Tawaran bulan madu

Hari demi hari terus berlalu. Tanpa terasa satu minggu sudah Marvel dan Windi tinggal di rumah baru mereka. Dan selama itu pula Marvel dan Windi saling melakukan pendekatan di antara. Walau belum melakukan hubungan intim seperti pasangan suami istri pada umumnya, namu Marvel dan Windi sudah semakin dekat hanya karena komunikasi yang terjalin baik di antara mereka.

"Ayah, ayo makan dulu." Ucap Windi pada Amri.

Amri yang sedang berbaring di atas ranjang pun perlahan bangkit dari pembaringannya. "Apa kau sudah makan, Nak?" Tanya Amri sebelum menjawab ajakan Windi.

"Sudah, Windi sudah makan sebelum datang ke sini." Jawab Windi seraya tersenyum.

"Baiklah, Ayah akan makan." Jawab Amri.

Windi tersenyum lalu menyerahkan piring di atas nampan pada Amri. "Apa Windi perlu menyuapi Ayah?" Tawar Windi.

Amri segera menggeleng. "Tidak perlu. Ayah bisa makan sendiri." Jawabnya tersenyum.

"Baiklah, Ayah." Jawab Windi tak ingin memaksa.

Amri pun mulai menyuapkan makanan yang diberikan Windi ke dalam mulutnya. Senyuman manis nampak terbit di wajah Windi melihat ayahnya yang kini sedang makan begitu lahap.

"Windi senang akhirnya kondisi Ayah sudah semakin membaik." Ucap Windi setelah Amri menghabiskan makanan yang ia berikan.

Amri tersenyum mendengarnya. "Ayah juga senang. Semoga saja setelah ini Ayah sudah kembali sehat seperti sedia kala." Harap Amri.

Windi pun mengangguk mengiyakannya. Tiba-tiba saja Amri pun teringat pada pembicaraan Marvel dan Windi yang terdengar olehnya dua hari yang lalu.

"Windi... Ayah dengar jika Marvel mengajakmu untuk pergi bulan madu bersama. Apa itu benar, Nak?" Tanya Amri.

"Ayah mengetahuinya?" Tanya Windi merasa terkejut.

Amri pun mengangguk mengiyakannya. "Ayah tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dan Marvel di taman dua hari yang lalu." Jawab Amri jujur. Amri pun menjelaskan waktu itu ia hendak menyusul Windi ke taman bersama perawat yang bertugas menjaganya namun niat itu akhirnya ia urungkan saat mendengar Marvel dan Windi sedang terlibat percakapan serius.

"Apa yang Ayah dengar benar. Marvel memang berencana membawa Windi bulan madu ke Bogor."

"Apa kau sudah menerima ajakan itu, Nak?" Tanya Amri.

Windi menggeleng. "Windi belum bisa menerimanya, Ayah. Lagi pula Ayah baru saja keluar dari rumah sakit dan masih membutuhkan Windi di samping Ayah." Jawab Windi apa adanya.

"Windi..." Amri meraih sebelah tangan putrinya. "Keadaan Ayah sudah semakin membaik dan sekarang Ayah sudah bisa berjalan sendiri. Kau bisa melihat dan merasakannya sendiri bukan? Lagi pula Marvel sudah memberikan dua orang perawat untuk menjaga Ayah di rumah ini."

"Tapi tetap saja Ayah, Windi belum bisa meninggalkan Ayah di rumah ini tanpa Windi."

"Windi... terimalah ajakan suamimu itu. Percayalah jika Ayah akan baik-baik saja selama kalian tidak ada. Dua orang perawat yang ditugaskan menjaga dan merawat Ayah itu sudah cukup untuk menemani Ayah selama kalian tidak ada. Windi... setelah kau menikah dengan Marvel, dia telah banyak bersikap baik pada kita. Dan kini sudah saatnya kau membalas kebaikannya dengan menerima ajakannya. Lagi pula ajakan Marvel sangat baik untuk hubungan kalian untuk ke depannya." Jelas Amri.

Windi terdiam sambil berpikir. Apa yang dikatakan ayahnya benar. Selama satu bulan belakangan ini Marvel telah banyak berbuat baik pada keluarganya. Dan bulan madu yang ditawarkan Marvel adalah hal yang juga diinginkannya. Bukannya menolak ajakan suaminya itu, hanya saja Windi meminta Marvel mengundur waktu sampai kondisi ayahnya benar-benar membaik. Tapi setelah mendengarkan penjelasan ayahnya membuat Windi berfikir ulang untuk menerima tawaran Marvel secepatnya.