Pagi harinya, Vania segera menyelesaikan mandi karena mendengar suara bising.
Vania melihat ke luar jendela dan dia melihat Pak Johnson sudah pergi meninggalkan mansion.
"Bahkan Papa tidak berpamitan atau sekedar basa basi mengingatkan aku untuk pergi dari sini."
Vania mengusap air mata nya saat mendengar suara ketukan pintu.
Tok
Tok
Tok
"Non..."
"Iya sebentar."
"Maaf non. Itu, anu...."
"Lima menit lagi saya selesai bik." Ucap Vania yang seakan-akan tahu maksud dari ketukan pintu, dan perkataan dari pembantu yang sebelumnya bekerja di mansion.
Setelah memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal, Vania keluar dari kamar nya.
Vania melihat semua barang-barang yang ada di sana sudah bersih tidak tersisa satupun.
Beberapa orang juga masuk membawa peralatan kebersihan, mungkin rumah itu akan segera dibersihkan dan ditinggali oleh penghuni yang baru.
"Non, kalau non belum mendapatkan tempat tinggal, non Vania bisa tinggal sementara di tempat bibi." Ucap Bik Siti.
"Ada kok, siapa bilang gak ada." Ucap Vania sambil tersenyum.
"Non yakin?"
"Iya, ya sudah ya bi, aku harus pergi sekarang karena aku ada jadwal kampus pagi hari." Ucap Vania.
"Hati hati ya non..." Ucap Bik Siti.
Vania hanya tersenyum kemudian melambaikan tangan kepada Bik Siti.
"Kasihan sekali nasib non Vania, dia diperlakukan seperti keluarga sendiri tapi begitu keluarga ini berpisah non Vania harus menerima kenyataan pahit. Semoga non Vania akan menemukan kebahagiaan, dan keluarga yang sebenarnya." Ucap Bik Siti saat suaminya Pak Tiko yang sebelumnya bekerja sebagai sopir keluarga Johnson menghampiri Bik Siti untuk mengajaknya pergi.
"Kenapa Ibu tidak meminta Non Vania untuk tinggal sementara di rumah kita, karena semalam bapak tidak sengaja mendengar bahwa non Vania belum memiliki tempat tinggal."
"Sudah Ibu coba Pak, tapi non Vania menolak dengan alasan non Vania sudah mendapatkan tempat tinggal."
"Ya sudah kalau begitu kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena memang kita bukan siapa-siapa Non Vania. Kita hanya bisa mendoakan semoga Non Vania mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya."
Sementara itu, Vania sudah sampai di mess yang terletak tidak jauh dari toko roti tempat dia biasa bekerja.
Untuk saat ini mess itu hanya ditempati oleh satu orang yaitu Puput, Puput sendiri bekerja di toko roti itu dan cukup dekat dengan Vania.
"Vania, kamu mau minggat?" Pekik Puput saat melihat Vania memasuki gerbang mess dengan membawa koper dan beberapa tas ransel lainnya.
Vania hanya tersenyum, karena tidak mungkin juga dia berkata alasannya di luar.
Puput dengan segera membantu Vania membawa masuk barang-barangnya.
"Riko hari ini masuk pagi atau siang ya?" Tanya Vania setelah dirinya berada di kamar Puput.
"Kayaknya siang deh, kenapa?"
"Aku mau minta kunci kamar mess."
"What?" teriak Puput.
"Woy, ini telinga bukan jamur." ketus Vania.
"Tunggu tunggu, kamu pasti lagi bercanda kan, nggak mungkin kamu akan tinggal di mess ini sementara kamu itu tinggal di istana kerajaan."
"Istananya sudah roboh." Pekik Vania sambil membuka kopernya untuk menyiapkan beberapa buku yang akan dia bawa untuk kelas pagi hari ini.
"Van, kamu diusir dari rumah gara-gara bekerja di toko roti murahan seperti ini ya, bukankah aku sudah bilang kepadamu untuk tidak perlu bekerja karena kamu itu sudah keluarga Sultan" Ucap Puput.
Vania menghela nafas panjang lalu menghentikan aktivitasnya yang tengah memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.
"Orang tua aku bercerai dan...." Vania menggantung ucapannya karena dia kembali mengingat kesedihan di mana dia baru mengetahui bahwa selama ini keluarga yang bersamanya bukanlah keluarga kandung.
"Van, ada apa?" tanya Puput saat melihat mata Vania berkaca kaca.
"Tidak apa apa, orang tuaku bercerai dan ternyata aku bukan anak kandung mereka jadi ya kamu tahu lah karena aku bukan siapa-siapa dari mereka jadi mereka tidak mengizinkan aku untuk ikut salah satu dari mereka." Ucap Vania sambil tersenyum sehingga air mata tidak sampai terjatuh membasahi pipinya.
"Vania...." Pekik Puput.
"Ya, aku sendirian sekarang aku tidak punya siapa-siapa dan aku tidak tahu aku harus pergi ke mana dan berbuat apa. Tapi tidak masalah bukankah sebelumnya aku juga bekerja jadi aku yakin bahwa aku bisa menghidupi diriku sendiri." Ucap Vania sambil berbalik membelakangi Puput karena Vania tidak ingin Puput melihat air mata yang sudah menetes.
Puput langsung memeluknya.
"Aku ada di sini, jangan pernah berkata bahwa kamu seorang diri karena kamu masih mempunyai aku dan Riko."
Vania langsung berbalik dan memeluk Puput.
"Hiks, hiks, kenapa ini terjadi padaku. Kenapa Tuhan mengizinkan aku lahir ke dunia ini jika ternyata hari ini aku harus menerima kenyataan bahwa keluarga yang selama ini bersamaku bukanlah keluarga kandung ku, dan tidak ada dari mereka yang menginginkan aku untuk ikut bersamanya hanya karena aku bukan bagian dari keluarga mereka."
"Vania tenanglah..."
"Kenapa mereka memberikan aku kasih sayang jika ternyata aku akan dibuang dengan cara seperti ini."
Vania mengingat dengan jelas bagaimana Pak Johnson dan istrinya memperlakukan dia seperti anak kandungnya bahkan semua anak-anak Pak Johnson juga memperlakukan Vania dengan baik. Namun, setelah malam di mana Vania diberitahu bahwa dia bukan anggota dari keluarga itu semua saudaranya tiba-tiba berubah sinis dan memandang Vania dengan tatapan kebencian. Terkecuali Salsa tentunya.
"Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan tegar kamu bisa melalui ini." Ucap Puput.
Setelah beberapa saat, Vania melepaskan pelukannya karena dia ingat bahwa dia harus segera pergi ke kampus.
Untung saja Pak Johnson tidak mengambil sepeda motor yang diberikan kepada Vania sehingga Vania masih memiliki kendaraan untuk pergi.
"Aku harus pergi ke kampus karena aku ada jadwal pagi ini, jika Riko datang ke sini tolong sampaikan bahwa aku ingin tinggal di mess." Ucap Vania.
"Tentu, akan aku pastikan bahwa kamu akan mendapatkan kamar tepat di sebelahku."
"Baiklah, terima kasih Puput." Ucap Vania.
Vania melaju dengan kecepatan sedang menuju kampus dan ketika dia akan berjalan memasuki kelas...
"Laudya, itu bukannya adik bungsu kamu ya si Vania tumben kamu nggak berangkat ke kampus bareng dia biasanya kamu selalu bareng sama dia?" Ucap Jesicca, teman kampus Laudya.
"Adik bungsu aku cuma Naura, dia bukan anak kandung orang tua aku. Dia hanya anak pungut yang beruntung bisa merasakan kehidupan keluarga Sultan. Dah lah yuk masuk..." Laudya mengajak Jessica untuk berlalu tanpa menyapa Vania.
Vania hanya tersenyum dan mencoba untuk mengendalikan dirinya agar tidak terlalu larut dalam apa yang baru saja dikatakan oleh Laudya.
Sesampainya di kelas, Vania menghela nafas panjang karena ternyata dia akan satu ruangan dengan Naura.
"Hai Naura, aku boleh nggak duduk di sini?" Tanya Vania sambil tersenyum.
"Ini tempat untuk Rangga. Mending kamu cari tempat yang lain deh." Ketus Naura.
Vania kemudian melangkah dan duduk di kursi belakang.
"Naura kamu lagi berantem ya sama Vania? tumben banget kamu galak dan ketus sama dia biasanya kamu malah senang kalau Vania akan duduk di samping kamu." Ucap Cika.
"Dia bukan saudara aku."
"La gimana ceritanya?"
Naura kemudian menceritakan cerita yang sama persis dengan cerita Laudya pada Jessica.
Seketika, kabar bahwa ternyata Vania hanyalah anak pungut yang beruntung bisa menikmati hidup di keluarga Sultan menyebar dengan cepat dan anggap saja menjadi trending topik di kampus itu.
"Wah, pantas saja bisa masuk ke fakultas terbaik di negara ini rupanya dia hanya upik abu yang kebetulan diangkat jadi Cinderella."
"Iya, tapi sekarang jadi Upik abu lagi bukan jadi Cinderella.."
"Kasihan banget ya, untung gayanya nggak kayak anak sultan jadi pas tahu ternyata dia adalah Upik abu gak malu deh sama gengsinya..."
"Aku jadi penasaran gimana ya nasibnya setelah ini kan udah nggak jadi anak sultan lagi bisa-bisa dikeluarin tuh dari fakultas karena nggak mampu bayar tagihan."
Vania down, dia memutuskan untuk tidak mengikuti kelas lanjutan dan memilih kembali ke mess.
Namun, baru saja Vania melangkah keluar dia bertemu dengan Pak Johnson.
"Papa? Ah maaf maksud saya Pak Johnson."
"Vania...."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments