Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Zie sudah siap?". Tanya Garra setengah berbisik
"Siap Kak". Sahut gadis itu semangat.
"Kakak akan keluar duluan. Kau bisa kan?". Garra menatap gadis cantik yang sudah memakai gaun pengantin itu
Gadis itu mengangguk paham. Mereka berdua berjalan mengendap-endap seperti maling. Dekorasi sudah terlihat dimana-mana. Pelaminan juga tertata begitu rapih. Bahkan para fotografer yang bertugas sudah mempersiapkan diri.
Jika saja menikah dengan orang yang dia cintai. Mungkin dia tidak akan kabur seperti ini
"Mau kemana Tuan dan Nona?". Tanya pria berbaju hitam yang diyakini sebagai pengawal yang bertugas.
"Ehem, mau foto-foto dibelakang taman, Paman". Kilah sang gadis. Tak lupa senyuman manis yang menggoda.
"Ohh silahkan Tuan. Nona". Sang pengawal hanya beroh ria daja tanpa rasa curiga.
Garra menggandeng tangan gadis itu. Mereka berdua berjalan dengan tenang kearah pintu masuk. Padahal hati mereka sudah panik seperti orang lari marathon.
Sang gadis mengangkat ujung gaunnya yang kepanjangan. Sementara tangan kanannya digenggam oleh Kakak nya yang juga tengah memakai jas mahal ditubuhnya. Mereka seperti sepasang panggantin dan untung saja tidak ada yang curiga.
Sementara Ayah dan Ibu nya tengah sibuk dengan para tamu undangan yang sebentar lagi akan memenuhi rumah mewah itu.
Mereka keluar dari pagar rumah saat satpam lengah karena sedang sibuk memarkir mobil yang berdatangan.
"Ayo Kak".
"Masuk Zie".
Mereka berdua masuk kedalam taksi yang sudah dipesan tadi.
Gadis itu menghela nafasnya berat. Jantungnya rasanya mau copot takut ketahuan bahwa dia kabur dihari pernikahan nya
"Kau baik-baik saja Zie?". Garra bertanya sedikit panik apalagi keringat bercucuran didahi adiknya itu.
"Aku baik-baik saja Kak". Dia menghela nafas sambil bersandar "Baju ini sangat tidak nyaman Kak". Dia menggaruk-garuk tangannya.
Garra terkekeh gemes "Makanya jangan jadi gadis tomboy. Harus terbiasa memakai pakaian seperti ini". Gara geleng-geleng kepala.
"Aduhh Kak, kayaknya itu pengawal Ayah".
Garra menoleh ke belakang. Beberapa mobil berwarna hitam mengikuti mereka
"Sial Kakak lupa menonaktifkan CCTV". Umpatnya
"Aduh bagaimana ini?". Gadis itu panik "Paman biar aku saja yang nyetir". Pintanya mengangkat gaunnya yang panjang itu
"Tapi Nona_".
"Jangan aneh-aneh Zie. Kakak belum mau mati". Ketus Garra. Adiknya memang preman
"Sudah tidak usah protes Kak. Jika Paman ini membawa mobil kita bisa tertangkap. Aku benar-benar belum siap menikah apalagi dengan pria yang tidak aku kenal sama sekali". Ucapnya "Ayo Paman kita tukar tempat".
"Tapi Nona_".
"Alah kelamaan". Gadis itu menyelip dikursi mobil. Badannya yang kecil dengan mudah menyelip
"Zie".
"Nona".
Garra menggeleng kepala melihat adiknya yang super nakal itu. Sang gadis berhasil memindahkan posisi nya. Sementara supir duduk samping kemudi.
"Zie pelan-pelan".
"Penggangan Kak".
Gadis itu menancapkan gas mobil dengan kecepatan tinggi. Dia menyelip mobil-mobil itu dengan sekali gas saja.
Sementara Garra dan sang supir hanya bisa merapalkan doa dengan mulut yang komat-kamit seperti dukun baca mantra. Belum siap mati. Apalagi masih muda. Belum menikah juga pasti rugi sekali.
Chittttttttttttttt
"Aduhh dikepung lagi". Gadis itu menepuk jidatnya.
"Zie, ini tiket. Cepat kabur. Sebelum mereka turun Kakak, akan mengalihkan perhatian mereka". Garra memberikan tiket pada adiknya "Ini blackcard Kakak. Pakailah. Kata sandinya tanggal lahirmu". Ucap Garra.
