Bab 18

Aisyah menghentakkan kaki karena merasa kesal. Bagaimana tidak? dirinya berada di tempat luas dan mewah bersama dengan Malvyn tetapi jarang sekali saling bertegur sapa.

Dan lihatlah sekarang, mereka sedang duduk bersebelahan dilantai bersandar sofa tetapi melakukan kegiatan masing-masing tanpa berbicara. Padahal sudah diposisi yang sama selama dua jam.

Nonton drama Korea yang awalnya sangat antusias berubah membosankan dan berakhir sekesal itu.

Akhirnya Aisyah tidak tahan lagi. Ia mematikan laptop lalu mengubah posisi duduknya menjadi ke arah Malvyn.

"Kita harus bicara, pak!" ucap Aisyah tetapi entah mengapa Malvyn menatapnya dengan tajam setelah ia mengatakan itu.

Setelah sekian detik menatap Aisyah dengan tajam, Malvyn mematikan MacBook nya lalu mengganti posisi menjadi saling berhadapan dengan istrinya.

"Katakan!" ucap Malvyn dingin.

Mendengar satu kata saja yang keluar dari mulut Malvyn membuat Aisyah ketar-ketir. Rasa kesal yang memuncak seakan menguap begitu saja. Bahkan menjadi takut begini.

"I-itu,-"

"Itu apa?"

Tatapan mata Malvyn mengintimidasi Aisyah sehingga membuat gadis itu salah tingkah dan takut menyatu. "Jangan tatap aku begitu," ucapnya gugup.

Malvyn menghela nafas panjang. Ia sendiri tidak tahu harus bagaimana bila harus menatap seseorang dengan tatapan biasa. Karena baginya, yang biasa diperlihatkan kepada orang lain itulah hal biasa.

"Katakanlah," ucapnya mulai lembut tak sedingin tadi.

Aisyah tersenyum kemudian memperbaiki posisi duduknya sebelum memberitahu apa yang hendak dikatakan. "Bisa gak kita jangan diam-diam begini? kita akan tetapi menjadi orang asing kalau terus-terusan begini. Atau memang aku harus bekerja dan membayar kerugian karena salah aku sudah pecahin kaca mobil kamu terus kita berpisah?" ucap Aisyah panjang lebar.

Tetapi lagi-lagi ucapan Aisyah membuat rahang Malvyn mengeras, tangannya terkepal dengan tatapannya tajam menatap Aisyah. tangan Malvyn menarik tengkuk leher Aisyah dengan badannya yang mencondong, dengan cepat mencium dan melumatt bibir istrinya dengan rakus.

Ketika Aisyah hendak kehabisan nafas barulah Malvyn melepaskan ciuman itu. Tatapan yang tadinya sudah berubah lebih hangat kini kembali lebih dingin seperti semula.

Aisyah menunduk karena begitu takut dengan tatapan Marvyn. Ia tidak menyangka bila ucapannya akan membuat suaminya marah seperti ini.

"Tidak ada perceraian diantara kita," tekan Malvyn dingin kemudian bangkit dan segera masuk ke dalam ruang kerjanya.

Tubuh Aisyah membeku mendengar ucapan Malvyn. Bahkan tidak sadar ketika pria itu pergi meninggalkannya.

Pernikahan macam apa ini?

Aisyah menggeleng. Ia segera bangkit dan mencari Malvyn. Ketika masuk ke kamar, tidak ada suaminya disana dan yakin bila suaminya berada di ruang kerja.

Ketika hendak mengetuk pintu, Malvyn membuka pintu tersebut.

"Bapak mau kemana?" tanya Aisyah memberanikan diri bertanya ketika melihat Malvyn hendak pergi.

"Saya ada urusan. Jangan tunggu saya pulang. Kalau butuh sesuatu ada dua pengawal kamu di luar," lontar Malvyn tetapi Aisyah menghalangi.

"Gimana bisa bapak pergi sementara masalah kita belum selesai?" tanya Aisyah. "Kita harus selesaikan masalah kita lebih dulu, baru bapak boleh pergi!" tuntutnya kemudian.

Rahang Malvyn mengeras dengan tangan yang terkepal. "Minggir, Aisyah?!!" geram Malvyn meninggikan suaranya.

Aisyah sempat terkejut tetapi tetap tak gentar. "Kita harus bicara, sekarang!" tekadnya tetap Malvyn segera menggeser tubuhnya dengan kasar sehingga tersungkur ke lantai.

Malvyn sempat menoleh melihat Aisyah yang tersungkur. Tetapi kembali melanjutkan langkahnya dan keluar dari apartemen.

Sementara Aisyah terdiam karena tidak menyangka bila Malvyn akan melakukan hal kasar seperti itu kepadanya. "Baiklah. Awalnya aku ingin menerima pernikahan ini. Tapi sepertinya kamu enggak, Malvyn. Bagi mu hanya status pernikahan bukan?"