4

Di ruang tamu Arif sedang makan bersama ibu sambil menonton acara komedi di tv.

“Makan bro. Masakan ibu gue nih.”, celetuk Arif.

Tanpa menghiraukan Arif, Biru nyelonong menuju dapur.

“Bu, Arif baru inget.”

“Apa?”

“Tadi si Biru pelukan sama...”

Belum sempat Arif menyelesaikan kalimatnya namun tiba-tiba Biru berlari dari arah dapur dan bereteriak.

“Arif tadi bolos bu!”

Ibu dan Arif tersentak hampir tersedak. Teriakan Biru mengagetkan mereka karena selama ini Biru tidak pernah sekalipun bertingkah seperti itu.

“Ibu sampai kaget.”

“Lu seharian teriak-teriak mulu bro. Kesurupan lu?”

“Arif tadi bolos jam pertama.”, kata Biru ngotot.

“Iya ibu sudah tahu.”

Mendengar jawaban ibu, Biru sedikit kesal tapi tidak bisa berbuat apapun karena ia tahu ibu memang tidak pernah marah sekalipun pada mereka. Bahkan di tengah keterkejutannya tadipun ibu masih berbicara dengan sangat lembut. Lagipula baik ibu maupun Biru sudah sama-sama tahu jika Arif membolos berarti ia sedang menghabiskan sedikit waktu di pusara ayah ibunya.

“Sudah cepat makan sana. Ibu masak tumis kangkung kesukaan kamu.”

“Iya bu.”

Biru yang masih kesal berjalan menuju dapur sambil memberi isyarat pada Arif agar tidak sembarangan berbicara. Setelag Biru menghilang dari pandangan, Arif dan ibu cekikikan.

“Kamu ini suka banget gangguin Biru.”

“Ibu juga kan?”

Mereka lanjut cekikikan dan berhenti ketika melihat Biru sudah hampir terlihat dari ruang tamu.

“Setelah ini ibu mau ke kantor bapak. Kalian jaga rumah saja, jangan keluyuran.”

“Arif pengen deh nanti punya istri kayak ibu. Pas pening-peningnya mikir kerjaan langsung di samperin istri tercinta tuh rasanya pasti seneng banget.”

“Cewek aja nggak punya.”, ledek Biru.

“Daripada diam-diam suka.”

Biru langsung melirik tajam.

“Hmmm... Kalian ini kerjaanya berantem terus. Pusing ibu lihatnya. Sudah lah ibu mau ke kantor bapak saja.”, kata ibu sambil berjalan menuju dapur.

“Hati-hati di jalan bu.”, sahut Arif.

Tok tok tok! Mega mengetuk pintu.

“Masuk Mey.”, kata Arif.

Mega berjalan masuk dan langsung duduk di samping Biru.

“Anterin gue.”, pinta Mega kepada Biru.

“Kemana?”

“Toko ATK.”

“Ngapain?”

“Beli spidol.”

“Kemarin kan udah.”

“Warna yang gue pengen nggak ada di yang kemaren.”

“Kalau Biru nggak mau, Arif mau kok Mey.”, kata Arif menggoda.

“Ogah.”

Biru melirik tajam pada Arif namun Arif terus saja cengengesan. Tak berapa lama ibu keluar dari dapur dengan membawa satu set rantang.

“Eh ada Mega.”

“Iya bu. Ibu mau kemana? Cantik banget.”

“Kamu ini pintar sekali bikin orang salah tingkah ya?”

“Jago dia sih.”, sahut Biru.

Mega yang mendengar perkataan itu sontak mencubit kecil tangan Biru. Ibu tersenyum melihatnya.

“Ibu mau ngirim makanan buat bapak di kantor. Kalian mau keluar?”

“Iya nih bu. Mega mau minta anter Biru ke toko ATK.”

“Arif ikut juga?”

“Jika laki-laki dan perempuan sedang berduaan maka yang ketiganya adalah setan. Aku nggak mau jadi setannya bu. Lebih serem si laki soalnya.”

Hampir saja sambal di sendok Biru mendarat di mulut Arif namun Arif melesat ke belakang ibu secepat kilat sambil menjulurkan lidahnya, mengejek pada Biru.

“Aduh kalian ini masih saja ya. Sepertinya memang lebih baik Arif tidak ikut daripada mereka seperti ini di sepanjang jalan. Kasihan nanti Mega.”

“Yuk bu, Arif antar ibu aja ke kantor bapak.”

“Ya sudah ibu pergi dulu ya. Kalian hati-hati di jalan.”, pesan ibu pada Biru dan Mega.

“Iya bu. Ibu juga hati-hati di jalan.”, sahut Mega.

“Iya.”

Setelah menaruh piring di dapur, Arif bergegas mengeluarkan sepeda motornya untuk mengantarkan ibu ke kantor kepala desa. Meskipun kehilangan kedua orang tuanya, Arif tidak pernah kekurangan dalam hal materi karena Arif adalah anak tunggal yang mewarisi seluruh kekayaan orang tuanya.

“Udah makan?”, tanya Biru.

“Udah tadi.”

“Gue lanjutin makan dulu sambil nunggu si Arif.”

“Oke.”

“Kenapa nggak telepon dulu?”

“Kayak lu pernah pegang hp aja. Coba sekarang mana hp lu.”

“Di kamar.”

Suasana mendadak hening sejenak.

“Mmmm... Bi. Gue minta maaf ya soal yang tadi.”

“Nggak perlu di bahas.”

“Gue boleh nanya?”

“Apa?”

“Kenapa sih lu marah banget tadi?”

“Gue cuci piring dulu.”

Tanpa menjawab pertanyaan Mega, Biru pergi ke dapur untuk mencuci piring yang membuat sedikit perasaan kecewa di hati Mega.

“Bi, gue pinjem hp ya?”, teriak Mega dari ruang tamu.

“Di ransel.”

“Oke.”

Mega langsung masuk ke kamar Biru. Untuk ukuran orang desa mungkin hal ini masih sedikit tabu tapi tidak bagi Mega dan Biru. Mereka sudah bersama sejak dini jadi hampir tidak ada batasan di antara mereka. Bapak dan ibupun sudah terbiasa dengan hal ini.

Tanpa perlu waktu lama, Mega sudah menemukan dimana letak hp Biru dan membawanya ke ruang tamu.

Klung! Ada sebuah pesan masuk.

“Bi ada pesan masuk.”

“Bacain.”

“Lu cuci piring lama banget sih.”

“Sekalian nyuciin punya ibu.”

Mega membuka pesan tersebut. Ia sempat terkejut. Baru kali ini ada pesan dari seorang gadis di hp Biru. Biru yang sudah menyelesaikan pekerjaannya kembali menuju ruang tamu.

“Siapa?”

“Ha? Ini. Lu abis dapet kenalan cewek ya?”, jawab Mega tergagap.

“Ngaco.”

“Baca aja sendiri.”, perintah Mega sambil memberikan hp pada Biru.

Biru membaca pesan itu dan menghapusnya.

“Kenapa di hapus?”, tanya Mega.

“Nggak kenal.”

“Kan belum lu tanya.”

“Emang gue kenal siapa lagi selain lu sama Arif?”

Mega terdiam karena Biru memang tidak memiliki teman selain ia dan Arif. Kontak di hpnya saja hanya ada nomor mereka dan orang tuanya saja.

Tak lama terdengar suara motor Arif di pekarangan depan.

“Mau berangkat sekarang?”, tanya Arif.

“Iya, keburu malem.”, jawab Mega.

Arif melemparkan kunci motor pada Biru lalu langsung masuk ke dalam kamar.

“Gue berangkat dulu.”, pamit Biru.

“Berangkat ya Rif.”, kata Mega berpamitan juga.

“Tutup pintunya!”, teriak Arif.

Biru dan Mega berangkat ke toko ATK langganan Mega yang terletak di kota, sekitar satu jam perjalanan dari rumah. Saat menyalakan motor, Biru sadar bahwa mengantar ibu ke kantor bapak hanyalah alasan Arif yang sebenarnya bertujuan untuk mengisi penuh tangki bensin karena tahu Biru akan memakainya. Hal-hal kecil seperti itulah yang membuat Biru nyaman dengan Arif meskipun tidak pernah ia katakan.

***

Keesokan harinya di sekolah.

“Pagi Mey, pagi teman-teman.”, sapa Jingga.

“Pagi Jingga.”, sahut Mega dan yang lain.

“Kamu lagi ngapain?”

“Ini ada tugas dari bu Reni buat ngedata apa aja nanti yang perlu di pinjam dari ruang peralatan.”

“Perlu bantuan nggak?”

“Boleh nanti bantu ambil peralatan aja sama aku sama Desi juga.”

“Ok. Aku taruh tas dulu.”

Jingga berjalan menuju mejanya dan secepat kilat kembali berdiri di sebelah meja Mega.

“Udah?”, tanya Jingga.

“Bentar. Dikit lagi.”

Jingga menunggu Mega dengan tidak sabar. Tak lama Melinda masuk ruang kelas, baru saja datang.

“Pagi Jingga.”

“Pagi Mel.”

“Ngapain berdiri di sini? Nungguin aku ya?”, kata Melinda kepedean.

“Nunggu Mega.”

Seisi kelas menahan tawa. Melinda kesal di buatnya.

“Tumben anjing penjaga lu nggak ada. Biasanya nempel mulu kayak perangko.”

“Nyariin Biru? Ntar gue sampaiin ke dia.”

“Ih najis.”

Melinda semakin kesal mendengar jawaban Mega. Ia langsung berjalan pergi ke mejanya.

“Kalian nggak pernah akur ya?”

“Tunggu aja seminggu, ntar kamu juga tahu kalau Melinda itu bukan manusia yang bisa di baikin.”

“Iya. Jangan cemberut, masih pagi.”

“Apa sih.”

Meskipun terlihat kesal, sebenarnya Mega sedang deg-degan karena perkataan Jingga.

“Sin, kayaknya kita harus pindah planet deh. Kita nggak kelihatan di sini.”, celetuk Desi.

“Iya Des, kita makhluk tak kasat mata.”

Sinta dan Desi cekikikan dan Jingga salah tingkah karena candaan yang mereka lontarkan.

“Ternyata nggak banyak. Aku sama Desi aja cukup deh kayaknya.”, kata Mega.

Desi melihat raut kekecewaan di wajah Jingga.

“Kamu sama Jingga aja deh Mey.”

“Gitu?”

“Iya. Kasian loh dia udah nunggu dari tadi masak nggak jadi.”

Jingga langsung tersenyum cerah.

“Ya udahlah. Yuk Ngga.”, ajak Mega.

“Yuk.”

Mega berjalan terlebih dulu dan di ikuti oleh Jingga yang menyempatkan menoleh pada Desi.

“Makasih.”, bisik Jingga.

Desi membalasnya dengan acungan dua jempol.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!