“Kenapa? Tidak setuju?” tanya Jordan lagi karena tidak mendengar jawaban Raiden maupun Telestia.
Raiden ragu-ragu menjawab, “Apa dia tidak bisa kerja di rumah aja, Kak?”
“Dia baru tinggal di daratan dan tidak tahu cara bersih-bersih. Nanti rumah kita malah hancur berantakan.”
“Dia bisa belajar, Kak.”
“Nanti dia malah bermalas-malasan dan tidak mau keluar. Aku tidak mau pengecut yang lari meninggalkan teman dan keluarga tinggal di rumah ini secara cuma-cuma. Rumah kita bukan penampungan.” Jordan melirik sinis Telestia.
Telestia tertegun. Ucapan Jordan benar. Dia seorang pengecut, tetapi terlalu malu mengakuinya. Gara-gara dirinya keluarganya tertangkap, tetapi dia malah melarikan diri.
“Kak!” Raiden meninggikan suaranya. Dia tahu kakaknya tegas, tetapi kata-kata Jordan sudah keterlaluan.
“Aku akan bekerja,” ucap Telestia dengan mantap. Dia tidak ingin menjadi beban bagi Raiden. Sudah cukup Raiden membantu dan membelanya.
“Tolong dipikirkan lagi, Tia.” Raiden menghampiri Telestia. Dia tidak mau Telestia gegabah mengambil keputusan gara-gara kakaknya.
“Baguslah, secepat mungkin kau harus dapat pekerjaan,” jawab Jordan tanpa memedulikan perkataan Raiden.
Jordan berjalan ke kamarnya. Dia berbalik karena teringat sesuatu. “Besok, aku akan pergi. Tapi, kau tidak boleh malas selama aku tidak ada.”
Setelah memeringatkan Telestia, Jordan melanjutkan langkahnya. Telestia yang semula menahan napas, mulai memenuhi paru-parunya dengan udara lagi. Tubuhnya merosot ke lantai. Kakak Raiden sangat menakutkan.
“Perkataan kakakku nggak usah diambil hati. Kamu nggak perlu bekerja, Tia.” Raiden berjongkok, menepuk-nepuk punggung Telestia.
Telestia menggeleng. “Tidak, aku tidak mau mengecewakan kakakmu. Aku akan bekerja.”
Raiden menatap wanita bermata biru itu. Tidak ada keraguan sedikit pun di matanya. Dia tidak boleh egois. Telestia sudah bertekad dan Raiden tidak boleh memupuskan harapannya.
“Oke, kamu udah makan?”
Telestia menggeleng.
“Kita makan dulu. Oh ya apa kamu bisa membaca?” Itu adalah hal yang paling dasar dalam kehidupan manusia. Kalau tidak bisa membaca, mana mungkin Telestia bisa bekerja.
“Aku bisa membaca tulisan siren, tapi kalau tulisan manusia tidak bisa. Selama ini aku bisa mengerti dan berbicara denganmu karena otak siren dapat menerjemahkan gelombang bunyi yang diciptakan dari pita suara manusia.”
Raiden berdecak kagum. “Jadi kamu bisa berbicara dengan manusia di belahan bumi mana pun?”
Telestia membenarkan. Tanpa aba-aba, lambung Raiden berteriak. Seharian ini dia bekerja keras tentu saja perutnya lapar.
Dia meringis berusaha menutupi rasa malunya. “Kita makan dulu. Habis itu aku akan mengajarimu.”
Telestia menyetujuinya. Dia juga kelaparan karena melewatkan makan siang. Mereka pun makan malam bersama.
***
Telestia dalam perjalanan untuk mencari pekerjaan. Selama itu pula, dia senyum-senyum sendiri mengingat kejadian kemarin malam. Saat Raiden mengajarinya membaca. Idol itu menggaruk-nggaruk kepala dan terlihat kebingungan.
Tak pernah terlintas di pikiran Raiden bahwa Telestia bisa menghafal alfabet dan membaca dalam satu malam. Manusia pada umumnya belajar membaca memerlukan waktu berbulan-bulan. Akan tetapi, Telestia bukanlah manusia melainkan siren.
Senyum Telestia perlahan sirna memikirkan perkataan Jordan tadi pagi.
“Ingat jangan bermalas-malasan kalo nggak mau kutendang. Dan, jangan menggoda Raiden selama aku tidak ada.”
Telestia mengambil napas sebanyak-banyaknya. Dia harus bekerja agar tidak diusir dari rumah Raiden.
