"Iya, paman dukung kamu. Tapi untuk saat ini tenangkan dulu dirimu. Kita tunggu kabar dari dokter, ya"
Dika terus mencoba menenangkan Lucas.
Lucas mengepalkan tangannya, matanya memerah menahan takut dalam dirinya.
Berulang kali hp nya berdering, bukannya menjawab telponnya Lucas malah membanting hpnya.
"Tenang Lucas, kenapa kamu sampai membanting hp mu begini?"
Lucas tak peduli, ia membiarkan hp nya berceceran di lantai.
Ia tetap mondar mandir di luar ruangan ICU berharap dokter segera keluar dengan membawa kabar baik.
Dika akhirnya memunguti hp di lantai dan mencoba merakitnya kembali.
Kebetulan hp itu masih bisa di nyalakan.
Ia menyimpannya di dalam saku celananya kemudian mendekati Lucas dan kembali menenangkannya.
Tak lama dokter pun keluar.
Dokter mengajak Lucas dan Dika ke ruangannya karena ada hal serius yang perlu di bicarakan.
"Apa yang ingin dokter katakan?" Tanya Lucas
"Begini. Seperti yang anda ketahui pasien adalah mantan perokok berat. Paru-parunya sudah mengalami perubahan yang sangat hebat.
Barusan setelah kami periksa lebih lanjut ada infeksi juga bagian tenggorokan" jelas dokter
"Lalu bagaimana sekarang kondisi kakak saya dok?" Imbuh Dika
"Untuk saat ini pasien sudah tidak lagi batuk berdarah seperti tadi. Namun saya tidak bisa pastikan apakah obat ini akan bisa 100% menyembuhkan pasien"
"Itu tugas dokter untuk menyembuhkan papa saya. Lakukan yang terbaik, semahal apapun pasti akan saya bayar asal dokter bisa menyembuhkan papa saya" Sela Lucas
"Iya pak, ini memang tugas kami sebagai dokter. Tapi kami hanya bisa berusaha, sedangkan hasilnya ada pada yang maha kuasa"
"Kalau dokter tidak sanggup mengobati papa saya, katakan sejak tadi. Saya akan membawa papa saya ke rumah sakit yang lebih canggih dan lengkap dari sini"
Ujar Lucas lalu keluar
Dika mengerti bagaimana perasaan Lucas, ia lalu meminta maaf pada dokter
"E... Maaf dok, maafkan keponakan saya. Mungkin karena ia merasa sangat khawatir pada papanya hingga bersikap seperti itu"
"Iya pak saya mengerti"
"Ya sudah kalo gitu saya permisi dok"
Dika pun keluar namun tak menemukan Lucas di luar.
Dika mencoba berkeliling mencari namun tak juga menemukannya.
Ketika ia ingin menelepon ia teringat kalau hp nya Lucas ada padanya.
Lucas pergi dari rumah sakit untuk pulang.
Di rumah tepat saat Lucas membuka pintu, Viona sedang duduk manis sambil mengecat kukunya.
"Hai... Suami ku udah pulang"
Lucas yang sedari tadi menyimpan amarah padanya kini berniat untuk melupakannya.
Lucas menghampirinya dan mengeluarkan nota belanjaan yang di kirimnya.
"Apa ini?" Viona mengambil kertas itu
"Oh... Makasih ya udah di bayarin..." Ucap Viona dengan sok manja kemudian kembali fokus pada kukunya
Lucas kemudian menendang meja hingga membuat peralatan kuku Viona berceceran di lantai.
"Hei.... Apa apaan ini, lo gilak ya. Ini baru aku beli dan harganya mahal!" Teriak Viona
"Mahal? Dengan uang siapa lo membayarnya? Hah!!" Teriak balik Lucas
Bi Narsih yang mendengar kegaduhan segera keluar dari dapur, namun ketika melihat Lucas marah ia tak berani mendekat.
Dan bi Narsih hanya menyaksikan dari kejauhan.
"Oh lo ga mau beliin gue, kenapa? Status gue sekarang adalah istri lo dan lo wajib buat nafkahin gue"
"Istri? Nafkah? Lo kalo ga sadar diri setidaknya malu sedikit. Udah untung perusahaan bokap lo gue bantu, bukannya berterima kasih lo malah mau morotin gue"
"Cuma segitu doang lo sampe begini?"
Lucas mendekat dan mencengkeram pipi Viona dengan kuat.
"Ya. Gue lebih milih membuang duit gue dari pada harus di pake sama lo. Lo ingat ya, pernikahan ini cuma hitam di atas putih, jadi lo ga usah ngarep tentang harta gue"
Lucas lalu pergi ke kamarnya dan membanting pintu hingga Viona terkejut.
☀️☀️☀️☀️☀️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments