Dasar bodoh! Begitu saja marah! Kalau kangen bilang dong jangan pura-pura marah padahal dalam hati ingin dipeluk," godanya seraya mengusap pinggung dengan lembut.
"Siapa yang kangen? Aku tidak kangen kok sama Kakak," jawab Shakeela. Di bibir berkata tidak, tetapi kedua tangan semakin mengeratkan pelukan.
Sontak, tingkah laku kedua gadis itu membuat Rayyan dan Arumi terkekeh pelan. Ada rasa haru dalam hati karena keluarganya bisa berkumpul lagi meski Ghani memutuskan melanjutkan program spesialis di negeri Sakura tak mengurangi rasa bahagia yang tengah Arumi rasakan.
***
"Beristirahatlah dulu sambil Bunda buatkan sayur sop ceker kesukaanmu," ucap Arumi ketika ia dan keluarganya sudah sampai di rumah. "Sha, kamu temani Kakakmu. Namun, kamu harus ingat jangan bertengkar! Kasihan Ayah, sejak kemarin melakukan tindakan operasi terus hingga tak mempunyai waktu istirahat. Jadi, Bunda mohon biarkan Ayah tidur sebentar sebelum berangkat kerja lagi."
"Bunda tenang saja, aku tidak akan bertengkar dengan Kakak. Janji!" ucap Shakeela sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah bersamaan.
Sudut bibir Arumi tertarik ke atas. Apabila Shakeela sudah berjanji maka gadis itu pasti menepati. Jadi tidak ada alasan bagi wanita paruh baya itu untuk mempercayai anak bungsunya.
"Kak, keadaan di Jepang sekarang bagaimana? Aku ingin liburan lagi ke sana, tetapi Ayah selalu saja sibuk hingga tak mempunyai waktu mengajakku jalan-jalan," keluh Shakeela saat ia dan Zahira terbaring di atas ranjang yang sama.
Zahira terdiam sejenak, memandangi langit-langit kamar sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Shakeela. "Masih sama seperti dulu, Dek, tidak ada yang berubah."
Usai menjawab pertanyaan Shakeela, Zahira terdiam kembali. Pandangan mata masih menatap ke atas langit-langit kamar. Merasakan kembali betapa nyamannya merebahkan tubuh di atas kasur empuk dan di kamar miliknya.
"Kakak tahu tidak kabar terbaru tentang Kak Shaka?" celetuk Shakeela memecah keheningan. Entah kenapa, kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirnya yang mungil.
Mendengar pertanyaan adik tercinta, membuat jantung Zahira rasanya berhenti berdetak dan pasokan oksigen di sekitar seakan tak mampu memenuhi kebutuhan udara di dalam paru-paru. Ingin sekali meminta Shakeela berhenti membahas hal berkaitan tentang Shaka. Akan tetapi ia pun dibuat penasaran, sebab semenjak kejadian itu mereka tak lagi berkomunikasi. Dua anak manusia fokus dengan urusan masing-masing.
Zahira menggelengkan kepala, mata sipitnya memicing ke arah Shakeela. "Tidak. Memangnya ada kabar apa, Dek?"
Shakeela meletakkan siku di atas kasur dengan posisi menyamping, menghadap Zahira. "Ehm ... Kak Shaka--"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
s
untuk tidak mempercayai
2023-12-29
0
Lisa Icha
pasti sakit ya Za Kala Kita memendam perasaan ma sahabat sendiri.Dimana Kita harus pura2 kuatkan hati untuk semuanya
2023-12-29
1
Enung Samsiah
degdeggan nih zahira mndngar kbr msa lalu, cinta terpdm sblh tngn
2023-03-12
3