"Tapi Kak_".
"Kakak janji setelah semuanya selesai. Kakak akan menyusul. Jaga diri baik-baik disana". Garra mengecup kening gadis itu.
"Tapi Kak_".
"Cepat keluar Zie". Tegas Garra
Gadis itu mengangguk paham. Dia melepaskan heels nya. Lalu membuka pintu mobil dan berlari sekuat mungkin
Sang supir hanya melonggo. Gadis itu berlari seperti ceking sangat laju.
"Hei Nona jangan kabur". Beberapa pria berbaju hitam mengejarnya
"Tuan Garra". Salah satu pengawal mengetuk-ngetuk pintu mobil yang Garra kendarai.
Garra keluar dari mobil dengan wajah datar dan juga dingin
"Kenapa anda membantu Nona Graziella kabur?". Tanya sang pengawal.
"Aku tidak akan membiarkan adikku menderita. Menikah dengan pria yang tidak dia cintai". Garra menatap dingin sang pengawal
"Maaf Tuan. Kami diperintahkan oleh Tuan besar untuk membawa anda pulang".
Garra hanya menurut dan masuk kedalam salah satu mobil pengawal yang disuruh mencari mereka. Wajah pria itu datar tak berekspresi. Tapi tidak dengan pikiran nya, dia masih memikirkan sang adik yang berlari entah kemana
"Semoga kau baik-baik saja Zie. Kakak berjanji akan menyusulmu kesana. Maaf belum bisa melindungi mu". Batinnya tidak tenang
Sampai dirumah besar. Sang Ayah, sang Ibu dan adik perempuan nya sudah menunggu dan menatapnya dengan tajam. Beberapa kali sang Ayah mengepalkan tangannya menahan emosi.
Plakkkkkkkkkkkk
Satu tamparan mendarat dipipi Garra
"John".
Garra menatap Ayah tirinya itu dengan lebih kebencian. Sejak Ibunya menikah lagi dengan pria itu.
"Kau benar-benar keterlaluan. Apa maksud mu membantu gadis pembawa sial itu kabur?". Sang Ayah menatapnya dengan tajam
Garra tak menjawab. Terkepal sangat kuat. Dia menatap John dengan tajam
"Karena aku takkan membiarkan Zie menderita dan dimanfaatkan oleh kalian". Ucapnya
"Kenapa ha? Kenapa kau peduli pada gadis tidak tahu diuntung itu?". John menatap putranya.
"Karena aku mencintainya dan takkan kubiarkan siapapun menyakiti nya. Termasuk kalian bertiga".
Ketiga orang itu tercengang mendengar pengakuan Garra. Mencintai? Apa maksudnya mencintai? Graziella adalah adiknya. Meski pun hanya adik tiri.
Garra melenggang masuk. Tamu undangan yang sudah memenuhi tempat hanya bisa terdiam menyaksikan perdebatan keluarga besar itu.
Garra menatap seorang pria yang akan menjadi calon suami adiknya. Dia tersenyum sinis
"Kau menang satu langkah. Tapi lihat nanti Zie akan jadi milikku". Tatap pria itu pada Garra.
"Jangan terlalu percaya diri. Zie tidak pernah mencintaimu. Dia tidak pernah tahu lelaki yang dijodohkan dengannya itu adalah dirimu". Garra menatap pria itu dengan sinis "Dan selamat atas batalnya pernikahan mu. Semoga kau malu seumur hidup". Garra meninggalkan pria itu.
Sementara pria itu mengepalkan tangannya dengan kuat. Tak disangka pernikahan Yanga sudah disiapkan sedetail mungkin itu harus batal.
"Kita pulang".
Dia berjalan keluar meninggalkan tamu undangan yang berjumlah ratusan orang itu
"Tuan Gama, Maaf". John menundukkan kepalanya
"Pernikahan ku gagal. Bersiaplah membusuk dipenjara. Jika kalian tidak berhasil membawa gadis itu dihadapan ku. Jangan berharap bisa bernafas dengan baik".
Tubuh John serasa melemas. Jika saja putrinya ada disini. Sudah pasti dia akan menyeret gadis itu. Memukulnya hingga babak belur.
"Apa yang harus kita lakukan John?". Tanya Teresa, istri John
"Mencari gadis sialan itu. Awas saja jika dia ketemu nanti. Akan ku cabut semua rambut-rambut nya". Ucapnya penuh emosi
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments