🌊 KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
💐 HAPPY READING 💐
Karena waktu yang telah sore hari, kini jasad Mustika sudah berada di rumah duka. Dan akan di semayamkan besok pagi.
Bayu, memang belum mengenal Mila lama, namun dia membantu Mila tanpa di minta sama sekali, mempersiapkan segalanya untuk Mila.
Karena memang Mila tidak mempunyai keluarga yang bisa membantunya.
Mila terlihat duduk menatap jasad ibunya yang sudah terbujur kaku, berharap ada sebuah keajaiban tubuh itu kembali bergerak untuk memeluk tubuhnya.
Pada hari ini, Mila tadi berkeinginan menceritakan pada ibunya keberhasilan pertama kalinya dia memenagkan project besar, seharian penuh Mila memikirkan bagaimana wajah ibunya ketika mendengar keberuntungannya.
Tapi sekarang apa? Jangankan melihat reaksi ibunya, bahkan senyum ibunya yang setiap hari akan menyambutnya pulangpun sudah tidak ada.
Hancur rasanya hatinya itu, luluh lantah semua harapannya yang ingin berjuang untuk kesembuhan ibunya.
“Mil.” Tegur Ares, pada Mila yang sejak tadi diam dengan air mata yang terus saja mengalir hingga matanya sudah terlihat bengkak.
“Aku adalah anak yang tidak berguna Pak,” ungkapnya pada Ares.
“Aku bahkan belum bisa membalas jasa - jasa ibuku yang telah melahirkan aku dan membesarkan aku seorang diri, ibuku terlalu lelah membesarkan aku, sehingga ibuku sakit.” Ceritanya pada Ares.
Dia tidak tahu bagaimana lagi harus mengungkapkan rasa sakit di hatinya. “Saya tidak punya siapa - siapa selain ibu saya, selama ini hanya hidup dengan ibu saya, lalu bagaimana saya bisa hidup tanpa dia Pak?”
“Saya sudah kehilangan ibu saya, sudah tidak ada tempatku bercerita, tempatku berpulang dan tempat berbagi keluh kesahku Pak.” Mila kembali histeris, dan terus menggelengkan kepalanya, tidak bisa menerima kenyataan bahwa ibunya itu sudah pergi untuk selamanya.
Ares tidak bisa berkata apa - apa, dia tidak bisa berimajinasi menjadi Mila. Hidup tanpa siapapun, satu - satunya orang yang dia punya kini sudah meninggalkannya. Tentu saja Mila merasa sakit.
Mila mendekati jasad ibunya, dan terus saja memeluk tubuh yang sudah dingin dan terbujur kaku itu. Dia menangis di atas jasad ibunya. tidak mau mengikhlaskan kepergiaan Mustika untuk selama - lamanya.
“Bu, bangun Bu, kalau ibu pergi Mila sama siapa bu? Mila ikut ibu saja ya, Mila tidak bisa sendiri bu,” ucapnya pada Jasad mustika.
Siapapun yang melihat Mila, pasti menangis melihatnya. Ibu yang merupakan surganya selama ini, karena ibunyalah Mila rela bekerja pagi bertemu pagi, banyak harapan dan impian yang ingin dia rajut bersama dengan ibunya.
Tetapi bagaimana sekarang? Di saat dirinya sendiri? Apa yang bisa dia lakukkan? Untuk apa impian dan harapan itu ada? Jika orang yang menjadi tumpuannya itu kini sudah pergi untuk selama - lamanya.
“Mil, ikhlas Mil, biarkan ibumu tenang di sana.” Ucap Bayu, yang baru datang setelah mengurus semuanya.
Dia tadi mengecek apakah persiapan untuk pemakaman ibunya Mila sudah sempurna atau belum.
Mila melihat Bayu yang sedari tadi sibuk karenannya. “Makasih ya Bay, aku tidak tahu kalau tidak ada kamu di sini, aku harus gimana.” Ungkapnya mengucapkan terima kasih pada Bayu.
“Sama - sama Mil, sebagai teman, memang kita harus saling membantu.” Sahut Bayu, sembari mengusap punggung Mila, agar wanita itu bisa sedikit lebih tenang.
Namun bukannya tenang, Bayu malah membuat tangisan Mila semakin pecah.
“Huehuehue, aku tidak bisa menerima ini, tidak bisa, aku gak bisa, tolong aku!!” Teriaknya kembali histeris memeluk tubuh Bayu dengan erat.
Mila masih terus membayangkan bahwa ibunya akan bediri di depan pintu menunggunya pulang dan menyambutnya dengan pelukan hangat.
“Mil sabar Mil,” Bahkan Bayu yang notabennya adalah seorang laki - lakipun, akhirnya ikut menangis merasakan apa yang dirasakan oleh Mila.
Berita duka ini sudah tersebar di kantor, dan dengan atas nama kemanusiaan, banyak karyawan kantor yang berkunjung ke rumah duka ibunya Mila.
Meskipun mereka masih belum mengenal Mila, namun mereka menganggap bahwa mereka semua saudara dan harus saling membantu.
Apa lagi, di kantor sudah tersebar bahwa Mila adalah seorang yatim, dan sekarang sudah menjadi Yatim Piatu.
Tak terkecuali, orang tua Bayu dan juga Fredy Papah Ares.
Selaku pemilik perusahaan, Fredy tidak mungkin diam saja ketika ada salah satu karyawannya yang sedang berduka.
Bayu yang melihat Mamahnya datang, meminta Mamahnya mengambil peran sebagai seorang Ibu yang memeluk putrinya.
“Mamah, tolong ya,” pinta Bayu pada Yuni, mamah Bayu.
“Iya, biar Mamah yang peluk Mila,” ucap Yuni, dan kini memeluk tubuh Mila.
Bayu kini terlihat bediri di samping Papahnya Dicky, “Papah bangga sama kamu, karena kamu masih perduli dengan orang lain dan mau membantunya,” ungkap Dicky, yang memang selalu mengucapkan kalimat - kalimat kebanggaan untuk Bayu.
Sedangkan Ares kini memilih membuang wajahnya, ketika melihat Fredy datang ke rumah duka. “Ngapain ke sini?” Tanya Ares dengan sinis.
Namun Fredy sama sekali tidak menanggapi pertanyaan dari Ares itu, fokusnya ingin berkunjung dan mengucapkan turut berbela sungkawa dengan Mila.
“Mila,” panggil Fredy dengan pelan.
“Saya Fredy Papah Ares, saya turut berduka cita ya Mila.” Ungkapnya pada Mila, dan hanya dijawab dengan anggukan kepala pelan oleh Mila.
Fredy paham, jika Mila sedang tidak mood untuk berbicara saat ini. Hingga dirinya memilih untuk beralih melihat jasad ibu Mila, untuk mendoakannya.
Setelah membisikkan doa - doa untuk Mustika, barulah Fredy mundur dan ingin melihat - lihat apa yang kurang dari persiapan ini.
***
Mila yang terus menerus menangis, membuat Yuni merasa iba, dan meminta Bayu untuk menuntun Mila untuk masuk dan beristirahat sejenak.
“Mila, pernah dengar tidak kalau semua yang hidup di dunia ini akan mati?” Tanya Yuni pada Mila.
“Mila tau tante, tapi Mila belum siap kehilangan Ibu, Mila masih belum bisa tante,” jawabnya dari pertanyaan Mila.
“Mila, dulu tante juga begitu di saat tante kehilangan orang tua tante, tetapi tante yakin, bahwa dengan pergi, mereka tidak akan merasakan sakit lagi.” Yuni masih mencoba memberikan pengertian untuk Mila.
“Tante,, hiskkk,,hisk, Mila pengen nyusul Ibu tante, Mila gak kuat kalau harus hidup tanpa Ibu, tante.” Mila tidak pernah berpikir apakah dia mengenali Yuni atau tidak, yang jelasnya dia ingin meluapkan segalanya.
Dia ingin berteriak sekencang - kencangnya, “nangilah Mil, nangis yang kencang, tidak apa - apa sayang, menangislah, sampai kamu merasa sudah lelah, tapi percayalah, bahwa akan ada Pelangi setelah hujan, jangan biarkan impian dan harapan ibumu yang ingin melihatmu sukses itu sirna.”
“Jika kamu berpikir bahwa jika Ibumu pergi, maka ibumu sudah tidak bisa melihat dirimu sukses dengan segala impian yang tercapai, itu salah, ibumu tetap akan bisa melihatnya walaupun sekarang dia sudah berada di sisi sang pencipta. Jadi ikhlaskanlah Mil.” Yuni tidak henti - hentinya mengingatkan Mila, untuk mengikhlaskan ibunya pergi untuk selama - lamanya.
Yuni jelas tahu, bagaimana kesakitan Mila, karena dirinya juga pernah merasakan kehilangan Ayah dan ibunya satu persatu. Dan dia berharap dia bisa membantu Mila untuk ikhlas melepaskan kepergian Mustika untuk selama - lamanya.
*To Be Continue. **
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
renita gunawan
kasian mila yang kini sebatang kara sendirian
2022-11-08
0
HR_junior
ni ktane sodar mask si ferdy gak kenal mustika
2022-11-06
0