Kembali ke tanah air

Pandangan Marvel tak lepas dari sosok Jasmin dan dokter yang sedang berbincang dengan wajah serius. Setelah selesai berbincang dengan dokter, Jasmin pun melangkah meninggalkan ruangan dokter dengan kepala tertunduk. Dapat Marvel lihat dengan jelas wajah wanita itu yang tidak lagi tertutupi masker terlihat sayu.

"Ada apa dengannya?" Pertanyaan itu muncul di benak Marvel. Tiba-tiba saja nalurinya berkata untuk menghampiri ruangan dokter yang baru saja ditinggalkan Jasmin namun akal sehatnya segera menyadarkannya jika Jasmin bukan lagi prioritasnya dan tidak ada artinya di hidupnya.

"Jangan bersikap bodoh, Marvel!" Gerutu Marvel pada dirinya sendiri. Dilihatnya ke arah pintu lift yang masih terbuka dan memperlihatkan sosok Jasmine di sana sedang memainkan ponselnya dan ia yakin tidak sadar dengan keberadaannya. Marvel menghela nafas panjang setelah pintu lift tertutup.

"Aku harus segera kembali." Ucapnya lalu kembali melanjutkan langkah menuju pintu lift.

Tak berbeda dengan Marvel yang melihat keberadaan Jasmin di rumah sakit, Windi yang hendak menyusul Marvel menuju ruangan dokter dan sedang menunggu di pintu lift pun melihat Jasmin yang sedang berada di dalam lift dengan kepala tertunduk. Windi mengurungkan niatnya masuk ke dalam lift dan membiarkan pintu lift kembali tertutup.

"Dia..." lirih Windi.

Ting

Pintu lift sebelah kanan pun terbuka dan memperlihatkan sosok Marvel di sana.

"Windi, kau mau kemana?" Tanya Marvel.

Windi menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. Tadi aku berniat menyusulmu tapi aku mengurungkan niatku." Jawab Windi jujur.

"Menyusulku? Apa kau mengungguku terlalu lama, hem?" Tanya Marvel.

"Tidak juga. Aku pikir ada perbincangan serius tentang ayah yang kau bicarakan dengan dokter Mark." Jawab Windi.

"Oh begitu..." Marvel meraih tangan Windi lalu menggenggamnya. "Ayo kembali ke ruangan Ayah." Ajak Marvel.

Windi mengiyakannya lalu melangkah bersama Marvel kembali ke ruangan perawatan ayahnya.

"Tidak ada pembicaraan serius yang aku bicarakan dengan Dokter Mark. Kondisi ayah baik-baik saja seperti yang sudah kau dengar." Ucap Marvel sambil melangkah.

"Syukurlah kalau begitu." Jawab Windi merasa lega.

Tanpa terasa hari yang Windi dan Marvel tunggu pun tiba. Hari ini sesuai yang sudah dijadwalkan adalah hari kepulangan Ayah Amri ke tanah air. Dengan senyuman merekah di wajah Marvel dan Windi, mereka membawa Ayah Amri keluar dari rumah sakit internasional.

"Ayah, Windi senang karena akhirnya Ayah sudah bisa pulang." Ucap Windi sambil mendorong kursi roda ayahnya. Walau Marvel tadi sudah menawarkan pada Windi biar dirinya saja yang mendorong kursi roda Ayah Amri, namun Windi menolaknya dan memilih mendorong kursi roda Amri karena menurutnya itu bukanlah hal yang sulit ia lakukan.

"Ayah juga senang karena akhirnya bisa keluar dari rumah sakit." Jawab Amri sambil mengelus tangan putrinya.

Marvel tersenyum menatap interaksi mertua dan istrinya. Rasanya kini beban yang ia tanggung sedikit berkurang melihat senyum di wajah cantik istrinya karena kesembuhan ayahnya.

Sebuah mobil hitam nampak menunggu kedatangan mereka setelah keluar dari rumah sakit. Mobil itu adalah mobil yang Marvel sewa untuk mengantarkan mereka menuju bandara.

Marvel dengan sigap membantu Ayah Amri naik ke atas mobil dibantu oleh pengawalnya. Setelah memastikan Ayah Amri duduk dengan nyaman di dalam mobil, Marvel pun mengajak Windi untuk masuk ke dalam mobil.