Akan tetapi, mendapat pekerjaan tidak semudah dia kira. Dari pagi hingga malam, Telestia ditolak berkali-kali di rumah-rumah dan pertokoan daerah sana. Tak ada yang mau memperkerjakan orang tak berpendidikan sepertinya. Keterampilan pun dia tidak punya. Sebenarnya ada, yaitu menyanyi. Namun, Raiden melarangnya mencari penghasilan dengan hal itu. Karena pemburu siren dapat menemukannya dengan mudah.
Telestia pun memutuskan pergi ke lautan untuk menenangkan diri sebentar. Kali ini dia berhati-hati agar tidak ada seorang pun yang melihatnya. Kaki manusianya berubah menjadi sirip. Telestia tidak boleh berlama-lama di lautan. Bila lebih dari seminggu, dia akan menjadi siren sepenuhnya dan harus mencari jiwa-jiwa manusia lagi. Namun, tidak mungkin dia akan di lautan selama itu, pemburu siren bisa menangkapnya dan Raiden akan khawatir. Jangan sampai dia merepotkan temannya itu.
Telestia sampai di Kerajaan Siren. Gua-gua di sana semuanya kosong. Barang-barang berserakan ditinggalkan pemiliknya. Telestia mengepalkan tangannya.
Ini salahku. Aku janji akan membalas pemburu siren itu.
Perut Telestia bergemuruh. Dia cepat-cepat berenang menuju daratan dan kembali ke rumah Raiden.
Baru sampai di depan pintu rumah, Telestia dihujani pertanyaan oleh Raiden.
“Kamu habis dari mana? Kenapa pulang malam sekali? Apa kamu dapat kerja? Kerja di mana?”
Mata Telestia sempat berputar-putar mendengar pertanyaan Raiden. Raiden tak perlu tahu dia dari lautan. Idol itu bisa khawatir. Telestia merangkai kalimat yang bisa menjawab semuanya. “Aku sudah berkeliling seharian dan tidak dapat pekerjaan. Apa pendidikan itu sangat penting di dunia manusia?”
“Sebagian besar ya.” Kekhawatiran Raiden sudah hilang berubah jadi rasa lesu.
“Apa aku harus bersekolah?” Telestia menerawang ke atas.
Raiden tertawa kecil lalu tampak sedih. “Kamu udah terlalu tua untuk bersekolah. Kalo ngambil ujian kesetaraan sepertinya tetap sulit mendapat kerja dalam waktu dekat.”
Melihat Telestia tertunduk lemas, Raiden buru-buru menghiburnya. “Tenang saja, kamu pasti bisa bekerja.”
“Bagaimana caranya?” Telestia memiringkan kepala.
“Lihat aja, kamu akan tahu.” Raiden tersenyum jahil.
***
“Kumohon terima temanku, oke?” Raiden menyatukan kedua tangan walaupun tahu orang yang diajaknya bicara tidak bisa melihatnya.
“Aku bukan orang dermawan yang mau mempekerjakan orang nggak jelas asal usulnya. Apalagi dia nggak pernah bersekolah,” jawab Daniel.
“Ayolah, dia nggak punya rumah. Kamu nggak kasihan sama dia.” Raiden memojokkan Daniel. Dia berharap temannya itu merasa bersalah.
“Bukan urusanku.”
“Kamu pasti kekurangan orang gara-gara pegawaimu keluar tiba-tiba. Kamu terima Telestia ya?”
Sudah seminggu lebih Daniel memasang lowongan pekerjaan di depan mini market-nya, tetapi tidak ada orang yang tertarik. Alhasil, Daniel harus menjaga mini market itu bersama karyawannya yang lain. Raiden yakin Daniel pasti akan menerima tawarannya. Karena Daniel lebih suka bersantai di rumah dan menyerahkan pekerjaan pada pegawai.
Terdengar helaan napas dari Daniel. “Oke, tapi dia harus bisa bekerja dengan baik. Kalo nggak, dia kupecat.”
“Terima kasih, Niel.” Raiden berteriak kegirangan dalam hati.
“Telestia itu siapamu? Kenapa kamu sampai memohon-mohon membantunya?”
“Sudah kujelasin di awal, kan?”
“Omong kosong. Nggak mungkin cuma teman. Kamu nggak pernah dekat sama wanita, kecuali Sophia. Itu pun karena dia manajermu. Apa kamu menyukai Telestia?” tanya Daniel dengan nada menggoda.
Wajah Raiden memerah. “Kamu salah. Telestia cuma temanku.”
Ya, mereka hanya teman. Semua perhatiannya pada Telestia karena mereka berteman. Semua teman pasti saling membantu, kan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Angeldust
next semangat, kakk! 🔥🔥
2022-11-20
1