Mobil melaju dengan kecepatan di bawah rata-rata. Sore ini jalanan tampak begitu ramai dengan kendaraan-kendaraan yang melaju dengan arah tujuannya masing masing.
Keylin menghembuskan nafas gusarnya untuk kesekian kalinya.
Terjebak macet adalah hal yang paling membosankan menurutnya. Sudah hampir 1 jam lamanya dirinya Akbar dan Bimo terjebak macet setelah pertemuan mereka tadi sore. Membuat dirinya mau tak mau harus melewatkan acara TV cartoon kesayangannya.
"Bim jika kau sedang menyetir fokus saja dengan pekerjaanmu! Aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan kita semua!" cetus Akbar dengan wajah datarnya yang membuat Bimo seketika gelagapan saat tertangkap basah sedang memperhatikan Akbar dan Keylin melalui kaca spion.
"I-iya Pak" ucap Bimo terbata-bata dan memfokuskan pandangannya kembali kepada jalanan.
"Hufs" dengus Keylin panjang saat menatap jalanan yang masih setia dengan kemacetannya.
"Key berhenti melakukan itu! Kita bisa menontonnya ulang" ucap Akbar saat tau istrinya tersebut tengah bete karena telah melewatkan acara Tv kesayangannya.
"Tapi tetap saja berbeda Mas. Tidak seseru saat penayangan pertama!" sengit Keylin dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi mobil.
"Lantas apa bedanya? Memangnya ada yang berubah dari filmnya jika kau menonton siaran ulangannya?" tanya Akbar datar dan menatap istrinya tersebut dengan satu alis yang terangkat
"Tentu saja berbeda! Mas mana tau!" dengus Keylin dan menatap suaminya dengan wajah masamnya.
Bimo terkekeh geli di dalam hati saat melihat percakapan di antara sepasang suami istri tersebut.
Awalnya ia sungguh meragukan jika bosnya tersebut benar-benar sudah menikah dengan wanita yang kini tengah duduk di samping bosnya itu. Namun presepsinya seakan-akan langsung terpatahkan, setelah dirinya melihat beberapa adegan selama satu jam lamanya saat sepasang suami istri tersebut tengah melakukan beberapa percakapan yang membuat dirinya terkekeh geli sendiri saat mendengar percakapan kedua manusia tersebut.
Terlebih lagi jika dirinya melihat cara bicara Keylin ketika berbicara dengan Akbar yang terlampau berani. Membuat dirinya semakin yakin, jika wanita tersebut memang benar-benar istri sah dari bosnya itu.
Akbar terdiam membisu saat mendengar celotehan-celotehan Keylin yang tak ada habisnya. Dirinya mendesah pasrah saat istrinya tersebut lagi-lagi mengutarakan aksi protesnya terhadap jalanan yang tampaknya semakin lama semakin ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang.
Akbar menatap jam tangannya yang sudah menunjukan hampir pukul tujuh malam. Dirinya menghembuskan nafas lelahnya karena dirinya juga mulai lelah menunggu ini semua.
Akbar menyandarkan kepalanya di sandaran kursi mobilnya. Dirinya memejamkan matanya saat rasa lelah lama kelamaan mulai menguasai tubuhnya.
Keylin menghentikan acara mendumelnya saat dirinya melihat kelakuan suami tampannya itu.
Tiba-tiba rasa kesal di dalam hatinya seketika menghilang entah kemana saat dirinya melihat itu semua. Setitik rasa bersalah muncul di dalam hatinya saat ia menyadari bahwa disini bukan hanya dirinya saja yang lelah, namun suaminya pun juga merasakan hal yang sama dengannya. Tapi bedanya jika pria tersebut tidak pernah mengeluh kepada dirinya, membuat dirinya menatap suaminya itu dengan tatapan penuh bersalahnya.
Keylin tersenyum tipis saat mendengar dengkuran halus yang keluar dari bibir suaminya itu.
Dirinya menghadapkan tubuhnya ke hadapan sang suami dan tangannya terulur ke depan wajah Akbar mengusap pipi suaminya dengan penuh lembut.
Sebuah senyuman manis Keylin terbitkan di bibirnya saat dirinya tidak mendapatkan balasan apapun dari suaminya.
Ahh sepertinya suaminya tersebut benar-benar pulas dengan tidurnya saat ini.
Keylin memindahkan kepala Akbar ke bahu kanannya saat dirinya melihat kepala suaminya itu bergerak gerak tak beraturan karena laju mobil yang bergerak tak seimbang.
Dirinya mengusap-usap kepala sang suami dengan lembut dari samping. Diam-diam Keylin terkekeh geli saat melakukan itu semua.
Dirinya merasa, suaminya itu seperti bayi besar yang seperti tengah di keloni oleh ibunya sendiri. Membuat batinnya menjerit gemas dengan suaminya saat ini.
Keylin memiringkan kepalanya ke samping kirinya saat suaminya tersebut tengah menenggelamkan wajahnya sendiri ke ceruk lehernya. Sepertinya pria tersebut sedang ingin mencari-cari tempat ternyaman untuk dirinya sendiri.
Dirinya terkikik geli saat hembusan nafas hangat suaminya mengenai lehernya yang seketika membuat bulu kuduknya berdiri tegak.
"Mas nanti sakit loh lehernya" ucap keylin dan mengusap lembut tengkuk pria tersebut dari samping.
"Engh sebentar" gumam Akbar yang masih enggan mengangkat wajahnya.
"Jangan lama-lama tapi, kalo mau nyender gapapa. Tapi jangan kayak gini, nanti leher Mas jadi kejang"
sahut Keylin yang masih setia dengan aktivitasnya yang mengusap-sap tengkuk suaminya.
Bimo menggigit bibirnya sendiri saat melihat adegan tersebut dari kaca spion mobil bosnya. Rasa iri dan dengki tiba-tiba muncul di dalam hatinya kala melihat hal itu.
Ingin rasanya ia mencaci maki kepada kedua orang yang tengah melakukan hal yang menurutnya sangat intim. Tapi apa dayanya saat ia menyadari bahwa hal tersebut tidak akan pernah terjadi karena dirinya masih sayang dengan pekerjaannya saat ini. Membuat batinnya hanya bisa menjerit sendiri dengan kenyataan itu semua.
Derita orang yang lagi ngontrak di bumi!
dengus Bimo dalam hati
Setelah tiga puluh menit lamanya, akhirnya perjalanan mereka pun sampai dengan tujuan.
Bimo memarkirkan mobil bosnya tersebut di depan halaman atasannya itu.
Bimo berdehem pelan saat melihat Keylin dan Akbar yang sepertinya tidak sadar jika mereka telah sampai di tempat tujuan.
Dirinya berdesis tak suka saat kode yang diberikan olehnya tak membuat sepasang suami istri tersebut sadar dengan keadaan saat ini.
Bimo berdehem keras kali ini dan berkata
"Ekhem mohon maaf Pak, kita telah sampai!" ucap Bimo dengan sedikit ketus yang masih setia dengan tatapannya yang mengarah ke depan.
Keylin tersentak kaget mendengar suara bimo. Dirinya mengerjapkan matanya sejenak berusaha mengumpulkan kesadarannya yang masih belum pulih dengan sempurna.
Keylin meringis bersalah saat melihat wajah Bimo dari kaca spion yang tampaknya sedang menahan kejengkelan kepada dirinya dan suaminya.
Tadi setelah Akbar tertidur di ceruk lehernya entah kenapa tiba-tiba rasa kantuk juga menghampiri dirinya. Membuat dirinya terlelap begitu saja mengikuti jejak suaminya yang terjun ke alam mimpi.
Keylin mengguncang bahu suaminya dengan pelan.
