20

05:00 di Minggu pagi.

Akhirnya tiba juga hari reuni yang sudah di tunggu-tunggu. Di rumah pak kades sejak pagi sudah sangat berisik karena kelakuan Arif.

“Ariiiff!!!”, teriak ibu di dapur karena terus-terusan di ganggu oleh Arif.

Bapak yang mendengar teriakan ibu langsung keluar kamar dengan sandal di tangan. Karena sadar dengan serangan yang akan datang, Arif berlari masuk ke kamar secepat kilat. Ia melihat Biru sedang bersiap-siap lari pagi.

“Gue ikut.”, kata Arif.

“Tumben.”

“Dari pada lari karena di kejar bapak mending gue lari sama lu.”

Biru keluar kamar tanpa menjawab.

“Tungguin bro. Buset deh.”, gerutu Arif yang masih memasang sepatu.

Arif keluar kamar dan di sambut oleh senyuman bapak. Senyum menyebalkan karena ternyata bapak juga akan ikut lari pagi bersama mereka.

“Nggak jadi ikut deh.”, kata Arif membalikkan badan.

Bapak langsung menarik kerah belakang jaketnya dan menyeretnya keluar rumah.

“Buuu.... Tolongin Arif buuuu....”

Ibu yang sedang berada di dapur tertawa mendengar teriakan Arif.

***

07:00. Pak kades dan kedua anak lelakinya baru saja pulang dari lari pagi sementara ibu baru saja selesai menyapu halaman. Mereka sarapan bersama sebelum melakukan aktifitas masing-masing.

“Kalian jadi ke acara reuni?”, tanya bapak.

“Jadi dong pak.”, jawab Arif.

“Ya sudah nanti kunci rumah bapak titipin ke tetangga sebelah ya?”

“Bapak sama ibu mau kemana?”

“Mau ke acaranya pak wali kota. Di sana kan banyak orang penting jadi nggak mungkin kalau harus cepat-cepat pulang. Jaga-jaga saja kalau nanti kalian pulang lebih dulu.”

“Berangkat jam berapa?”, tanya Biru.

“Jam 10 ya pak?”, tanya ibu.

“Iya jam 10.”

“Naik apa?”

“Nanti bapak pesan ojek ke mas Iman.”

Biru langsung berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Beberapa menit kemudian ia kembali ke ruang tamu.

“Nanti tunggu teman Biru aja berangkatnya. Jangan ngojek.”

Bapak dan ibu saling bertukar pandang lalu tersenyum.

“Iya nak. Terimakasih ya?”, kata ibu.

“Biru mau mandi dulu.”

“Iya.”

Biru menuju kamar mandi.

“Rif, saudaramu itu sekarang sudah banyak teman ya?”, tanya bapak.

“Lumayan. Kata mas Indra semenjak Arif di Sumatera, dia jadi lebih terbuka sama orang lain. Terutama sama mas Indra.”

“Syukurlah kalau begitu. Ibu senang dengarnya.”

Selesai makan, gantian Arif yang menuju kamar mandi lalu bersiap-siap. Sementara bapak dan ibu masih berada di ruang tamu menonton tv.

Di kamar.

“Kita jemput Mega dulu kan bro?”

Biru terdiam.

“Bro?”, panggil Arif.

“Hm. Iya.”

“Kalau gitu kita bawa motor sendiri-sendiri aja.”

“Ok.”

Biru dan Arif sudah selesai bersiap-siap dan keluar kamar.

“Pak, bu. Kita berangkat dulu ya?”, pamit Arif.

“Iya.”, jawab bapak dan ibu.

Biru dan Arif menunggangi motor masing-masing menuju ke rumah Mega. Meskipun masih merasa canggung namun Mega dan Biru sudah mulai kembali berbicara dan bertukar canda.

Setelah beberapa menit menunggu Mega bersiap-siap, mereka akhirnya berangkat ke tempat reuni.

“Jadi inget dulu ya. Dulu kita pasti berangkat bareng kayak gini.”, kata Arif.

Biru dan Mega hanya tersenyum mendengar ucapan Arif.

***

Di sebuah warung bambu dekat sawah seluruh alumni seangkatan mereka mulai berkumpul. Meskipun di desain dengan bambu tapi warung ini sangat luas. Perwakilan alumni menyewa tempat ini untuk acara reuni karena di desa ini, hanya tempat ini yang bisa menampung keseluruhan dari mereka.

Arif, Mega dan Biru sampai sejak beberapa menit yang lalu dan sudah bergabung dengan teman-teman yang lain. Sementara kakak beradik Avisa dan Jingga baru saja datang.

Sejak pagi-pagi sekali, Avisa berteriak-teriak dan bertingkah seperti orang gila memaksa Jingga agar mau ikut acara reuni ini. Meskipun sebenarnya enggan namun Jingga akhirnya ikut juga. Makin stres rasanya menghadapi Avisa yang sedang mode tantrum sendirian. Tanpa rasa malu sedikitpun, Avisa mendahului Jingga masuk ke dalam ruangan.

“Hai semuanya.”

Seisi ruangan kebingungan.

“Ini Avisa, adiknya Jingga.”, jelas Mega.

Tak lama, Jingga menyusul masuk. Semua orang mulai heboh, terutama alumni IPA, karena dua saudara yang sangat good looking ini.

