Bab 4 Berbaur dengan Manusia

Rumah Raiden cukup besar. Telestia mengamati sudut demi sudut rumah temannya itu. Struktur, warna, dan barang-barang di sana sangat beragam. Sangat berbeda dengan tempat tinggalnya di lautan yang hanya terbuat dari batu dan terumbu karang.

Meskipun begitu, Telestia tidak berani menyentuh barang-barang Raiden, kecuali makanan. Bisa-bisa dia merusak barang-barang itu dan malah diusir dari sini. Jadi, dia menghabiskan waktu dengan tertidur.

Tak terasa, siang sudah berganti malam. Telestia masih nyaman berada di alam mimpi. Dia terbangun karena suara gaduh di luar. Mungkin Raiden sudah datang.

Telestia berlari menuju pintu. Dia sudah terbiasa dengan kaki manusianya. Berkeliling di rumah Raiden lagi membuatnya semakin cepat beradaptasi dengan daratan.

Dengan penuh semangat dia membuka pintu. “Kamu sudah pu–“

Ucapan Telestia berhenti karena pria yang ada di ruang tamu itu bukan Raiden. Napas Telestia memburu. Tangannya gemetar. Bagaimana bisa anak buah pemburu siren menemukannya di sini?

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya pria itu.

Telestia tidak menjawabnya. Dia langsung menutup pintu kamar. Namun, tertahan oleh pria itu. Kekuatan pria itu lebih besar. Pintu kamar semakin terbuka lebar. Entakkan pintu itu mendorong Telestia jatuh.

Pria itu mendekati Telestia. Yang disambut Telestia dengan teriakan dan tendangan.

“Pergi! Jangan sakiti aku!”

“Wanita gila! Kenapa kamu ada di sini?” Pria itu berhasil mencengkeram kaki dari Telestia.

Telestia berusaha melepaskan diri dengan memukuli pria itu. Sudah lebih dari satu jam, Telestia menjadi manusia. Suara magisnya telah hilang. Andai ada air untuk berendam, dia bisa menjadi siren sementara dan bernyanyi. Namun, pria itu sangat kuat. Perlawanan Telestia berhasil diredam. Tangan Telestia dicekal pria itu.

“Tolong aku Raiden,” pinta Telestia lirih. Mata Telestia berkaca-kaca.

“Dasar fans gila! Bisa-bisanya meminta pertolongan dari orang yang dikuntit!” Pria itu menyeret Telestia keluar kamar.

Telestia terus meronta-ronta. “Lepaskan aku!”

Namun, semua tindakan Telestia sia-sia belaka. Tubuhnya semakin mendekati pintu depan. Tak ada tempat aman bagi Telestia, baik di lautan maupun daratan.

Tiba-tiba, pintu depan terbuka.

“Aku pulang.” Baru saja hendak melepas sepatunya, Raiden terperanjat dengan kejadian yang ada di depannya. “Apa yang Kakak lakukan?”

“Ini! Aku menemukan fans gilamu di rumah. Hebat sekali dia bisa menemukan rumahmu. Sungguh fans tidak tahu privasi.” Pria itu menuding Telestia.

“Dia bukan fans-ku, Kak. Dia temanku. Lepaskan dia.” Raiden menyingkirkan genggaman tangan pria itu dari Telestia.

Telestia yang terbebas segera berlindung di balik punggung Raiden. Dia ketakutan pada pria bertubuh kekar yang dipanggil kakak oleh Raiden. Sikap kakak beradik itu sangat berbeda, yang satu lembut dan yang lain kasar. Wajah mereka pun berbeda jauh. Mereka tidak seperti saudara di mata Telestia.

Raiden menggenggam tangan Telestia yang gemetaran. “Nggak apa-apa. Dia bukan orang jahat. Dia kakakku. Namanya Jordan. Maafkan, aku. Aku lupa memberitahu kakakku. Jadi kalian salah paham.”

Telestia tak menjawab perkataan Raiden. Dia masih takut pada Jordan. Tangan dan kakinya yang dicengkeram Jordan masih terasa sakit.

“Jadi siapa dia? Tidak biasanya kamu membawa wanita ke rumah.” Jordan bersedekap menunggu Raiden menjelaskan semuanya.

“Dia Telestia. Dia sedang kesusahan. Jadi aku membantunya menemukan tempat tinggal.” Raiden menutupi asal usul Telestia. Bagi orang awam, cerita tentang siren hanyalah omong kosong. Dia tidak yakin kakaknya akan mempercayai ceritanya.

“Cuma sementara, kan? Dia bisa mencari tempat lain. Bahaya kalo ada yang tahu kamu tinggal bersama dengan seorang wanita. Bisa terjadi skandal yang mempengaruhi reputasimu.”

Ucapan Jordan ada benarnya. Namun, tidak mungkin mengembalikan Telestia ke lautan. Pemburu siren bisa datang kapan saja untuk menangkap Telestia lagi. Asal bisa bersembunyi dan tidak ada seorang pun yang tahu tentang keberadaan Telestia, reputasi Raiden akan aman-aman saja.

“Apa dia tidak bisa tinggal di sini dalam waktu lama, Kak? Ada masalah yang tidak bisa dia ceritakan.”

Jordan memicingkan mata. “Semakin banyak yang ditutupi, malah semakin mencurigakan. Sebenarnya siapa wanita ini? Anak yang kabur dari rumah? Buronan?”

Raiden terdiam, mencari-cari alasan yang tepat. Sayangnya, tidak terpikirkan apa pun di otaknya.

“Yang jelas dia orang bermasalah. Lebih baik jangan ikut campur urusannya. Biar dia menyelesaikan semuanya sendiri.” Jordan mendekati Telestia. Dia hendak mengusir wanita itu.

Raiden menghalangi kakaknya. “Biarkan dia tinggal di sini, Kak.”

“Ini demi kebaikanmu, Den.” Jordan melewati Raiden. Tangannya semakin dekat dengan tangan Telestia.

“Aku tidak mau.” Telestia menepis tangan Jordan.

“Telestia adalah seorang siren yang tinggal di lautan. Para siren ditangkap pemburu. Hanya Telestia satu-satunya yang selamat. Dia menjadi manusia untuk bersembunyi di daratan. Aku menemukannya di pantai tadi pagi dan memintanya untuk tinggal di sini,” ucap Raiden dalam satu napas. Cuma itu yang terlintas di kepalanya agar Telestia terhindar dari situasi yang lebih parah. Jujur kepada kakaknya.

Wajah Jordan mengeras. Dia perlahan mundur sambil memegangi dahinya. Sepertinya dia terlalu bingung untuk mencerna ucapan Raiden.

“Apa itu benar?” tanya Jordan pada Telestia setelah tersadar dari keterkejutannya.

Telestia mengangguk. Dia menelan ludahnya. Takut bila Jordan akan marah lagi.

“Apa Kakak percaya?” tanya Raiden ragu-ragu.

Jordan menghela napas panjang. “Aku percaya.”

Raiden bernapas lega begitu pula Telestia. Masih ada harapan Telestia bisa tinggal di rumah Raiden.

Ikatan darah antara Raiden dengan Jordan sangat kuat. Tentu saja Jordan akan mempercayai Raiden meskipun ucapannya tidak masuk akal. Sedari kecil idol itu dirawat oleh sang kakak. Orang tua mereka meninggal saat Raiden berumur 7 tahun. Semenjak itu, Jordan bekerja membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua. Raiden tidak ingin kakaknya bekerja terlalu keras sehingga menjadi idol sewaktu SMA. Meskipun akibatnya Raiden harus merelakan kebebasannya.

“Tapi dengan beberapa syarat,” lanjut Jordan.

Telestia kembali menegang. Ternyata tidak semudah itu meyakinkan Jordan.

“Pertama, aku tidak mau dia tinggal cuma-cuma di sini. Dia harus bekerja.” Jordan mengangkat jari telunjuknya.

Telestia menyetujuinya. Asal dapat tempat tinggal, dia rela melakukan apa pun.

“Karena tidak mungkin kita terus mengurusnya. Kita harus bekerja. Memang besok aku sudah pergi, tetapi akan kupantau dari kejauhan,” tekan Jordan.

Perasaan Raiden semakin tidak enak.

“Dia harus bisa berbaur dengan manusia agar dapat menyembunyikan diri lebih baik. Aku tidak mau dia mendekam di rumah ini, makan dan minum tanpa membayar sedikit pun. Dia harus bekerja di luar. Asal semua itu terpenuhi, dia boleh tinggal di sini.” Jordan menatap Telestia dalam-dalam.

Seketika Telestia tidak bisa berkata apa-apa. Tidak mungkin dia menolak. Namun, dia ragu bisa berbaur dengan manusia. Manusia sangat menakutkan, kecuali Raiden.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!