Usaha Mengubah Masa Depan

Akademi Sihir Ramona merupakan akademi terbesar di Kerajaan Barat, salah satu dari empat kerajaan yang bersumpah setia pada Kekaisaran Ramona. Karena itu, murid-murid di akademi ini berasal dari wilayah yang berbeda-beda. Talia sendiri merupakan putri dari Count di Kerajaan Barat. Sementara Kyle Gothe, rupanya adalah putra Duke dari kerajaan Utara, wilayah yang paling banyak dihuni oleh para monster. Karena itu Talia akhirnya mengerti mengapa Kyle punya sifat yang sangat buruk. Ia tentu dibesarkan dengan keras oleh keluarganya. Meski begitu, tetap saja Talia tidak menyukainya.

Selain punya masa depan yang suram, Kyle juga sangat menyebalkan. Talia menyesal karena pernah terpikat pada wajah pemuda itu. Setelah selesai upacara penerimaan, sialnya Talia ternyata ditempatkan di kelas yang sama dengan Kyle. Bahkan Leopold, orang yang mengaku sebagai sahabat Kyle saja berada di kelas yang lain, tetapi kenapa Kyle harus punya nilai sempurnya seperti dirinya? Alhasil mereka bedua kini juga harus berbagi bangku yang sama sebagai peraih nilai tertinggi di ujian masuk.

Sikap menyebalkan Kyle tidak hanya terjadi saat mereka bertemu di hutan atau saat upacara penyambutan. Kyle bahkan mendesah lelah saat melihat Talia hendak duduk di sebelahnya. ******* yang menyiratkan rasa muak, seolah Talia adalah kuman penyakit yang harus dihindari. Kalau saja Kyle tahu bahwa Talia bahkan merasa lebih buruk. Ia setengah mati ingin menghidar dari Kyle, terutama setelah melihat masa depan pemuda itu.

"Kau ... ,"

"Jangan ajak aku bicara. Aku tiak tertarik pada apa pun yang keluar dari mulutmu," potong Kyle saat Talia berusaha bersikap ramah.

Talia hanya bisa mengepalkan tangannya sambil menahan amarah. Begitulah hari pertamanya di akademi hanya berisi sumpah serapah tak terkatakan pada rekan sebangkunya.

Menjelang sore, acara perkenalan dan pembagian kelas pun selesai. Semua siswi Akademi mendapat asrama khusus yang terpisah antara pria dan wanita. Karena datang terlambat, Talia belum sempat melihat kamarnya. Ia pun menuju gedung asarama dengan perasaan lebih ringan karena menyadari tidak akan bertemu dengan Kyle selama beberapa saat.

Ruangan kamarnya cukup nyaman. Sebuah tempat tidur kayu dan sepasang meja belajar dari bahan yang sama menjadi satu-satunya dekorasi di kamar tersebut. Talia tidak banyak menuntut. Ia sudah puas dengan kamar tidurnya yang nyaman tersebut. Barang-barang Talia ternyata sudah dikirim oleh Shopie. Beberapa tas besar tampak teronggok rapi di sudut ruangan. Talia belum ingin membongkar barang bawaannya. Alih-alih gadis itu justru merebah nyaman di atas tempat tidur singlenya.

"Apa yang harus kulakukan pada anak laki-laki itu? Kyle ... ," gumam Talia pada dirinya sendiri.

Ternyata ia memang tidak bisa melepaskan pikirannya dari Kyle. Semua perasaan bercampur aduk di dalam hati Talia.

"Dia memang menyebalkan. Tidak heran kalau masa depannya adalah menjadi penjahat yang menghancurkan kerajaan," timpal Talia mendadak berubah kesal.

"Tapi tunggu sebentar." Talia melanjutkan monolognya sambil memutar tubuhnya menjadi tengkurap. "Kalau kerajaan dihancurkan, lalu apa yang terjadi pada keluargaku. Ayahku seorang bangsawan yang mengabdi pada kerajaan. Bukankah tindakannya menghancurkan kerajaan akan memicu perang? Lalu nasibku dan keluargaku akan menderita,"gumamnya terus memutar otak.

"Aahh ... apa yang harus kulakukan. Kadang-kadang aku benci kekuatan ini," pekik Talia sembari beguiling-guling frustrasi.

Selama beberapa waktu Talia terus berpikir dan berpikir. Ia sampai melupakan jam makannya hingga perutnya berbunyi.

"Baiklah! Biarpun menyebalkan, tapi demi masa depan yang baik untukku, aku akan mengubah takdirmu, Kyle Gothe!" seru Talia sembari mengepalkan tangan.

Esok paginya, Talia berangkat ke Akademi dengan langkah gontai. Semalaman ia tidur larut gara-gara memikirkan cara untuk bisa dekat dengan Kyle, makhluk dingin pembenci manusia. Setelah melihat pemuda itu sudah lebih dulu datang, beban Talia rasanya bertambah berat.

"Halo, Kyle. Apa tidurmu nyenyak semalam?" sapa Talia dengan senyum yang dipaksakan.

Kyle mendongak dan menatap sinis pada Talia seolah gadis itu adalah gangguan yang menyebalkan.

"Apa kau bodoh? Sudah kubilang jangan ajak aku bicara," kata Kyle ketus.

Talia berusaha mempertahankan senyumannya meski hatinya memendam amarah. "Kita kan teman sebangku. Ada baiknya kalau kita bisa sedikit lebih akrab," ucap Talia sembari meletakkan tasnya dan duduk di sebelah Kyle.

Pemuda itu hanya menghela napas pendek dan tidak menjawab apa-apa lagi. Sepanjang pelajaran pertama, tidak ada kesempatan bagi Talia untuk bicara dengan Kyle. Pelajaran sihir dasar sangat membosankan. Talia sudah menguasai semua teknik dasar sihir karena sejak kecil ia sering berlatih sendiri di perpustakaan rumahnya. Ayah Talia sangat jarang ada di rumah. Karena itu Talia bisa bebas melakukan apa saja sendirian.

Talia melirik Kyle yang tengah memperhatikan pelajaran dengan seksama. Tanpa diduga pemuda itu ternyata sangat rajin. Kyle bahkan mencatat semua pelajaran itu dengan tulisan yang rapi. Selenting ide muncul di benak Talia. Ia merobek ujung perkamennya lalu menulis sesuatu.

'Kau sangat rajin mencatat, Kyle. Apa kau tidak bosan?' tulis Talia.

Robekan perkamen itu lantas ia letakkan di depan Kyle. Sejenak pemuda itu berhenti mencatat dan melihat kertas dari Talia. Serta merta ekspresi wajah Kyle berubah kesal. Kyle menoleh ke arah Talia dengan begitu dramatis sambil melotot memperingatkan. Talia terkesiap dan buru-buru memalingkan wajahnya. Sepertinya strategi ini juga tidak berhasil.

Jam istirahat makan siang pun tiba. Talia sengaja menunggu Kyle membereskan buku-bukunya. Saat pemuda itu berdiri, Talia pun mengikutinya.

"Apa kau akan makan siang, Kyle?" tanya Talia riang.

Kyle tidak menjawab dan terus melihat ke depan seolah Talia tidak ada bersamanya. Talia menarik napas panjang untuk memperpanjang juga kesabarannya.

"Aku penasaran menu apa yang akan disajikan untuk makan siang. Tadi pagi aku melewatkan sarapan, jadi sekarang rasanya lapar sekali." Talia terus berceloteh tanpa peduli pada reaksi Kyle.

Mendadak pemuda itu menghentikan langkahnya tanpa aba-aba. Talia turut berhenti dengan terkejut.

"Kenapa?" tanya Talia bingung.

Kyle akhirnya menatap Talia, meski dengan tatapan tajam yang mengancam.

"Berhenti mengikutiku. Kau benar-benar mengganggu. Apa kau tidak punya harga diri?" geram Kyle dengan suara rendah. Jelas pemuda itu berusaha agar kata-katanya tidak didengar oleh siswa-siswi lain yang juga berada di koridor yang sama.

Talia hampir meledak marah karena kata-kata menyakitkan Kyle. Namun ia kembali ingat penglihatannya. Istana yang hancur, orang-orang yang mati. Ia harus menghentikan hal itu.

"Aku tidak mau. Terserah kau mau bilang apa tentangku, tapi aku akan tetap mengikutimu dan berbicara denganmu. Memangnya apa yang bisa kau lakukan untuk mengusirku?" kata Talia dengan berani.

"Kau ... ," geram Kyle semakin marah. Urat wajah Kyle sudah nyaris putus kalau saja ia tidak mencoba mengendalikan amarahnya.

"Kenapa kau sangat benci orang lain, Kyle? Aku bahkan tidak melakukan apa pun yang mengganggumu," protes Talia tidak terima.

"Keberadaanmu saja sudah sangat mengganggu. Pergilah, atau aku akan mengadukan pada guru kalau kau datang dengan sihir," ancam Kyle kemudian.

Talia tercekat kaget. "Kau ... . Bisa-bisanya kau mengancam seorang gadis lemah sepertiku," ucap Talia mencoba bertingkah imut.

Kyle mendengkus tak percaya. "Kau? Lemah? Anak lemah mana yang datang ke Akademi dengan sapu sihir?" balas pemuda itu tak mau kalah.

"Tunggu. Setelah kupikir-pikir kita bertemu di hutan. Aku yakin kau juga tidak datang ke Akademi dengan cara yang normal," sergah Talia sembari menunjuk ke wajah Kyle.

"Itu ... kau tidak perlu tahu," desis Kyle kesal. "Lakukan saja sesukamu. Aku tidak peduli," lanjutnya lantas kembali berjalan pergi.