“Jadi inget dulu waktu Jingga pertama pindah. Seisi kelas juga takjub ngeliat dia, kayak sekarang.”

“Iya ya. Dia makin ganteng lagi.”

“Adeknya juga cakep banget.”

Beberapa orang mulai membicarakan mereka. Avisa yang sejak tadi celingak celinguk langsung berjalan menuju pria favoritnya. Ia menatap Arif sambil tersenyum, mengisyaratkan untuk segera menyingkir. Arif kesal namun tidak bisa menolaknya. Akhirnya ia pindah dan duduk bersama Jingga. Semua orang semakin bingung karena tingkah Avisa.

“Gue ceweknya dia.”, kata Avisa penuh senyum.

Lagi-lagi seisi kelas heboh. Mereka tidak menyangka ada orang lain yang mau bersama dengan Biru, terlebih lagi menjadi pacarnya. Sedangkan Biru hanya bisa menutup muka karena saking malunya.

“Di kasih berapa lu buat pura-pura jadi ceweknya Biru?”, tanya Melinda sinis.

Biru spontan membuka tangan dan menatap tajam pada Melinda. Avisa menyadari bahwa Biru tak nyaman dengan pertanyaan Melinda. Menggemaskan, pikirnya.

“Ternyata sama-sama pasangan budeg dan bisu. Serasi deh.”

Semua mulai risih dengan tingkah Melinda yang semakin menjadi-jadi.

“Pak Baskoro nggak pernah ngajarin lu sopan santun ya?”, tanya Avisa yang mulai kesal.

Melinda terkejut mendengar nama ayahnya di sebut. Ia langsung berjalan dengan cepat dan berdiri di sebelah Avisa yang sedang duduk di samping Biru.

“Berani banget lu nyebut nama ayah gue!”, teriaknya.

Mega yang cemas langsung berjalan menghampiri mereka, berusaha menjauhkan Melinda dari Avisa. Namun sebelum ia sampai, Jingga terlebih dulu berdiri dan menyeret melinda ke luar ruangan. Semua orang heboh lagi. Sejenak Mega diam mematung namun segera menyadari suasana yang semakin tidak nyaman. Akhirnya ia memutuskan untuk memulai acara reuni.

“Ok teman-teman. Kita pesan makan dulu aja ya. Sambil ngobrol-ngobrol dan temu kangen.”, kata Mega.

Setelah itu semua orang sibuk membuka menu dan memesan makanan yang mereka inginkan. Sementara otak Mega masih memikirkan apa yang Jingga lakukan pada Melinda yang membuat mereka tidak juga kembali ke dalam ruangan.

Di toilet Biru sedang membasuh muka karena hari ini cuaca sangat panas dan berdebu. Tak lama Anton masuk ke dalam toilet.

“Hai bro.”, sapa Anton

“Hai.”

“Gimana kabar lu?”

“Baik.”

“Mmm... Kalau Arif?”

“Kenapa nggak tanya sendiri?”

Anton melihat banyak perubahan pada Biru. Cara bicaranya masih singkat tapi sudah tidak sedingin dulu. Kalau dulu, ia pasti sudah tidak menjawab sapaan Anton sejak awal. Karena merasa Biru bisa di ajak berkomunikasi, Anton memberanikan diri untuk menceritakan perasaannya.

“Gue rasa pertemanan gue sama Arif nggak akan pernah bisa balik lagi kayak dulu. Apalagi gue adalah salah satu orang yang ada di sungai waktu itu.”

Biru menyilangkan tangan dan bersandar di bingkai pintu.

“Kenapa nggak lu omongin aja sama dia?”, tanya Biru.

“Gue juga pengennya gitu bro. Tapi lu tahu sendiri kan Arif nggak pernah mau lagi ngobrol sama gue. Terakhir dia ngobrol sama gue, dia berakhir hampir mati di sungai.”

“Lu manggil dia waktu itu emang buat bikin dia celaka?”

“Gue masih waras bro. Biarpun waktu itu kita masih sama-sama bocah tapi gue nggak punya pikiran kayak gitu. Apalagi dia sahabat gue.”

“Jadi?”

“Sebenernya waktu itu gue manggil dia ke sana buat ngasih tahu kalau anak-anak yang lain bakal ngelakuin hal buruk ke dia. Yang gue nggak tahu, ternyata mereka udah ngikuti gue semenjak dari rumah karena mereka yakin pasti gue bakal ngasih tahu Arif. Karena itu gue minta tolong ke elu. Karena gue tahu anak-anak yang lain takut sama lu.”

Biru mengetuk pintu di belakangnya sekali.

“Denger kan?”, ucap Biru.

Setelah itu ia langsung keluar meninggalkan Anton. Sedangkan orang di dalam bilik yang Biru ketuk membuka pintu. Anton terkejut.

Terpopuler

Comments

Cita Solichah

Cita Solichah

keren gk sih gayanya si Biru. aq ikut2an jatuh hati sm dy. dan crita ini tokohnya sama2 memiliki karakter kuat. porsi crita yg sama. sama memiliki kisah sedih sndiri2 dan crita bahagia sndiri2. kayak gk ad yg jd pihak ketiga yg biasa jd paling menderita n nelangsa. sukkaaa...

2022-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!