Bab 17# Meremas Yang Kenyal Kenyal

"Semalam kamu hendak pergi kemana, Eliza?"

Embun yang tadinya ingin menyusul Surya dan Cahaya yang sudah beranjak pergi, jadi tertahan ingin menguping pembicaraan Badai yang sudah mulai menginterogasi Eliza. Kuping ia pasang lebar lebar di tembok dekat pintu kamar yang masih terbuka lebar.

"Iya, iya, aku mengaku hendak nongkrong di club." bohong nya yang tak mungkin menyebut nama Vano. Tapi itu karena salah mu juga! Kamu anu-anu enak bersama Embun. Sedang aku, aku hampir mati cemburu dan bosan!" Serangan balik untuk Badai. Pria itu sadar betul, kalau Eliza pantas marah. Tapi bagaimana lagi dong, ia juga tak mau ada di posisi nya saat ini.

"Ribut terus! Itu yang aku mau, biar kamu cepat cepat punya sakit gejala komplikasi." Embun menikmati ketidakmampuan Badai menjawab Eliza yang ngambek.

"Eliza, bukan gitu. Aku nggak berbuat apa__"

"Sudahlah! Aku mau mandi! Keluar sana!" Eliza yang sudah kesal ulah ejekan demi ejekan si Kembar tadi, akhirnya melampiaskan ke Badai. Punggung pria itu, di dorong dorong keluar kamar.

BRAAK... Pintu tertutup kasar oleh tangan Eliza.

"Kasihan deh lu..." Embun yang masih di posisi semula. Berkata penuh ejek dan nyebelin di kuping Badai.

Mata pria itu mendelik tajam. Ingin bersuara tetapi didahului Embun.

"Ini belum seberapa loh. Selama aku ada, hidup mu tak akan tenang." Mata Embun berkedip ejek. Lalu berlalu pergi.

Badai yang kesal, segera menyusul. Ia manarik ikat rambut Embun. Lalu membuangnya ke lantai. Tanpa peduli dengan erangan kesal Embun, ia terus berjalan masuk ke kamar utama yang semalam ditempatinya.

Embun mengejar. Sampai di dalam. Ia menerobos terlebih dahulu kamar mandi yang sebenarnya, Badai pun hendak masuk. Alhasil, tubuh mereka kompak tersangkut di pintu.

"Aku duluan yang mandi!" geram Badai tertahan.

"Cih, pria jantan itu mengalah. Kecuali kamu banci__"

"Ini bukan soal jantan atau banci! Pokoknya, aku duluan!"

Embun tetap tak mau mengalah. Ia harus menang dari hal sekecil apa pun itu. Termasuk kamar mandi.

"Embun! Kamu itu punya kuping nggak sih!" Badai berhasil masuk terlebih dahulu. Namun Embun pun sama. Menyusul dan segera berdiri di bawah shower yang belum menyala.

Tiba tiba, Badai punya ide untuk menskakmat wanita keras kepala itu.

Braak... Pintu ia tutup rapat rapat. Lalu menyeringai mesum seraya melepas celana tidurnya. Untungnya, baju tidur Badai panjangnya bisa menutupi bagian 'tit' Badai. Sehingga mata Embun belum ternodai.

"A-apa yang hendak kamu lakukan?" gugup Embun. Ia terjebak sendiri.

"Apalagi kalau bukan anu," katanya ambigu. Senyum tipis Badai terlukis saat menyadari kegugupan Embun. "Buka bajumu atau mau di bukain?" Suitt... Badai bersiul nakal. Lalu menjilati bibirnya sendiri. Memberikan kesan sempurna untuk membalas Embun.

Embun mundur mundur, namun terhenti saat bisa menguasai diri sendiri. Ia akan mencuil harga diri Badai.

"Cih, palingan itu mu cuma sebesar telunjuk ku! Buat geli geli kuping doangan!"

Badai tertantang. Tadinya cuma ingin menakuti. Tetapi karena dipertanyakan, ia jadi berniat memperkosa istri sendiri. "Apa kamu bilang? Cuma cukup geli gelian doang?" Embun kembali mundur pelan tatkala Badai maju ke arah nya seraya membuka kancing paling atas. "Come on, baby.. Hohoho, kamu lupa hah? Surya dan Cahaya kan sudah besar! Hasil siapa coba kalau bukan hasil senjata ku. Sekali garap langsung jadi loh. Kemarilah, kita lakukan sekali lagi." Dua kancing piyama sudah terbuka. Bulu bulu halus dada Badai mulai menjimbul nyata di mata Embun.

"Hemm... Baiklah. Siapa takut! Mari kita nikmati kejadian seperti delapan tahun lalu. Karena aku mabuk waktu itu, jadi aku memang tak merasakan kerasnya milik mu." Embun tak jadi mundur lagi. Karena memang sudah mentok di tembok. Ia malah mengikis jarak, hingga posisi mereka tinggal satu jengkal. Bibirnya tersenyum manis seraya maju lebih dekat ke arah bibir lawannya. Membuat Badai sampai tergoda.

Namun tangan kanan nya di bawa sana ... greesss...

"Aaaarrggh..."

Badai menjerit keras pakai banget. Bagian anunya ngilu mendapat remasan kuat Embun.

"EMBUUUUN!" pekik Badai seraya loncat loncat di tempat. Matilah anunya.

"Rasain!" Tanpa dosa, Embun menyukiri ejek. Lalu segera keluar dari ruangan itu, meninggalkan Badai yang masih berdesis desis, ngilu.

"Gila... Anunya besar sekali!" Di luar kamar mandi, Embun menatap tangannya yang sudah kurang ajar. Dengan konyol, ia mencium secara jijik telapaknya itu. Padahal, tangannya hanya tercemar celana segita Badai. Tapi tetap saja merasakan keras keras gimana gitu di baliknya.

" Hahahaha... Pasti anunya itu akan mati suri." Embun tertawa puas. Ia berhasil lagi membuat Badai menderita.

****

Terpopuler

Comments

Dewi Rukmini

Dewi Rukmini

ngompol kak😂😂😂😂😂

2023-08-22

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BUKANNYA NYOBLOS LUBANG HANGAT, TPI DPT REMASAN KUAT. 😀😀😀😀😀

2023-03-06

0

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

embun2 🤣🤣

2023-01-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!