"Aha ... kau juga menyembunyikan sesuatu ternyata, Kyle. Ayo katakan padaku," goda Talia kemudian.

Kyle menolak untuk bicara lagi. Ia melancarkan aksi diamnya dan membiarkan Talia terus mengoceh sendirian. Meski begitu Talia sudah tidak terlalu kesal. Setidaknya sekarang Kyle sudah tidak bisa mengusirnya pergi lagi.

Terpopuler

Comments

nath_e

nath_e

hati2 dr kesel jd demen lho🤪

2023-05-02

0

nath_e

nath_e

🤭🤭jahil jg yaa

2023-05-02

0

lihat semua
Episodes
1 Talia Ortega
2 Usaha Mengubah Masa Depan
3 Terluka
4 Penyerangan
5 Ludwig Gothe
6 Gosip
7 Surat Kabar Akademi
8 Ludwig Gothe
9 Masa Depan Mengerikan
10 Kejujuran
11 Hukuman
12 Rencana Menghadapi Serangan
13 Ruang Kesehatan
14 Count Ortega
15 Berita
16 Frustrasi
17 Keakraban
18 Teman Baru
19 Sihir Api
20 Rencana Mengelabuhi
21 Pterotos
22 Luka
23 Gundah
24 Penglihatan Ketiga
25 Ruang Rahasia
26 Berbaikan
27 Kembalinya Sahabat Lama
28 Empat Sahabat
29 Spirit Api
30 Persiapan Selesai
31 Serangan Pterotos
32 Diawasi
33 Firasat
34 Tes Bakat Sihir
35 Tak Terduga
36 Bisikan Naga
37 Melarikan Diri
38 Kematian
39 Kembali
40 Mencari Jawaban
41 Bertemu Sahabat
42 Janji
43 Taleodore
44 Token Sihir
45 Menyelinap
46 Predator
47 Kejutan
48 Prosesi Penyambutan
49 Akrab
50 Sumpah Sihir
51 Pertemuan Tengah Malam
52 Ruang Kesehatan
53 Pengakuan
54 Melindungi
55 Ancaman
56 Berlatih
57 Sebuah Ide
58 Berjanji
59 Terbakar
60 Undine
61 Masa Lalu
62 Bayaran
63 Jawaban
64 Usaha
65 Ikut Campur
66 Kerjasama
67 Sabertooth
68 Kekuatan Gelap
69 Sadar
70 Hati Nurani
71 Kemarahan
72 Pertalian
73 Jalan Keluar
74 Berbaikan
75 Mediasi
76 Kembalinya Kemampuan
77 Spirit Angin
78 Bisikan
79 Tertangkap
80 Penculikan
81 Lego
82 Menyelamatkan Diri
83 Akhir dari Pertempuran
84 Pulih
85 Akademi
86 Ucapan Terima Kasih
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Talia Ortega
2
Usaha Mengubah Masa Depan
3
Terluka
4
Penyerangan
5
Ludwig Gothe
6
Gosip
7
Surat Kabar Akademi
8
Ludwig Gothe
9
Masa Depan Mengerikan
10
Kejujuran
11
Hukuman
12
Rencana Menghadapi Serangan
13
Ruang Kesehatan
14
Count Ortega
15
Berita
16
Frustrasi
17
Keakraban
18
Teman Baru
19
Sihir Api
20
Rencana Mengelabuhi
21
Pterotos
22
Luka
23
Gundah
24
Penglihatan Ketiga
25
Ruang Rahasia
26
Berbaikan
27
Kembalinya Sahabat Lama
28
Empat Sahabat
29
Spirit Api
30
Persiapan Selesai
31
Serangan Pterotos
32
Diawasi
33
Firasat
34
Tes Bakat Sihir
35
Tak Terduga
36
Bisikan Naga
37
Melarikan Diri
38
Kematian
39
Kembali
40
Mencari Jawaban
41
Bertemu Sahabat
42
Janji
43
Taleodore
44
Token Sihir
45
Menyelinap
46
Predator
47
Kejutan
48
Prosesi Penyambutan
49
Akrab
50
Sumpah Sihir
51
Pertemuan Tengah Malam
52
Ruang Kesehatan
53
Pengakuan
54
Melindungi
55
Ancaman
56
Berlatih
57
Sebuah Ide
58
Berjanji
59
Terbakar
60
Undine
61
Masa Lalu
62
Bayaran
63
Jawaban
64
Usaha
65
Ikut Campur
66
Kerjasama
67
Sabertooth
68
Kekuatan Gelap
69
Sadar
70
Hati Nurani
71
Kemarahan
72
Pertalian
73
Jalan Keluar
74
Berbaikan
75
Mediasi
76
Kembalinya Kemampuan
77
Spirit Angin
78
Bisikan
79
Tertangkap
80
Penculikan
81
Lego
82
Menyelamatkan Diri
83
Akhir dari Pertempuran
84
Pulih
85
Akademi
86
Ucapan Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!