"Mas bangun, udah sampai" ucapnya dan sedikit menggeser kan tubuhnya agar suaminya tersebut bangun dari tidurnya.
"Engh" gumam Akbar dan membuka matanya.
Akbar merenggangkan otot lehernya dan menatap lingkungan sekelilingnya.
"Kita sudah sampai?" tanya Akbar dan mengelus elus tengkuknya yang sedikit pegal.
"Su...."
"Sudah Pak!" potong Bimo dengan sarkas, memotong ucapan istri bossnya tersebut.
"Hn" sahut Akbar dan turun dari mobilnya diikuti oleh Keylin dan Bimo di belakangnya.
Bimo menghentikan langkahnya saat dirinya telah sampai di depan pintu rumah atasannya tersebut.
"Ini Pak" ucap Bimo dan menyerahkan kunci mobil Akbar kepada sang empunya.
"Kau ke kantor dengan apa? Kalau mobilnya di taruh disini?" tanya Keylin seraya mengerutkan keningnya.
"Saya gampang Bu. Saya bisa naik taksi untuk ke kantor" ucap Bimo dan menundukan kepalanya.
Keylin merampas kunci mobil yang sedang di genggam oleh suaminya dan menyodorkannya kembali kepada asisten suaminya tersebut.
"Ini kau pake saja, besok kau boleh kembalikan."
"Ah tidak usah Bu. Saya gampang, saya bisa pakai apa saja untuk kembali" ucap Bimo dengan sungkan dan tersenyum kikuk saat istri bosnya tersebut menawarkan hal yang tidak akan pernah ia sanggupi permintaannya.
Keylin menggelengkan kepalanya dengan cepat
"Tidak! Kau harus kembali dengan ini! Ini sudah malam. Kendaraan umum pasti akan sulit di cari, lebih baik kau pakai mobil suamiku saja sekarang" ucap Keylin keukeuh dan menyodorkan kunci mobil ke hadapan Bimo.
Bimo melirik Akbar yang masih setia dengan keterbisuannya. Jujur saja sejak tadi jantungnya sudah berdegup kencang tak karuan. Bayangkan saja, dirinya harus menerima permintaan Keylin yang menurutnya sangatlah berbahaya bagi keselamatannya.
Apalagi setelah melihat reaksi bosnya tersebut, membuat Bimo semakin yakin, jika setelah ini pasti nasibnya tidak akan baik-baik saja.
Keylin mendesah kesal melihat hal tersebut. Ia tau Bimo sedang berpikir keras untuk menolak permintaannya.
Keylin melirik suaminya yang tampak acuh tak acuh melihat percakapan antara dirinya dengan asisten pribadinya tersebut.
"Bawa saja mobilku! Aku bisa naik motor besok pagi" ucap Akbar dengan wajah datarnya.
"Ah tidak! Jangan pak! Saya bisa kok pulang sendiri" tolak Bimo dengan wajah tak enaknya dan menundukan kepalanya.
"Mas" rengek Keylin saat mendengar lagi-lagi Bimo menolak tawarannya dan meremas lengan jas Akbar dengan kencang.
Akbar mendesah pelan dan menatap Bimo dengan tatapan datarnya.
"Kalau begitu kau pake saja motor ku, terserah kau mau mengembalikannya kapan. Jangan menolak! Kau akan membuatku susah!" ucap Akbar dengan tegas seraya melirik ke arah istrinya memberi kode kepada Bimo, kalau istri manjanya tersebut akan terus memaksa dirinya jika Bimo tidak menerima permintaan istri bawelnya itu.
Bimo menggaruk garuk tengkuknya yang tidak gatal. Tatapan tajam bak elang yang tadi bosnya itu tujukan kepada dirinya membuat Bimo tidak sanggup mengutarakan aksi protesnya kepada bosnya tersebut. Sehingga mau tak mau dirinya harus terpaksa menerima tawaran bosnya kakunya itu.
..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments