" Kencan malam kita benar-benar romantis, terima kasih untuk malam ini " Ucap Bella pada Franz. Kedua orang ini baru saja selesai makan malam di restoran bintang lima, dan kesannya bagi Bella cukup baik serta kesempatan yang jarang di dapatinya.
" Aku senang jika kamu senang. " Jawab Franz, lalu menyibak rambut Bella yang sedikit mengganggu pemandangannya untuk melihat wajah Bella yang cantik dan terkesan wanita anggun dan berpendidikan.
Seorang dari kalangan atas, bagi Franz Bella adalah seorang yang bisa membuatnya memiliki bibit yang unggul.
" Bisa temani aku ke satu tempat? " Satu tempat yang banyak orang kaya datangi dan memiliki sensasi berbeda ketimbang di klub malam.
15 menit kemudian.
" Ini....kan tempat pelelangan? " Siapa yang tidak orang ketahui jika di balik klub malam yang penuh dengan kebisingan serta bau alkohol, di ruang bawah tanah merupakan tempat pelelangan yang artinya jika lokasinya di bawah tanah maka tempat ini adalah tempat ilegal, dan pastinya banyak barang selundupan yang berasal dari pasar gelap bahkan sampai internasional.
" Aku dengar ada satu perhiasan yang akan di lelang disini, aku ingin kamu bantu aku mengangkat tanganmu, kalahkan mereka sebisa mungkin. " Bisik Bella di telinga Franz.
Kedua orang ini sudah duduk di bangku penonton sekaligus merupakan bangku bagian dari peserta yang ingin mengajukan uangnya untuk membeli barang yang akan di lelang. Semua orang menggunakan topengnya untuk menutupi identitasnya masing-masing.
" Baiklah, acara malam ini adalah acara paling berharga. Barang yang akan benar kalian dambakan itu bisa kalian dapat jika bisa mengalahkan pesaingmu! " Ucap pembawa acara lelang malam ini.
Kemudian satu wanita cantik serta memakai pakaian cukup seksi dan menggoda keluar dari samping panggung dengan membawa sebuah benda yang dianggap berharga jika kalian sendiri merupakan kolektor dari benda antik zaman kuno.
Banyak barang yang dipublikasikan ke acara pelelangan kali ini, dan acara yang terakhir itu benar-benar mengejutkan bagi para pelanggan disana.
Perhiasan yang merupakan Kalung berwarna merah ruby di pertontonkan.
30 menit kemudian.
Kedua orang ini pun pulang bersama dengan membawa hadiah yang didapatinya, sebuah kalung cantik dari hasil pelelangan barusan.
" Apa yang akan kamu lakukan dengan kalung itu? "
" Oh, jangan salah sangka padaku, tante ku sudah mengincar ini bertahun-tahun, jadi aku akan memberikannya pada tanteku, aku mana mungkin memakai kalung indah seperti ini, karena yang pantas itu untuk orang yang sudah seperti ibu-ibu dan itu adalah tante ku sendiri. " Entah itu sebuah pujian atau ejekan, Bella dari awal hanya berniat memenangkan kalung itu saja.
[ Oh...aku kira dia betulan menginginkannya. ] Awalnya Franz berpikiran negatif mengenai Bella, tapi karena sudah bersedia menjelaskannya jadi pikiran buruknya sudah dihilangkan.
Mengendarai mobil di tengah malam m, sunyi dan tentu saja hening. Tapi keheningannya itu hanya sesaat saja, setelah adanya 3 mobil kebut-kebutan di jalan raya dan saling kejar-kejaran.
" Aku rasa banyak penjahat di kota ini " Ujar Bella.
".............. " Franz masih serius menyetir.
Entah kenapa walaupun Bella adalah teman masa kecilnya, namun setelah 3 tahun yang lalu dia pergi keluar negeri dan pulang kembali, dia seperti orang yang sedikit agak berbeda. Tapi apa?.
Franz sejujurnya penasaran.
Setelah perjalanan yang cukup menyita waktu, akhirnya Franz bisa mengistirahatkan diri di rumah.
Setelah masuk rumah ternyata suasananya jauh lebih hening ketimbang di jalan raya.
[ Apa dia sudah tidur? Untunglah jika memang begitu, kedua perempuan ini tidak akan saling bertemu! ] Pikir Franz.
Tanpa sadar lamunannya diperhatikan oleh Bella. " Ada apa? Apa ada yang mengganggu pikiranmu? "
" Tidak, hanya merasa rumah ini terlalu hening. " Sangkal Franz, dia mengambil remot yang tergeletak di meja, lalu satu tombol ditekan dan musik pun terdengar di telinga mereka berdua.
" Kenapa tidak menambah pembantu saja? " Ujar Bella.
" Tidak dulu, satu saja dia masih sanggup melakukan pekerjaan ini dengan baik. " Yang dimaksud Franz adalah Ovin.
" Kamu memang kejam juga, menyiksa satu pembantu untuk melakukan pekerjaan besar ini setiap hari, tapi ngomong-ngomong sepertinya pembantumu dari tadi tidak terlihat. " Bella menoleh ke samping kanan dan kiri, tidak ada satu orang yang datang menyambut kepulangannya dan memang terasa sepi seperti yang dikatakan Franz sekalipun rumah itu sedang memutar musik nya.
" Sudah jam 11, mungkin dia tidur. Sudahlah jangan membahas pasal pembantu lagi, lebih baik kau tidur. " Tuturnya untuk membujuk Bella untuk pergi dan tidur saja, ketimbang membahas orang lain terus ketika di rumahnya sendiri.
__________________
[ Hah...akhirnya aku sampai juga. Mereka semua sudah tidur kan? ] Pikir Ovin, dia kebetulan sekarang sudah berada di depan pintu kaca yang berhadapan langsung dengan kolam renang, ia berjalan tanpa suara dan mencoba membuka pintu kaca tersebut.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Ovin akhirnya bisa pulang sebelum jam tengah malam.
Pintunya sedikit bergeser dan mencoba membukanya secara perlahan agar tidak membangunkan seseorang yang sedang tertidur pastinya.
Setelah benar-benar masuk dan menutup kembali pintu, dengan santai namun dengan pikiran waspada, Ovin berjalan menyusuri ruang tengah.
Ketika ada bayangan seseorang, Ovin langsung menunduk dan mencoba bersembunyi, sekiranya aman ia melanjutkan tujuannya yaitu ke kamar.
TING.......
Lampunya benar-benar menyala, dan siapa yang menjalankannya adalah...
" Kamu!? "
" Kenapa terkejut? " Tanya Franz.
" Aku kira tadi ada seseorang menyelinap masuk rumah " Ujar Bella kepada Franz. [ Padahal tadi, seperti ada seseorang baru masuk dari pintu itu, apa hanya perasaanku saja? ] Benak hati Bella.
Bella menatap pintu kaca yang memang tertutup, tapi kordennya sedikit bergeser.
" Mungkin aku salah lihat " pura-pura tidak tahu.
" Bisa sekalian ambilkan aku air? "
" Uhm...tentu " Bella pun kembali ke dapur.
"............" Franz menatap Bella dan mengikuti kemana arah dia pergi atau lebih tepatnya mengawasi, sedangkan di belakangnya ada satu orang tengah jongkok di balik sofa dan Franz memberikan kode untuk pergi ke kamar sebelum Bella kembali dan memergokinya. [ Untung aku tepat waktu, jika tidak mereka berdua pasti bertemu. ] Sudut matanya melirik ke satu pintu kamar yang barusan tertutup. [ Dia keluar dari kapan, lalu apa yang dilakukannya hingga jam segini baru pulang?. ] sambungnya.
" Ini. " Bella mengulurkan tangannya ke depan Franz untuk memberikan segelas air minum.
"....... " Franz meminumnya hingga tetes terakhir dan meletakkannya di atas meja.
Terdengar rintik hujan mengguyur wilayah itu, tapi tidak hanya air hujan yang jatuh, ada kilatan-kilatan yang menyilaukan mata dan akhirnya hujan deras langsung datang.
ZRASHHH...........
ZRASSHH.......
JEDERRRR.......
" Arghhh..... " Bella langsung berjongkok ketakutan, telinganya ia tutup dengan kedua tangan dan matanya juga ia pejamkan agar tidak melihat kilatan itu.
" Hei, kenapa takut petir?. " Membujuk Bella agar berdiri.
" Siapa yang tidak takut petir! "
JEDERR.......
" Arghh....., itu menakutkan! " Tubuhnya menggigil ketakutan.
Franz merasa kasihan pada Bella yang takut akan petir.
JDERRR.......
Spontan Bella langsung memeluk Franz dengan eratnya, dirinya merasa kalau orang itu tidak boleh pergi dari sisinya.
TLING.........
Entah karena sialnya hari ini, intinya satu orang ini yaitu Bella masih menempel pada dirinya, dan sekarang listriknya juga padam.
Hujan yang begitu lebat disertai petir, tidak salah lagi kalau ada sambungan kabel yang terputus. Mau gimana lagi, listrik pastinya akan bisa pulih pagi nanti jika semuanya sudah selesai.
" Franz, apa kamu bisa temani aku tidur? " Pinta Bella. " Aku tidak bisa tidur jika mendengar petir. " Sambungnya lagi.
" Baiklah. " dengan entengnya Franz menuruti keinginan kecilnya Bella.
Sekilas tadi di dalam pikirannya juga mengenang masa lalu dimana saat masa kecil, Bella juga takut dengan petir dan meringkuk di dalam selimut dengan tubuh bergetar sehingga mau tidak mau karena merasa iba, dirinya menemaninya tidur sampai Bella tertidur terlelap.
Kembali ke masa kini, Franz menyalakan senter dari Handphone nya, dan menuntun Bella ke kamar tamu yang tadi di tempati Bella.
Sedangkan di kamar, Ovin sedang duduk di atas kasur sambil memandangi jendela dengan gorden tipisnya itu.
JDERR.......
Petir kembali menyambar, itulah yang dinantikan Ovin. Apa yang sebenarnya di lakukannya?.
[ Aku tidak boleh takut. ] Seperti pikirannya tadi, Ovin sedang menghadapi kerasnya dentuman dan sambaran petir itu, dirinya hanya tidak boleh kaget dan meringkuk ke kasur untuk meminimalisir suara kerasnya itu.
JDERRR.......
" Ah... " Sedikit mengeluh karena takut, jadi ia memejamkan matanya dan sedikit terkejut akan suara petirnya yang keras.
Listrik benar-benar padam, dan semuanya menjadi gelap, tapi tidak akan gelap ketika kilatan petirnya itu menyambar dengan bebas di langit.
[ Tidur sajalah! ] Tepat setelah membaringkan tubuhnya di atas ranjang, tidak sampai 10 menit pun ia sudah terlelap tidur.
40 menit kemudian.
[ Sialan, aku lapar. Untung Bella sudah tidur, lama banget aku menunggu dia sampai tidur pulas! ] Franz merutuki dirinya sendiri.
Franz tidak bisa tidur karena ada orang disebelahnya, dan karena terjaga terus akhirnya perutnya benar-benar keroncongan untuk di isi segera.
Untung saja lampu rumahnya ada cadangan energi, tanpa perlu sampai petugas listrik datang rumahnya sudah bisa terang lagi.
Di dapur ia mencari sesuatu yang bisa dimakan, walaupun di kulkas ada banyak makanan ringan tapi sayangnya juga tidak akan mengenyangkan perut.
Tapi ketika membuka lemari bufet, ternyata ada sisa makanan semalam. Franz menelan salivanya sendiri seperti belum makan selama 3 hari, menemukan makanan di lemari seperti harta karun yang sudah di tunggunya selama bertahun-tahun. Awalnya ia menutup lagi lemari bufet, tapi..
KRUCUKK......
Perutnya lapar!.
Franz menurunkan beberapa makanan lalu mencicipinya, adakah enak atau tidak, walaupun terlihat sederhana.
[ Aku cuman mencicipinya sedikit! ] Lalu di cicipilah satu suap makanan itu ke dalam mulut. " Umh... " sendoknya langsung di letak di piring lalu ia langsung menutup mulutnya dengan punggung tangan dan sedikit mundur kebelakang. [ Apa ini?, apa dia menggunakan obat opium?. Kenapa sekali mencicipinya aku ingin lagi? ] Dengan dalih mengejek, ia merasa ada sensasi nikmat di mulutnya yang artinya ia ingin mencicipinya sekali lagi.
Beberapa saat kemudian akhirnya tanpa bisa menahan hasrat laparnya, sekarang hanya tinggal menyisakan piring-piringnya saja.
Dan tanpa tahu malu Franz meletakkannya di lemari bufet lagi lalu menutupnya kembali.
[ Sialan, aku malah akhirnya memakan semua masakan dia! ] Seperti dikutuk, dinding yang ia bangun menahan goda rasa masakan Ovin pun runtuh. " Gluk....gluk.....gluk... " Meminum airnya dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Jhuwee Bunda Na Alfaa
nanti menyesal kmu frans.
2023-02-01
0
Matahari
Bella cewek tidak tau malu
2023-01-31
1
al-del
mulai KEPO ni yeee!!!
2023-01-31
1