" Wah...mobilnya keren sekali. Siapa yang punya mobil hitam elegan seperti itu? "
" Aku jadi mau punya pacar yang punya mobil seperti itu juga. "
Banyak orang terkagum-kagum dengan keberadaan mobil yang belum tahu siapa identitas pemiliknya karena pemiliknya itu sendiri tidak keluar dari mobil itu sama sekali.
Rek...korek...korek, jari kelingkingnya sengaja ia masukan ke dalam telinga dan ia korek-korek.
" Mereka semua berisik. " Gerutu Franz yang sudah menunggu di dalam mobil 5 menit lamanya. 'Bodoh, apa dia sengaja membuatku menunggu?'
Disaat hendak menelpon seseorang yang sudah membuatnya menunggu lama, 3 ketukan kaca terdengar di telinganya dan membuka kunci pintu mobilnya.
Satu orang perempuan masuk kedalam mobil super mahal itu.
" Jangan pernah membuatku menunggu lagi. " Peringat Franz pada perempuan disampingnya, lalu Franz menyalakan mesin mobil dan menginjak gas yang membuat mobilnya melaju.
Bagaikan orang asing, atau bagaikan kucing dan tikus yang selalu terlibat pertengkaran, kedua orang tersebut tidak membuat percakapan sama sekali yang membuat keadaan di dalam mobil begitu canggung.
Franz sesekali melirik ke samping kiri dimana perempuan berkacamata itu tengah duduk sambil menatap serius ke depan.
'Dia ini, apa wajahnya selalu serius? Apa dia kurang tidur? Lihat kantung matanya itu! Nanti ibu mengira hal yang tidak-tidak lagi' Franz berpikiran lain.
" Berapa lama lagi? "
" 1 jam. " Ketus Franz pada Ovin, pada kenyataannya sekarang yang ada di sampingnya adalah Ovin.
Kantung mata yang terlihat sangat jelas dimata Franz dan itu sangat terlihat menyebalkan bagi dirinya yang kurang suka pada orang yang tidak bisa merawat dirinya sendiri.
Jadi apa boleh buat Franz mampir ke supermarket dan tanpa membuang waktu lama ia kembali dengan membawa sekantong es batu juga minuman isotonik untuk menyegarkan dahaganya.
" Pakai itu untuk matamu. " Perintah Franz agar es batu yang dibawanya dapat meringankan kantung mata yang Ovin dapat itu.
" Hmm... " Kantong plastik berisi es itu ia tempelkan pada bagian kantung matanya, dengan memejamkan sepasang matanya ia benar-benar bisa merasakan sensasi dingin dari es itu sendiri.
Franz meminum air isotonik nya dan menyisakan separuhnya. " Apa harus menggunakan blazer? " Sindir Franz.
Yah Ovin sendiri memang memakai blazer sebagai pakaian kedua yang ia pakai setelah baju lengan pendeknya, alasannya juga sederhana. " Suka saja, apa tidak boleh? "
Franz sedikit kesal dengan jawaban itu, kesal dari mananya adalah kesal karena Ovin masih saja bersikap santai seperti tidak terbebani apapun.
'Kenapa aku merasa kesal sendiri melihat dia semobil denganku?' Masih serius dengan menyetirnya.
Rata-rata butuh waktu 1 setengah jam untuk sampai di rumah ibunya jika menggunakan mobil.
Karena jalanannya memang lengang ia bisa melajukan mobilnya dengan kecepatan hingga 80 Km/jam, lumayan bisa mempersingkat beberapa puluh menit.
Hanya saja sampai di menit ke 10, tiba-tiba Ovin menggunakan masker untuk menutupi hidung serta mulutnya itu.
'Ugh...seberapapun mewah mobil yang aku naiki, aku benar-benar tidak menyukai bau ac mobil.' Ovin sendiri memang sudah menyiapkannya dari awal, rasa pusingnya dan tidak enak diperut bertambah jika masuk ke dalam mobil. Yah .....bisa dibilang ia mabuk darat namun tidak sampai muntah juga.
Karena dari awal hubungan dari kedua orang ini tidak begitu akur, Ovin berusaha sendiri untuk tidak membuat masalah yang harus berurusan dengan tuan muda di sebelahnya itu.
10 menit berlalu lagi.
" ...........? "
" Zzzzzz…… "
'Apa aku supir pribadinya?' Disaat ditinggal menyetir mobil, Ovin sudah enakan tidur.
Bahkan sinar matahari yang tembus melalui kaca depan mobil tidak membuatnya bangun atau merasa terusik dengan silaunya cahaya tersebut.
_______________
" Dimana bocah ini? " Di Salah satu villa di pinggiran kota, terdapat satu perempuan paruh baya yang mondar-mandir di ruang tamu. " Apa dia mau mencoba menipuku? " Kutuk wanita ini pada anaknya sendiri.
" Ibu, villa ini terlalu jauh dari rumahnya, mungkin kakak sedang ada di jalan. " Seorang anak perempuan mencoba menenangkan hati ibunya yang kesabarannya sudah ada di ujung tanduk menunggu anaknya yang sudah lama tidak ditemui selama 1 bulan ini.
'Aih....Karan ini lama sekali, lihat ibu sudah mondar-mandir seperti setrika.' Karan adalah sebutannya untuk kakaknya sendiri, itu hanyalah singkatan yang ia buat sendiri agar terkesan mengejek.
Benar saja, satu senyuman kecil yang penuh makna sudah terukir di bibirnya.
'Kejutan besar menantimu Karan.' Pikirannya sudah penuh dengan kejahilan yang akan dibuatnya.
Erin, dia adalah adik Franz yang baru saja pulang dari luar negeri, ia menghabiskan masa sekolah SMP nya di prancis dan akan melanjutkan SMA nya di sekolah yang sama dengan kakaknya.
Erin termasuk perempuan jahil, hanya jahil pada anggota keluarganya sendiri terutama dengan kedua kakaknya. Seperti yang diketahui, kalau Erin termasuk anak yang ketiga dan sisanya ada dua orang kakak yang merupakan laki-laki semua. Itulah mengapa jika dirinya merasa terasingkan karena hanya dia seorang saja yang perempuan.
TIN.......TIN......
Suara klakson berbunyi menandakan orang yang ditunggu-tunggunya itu datang.
" Dia datang! " sang ibu langsung berdiri dan berjalan cepat.
Kemudian dua pintu besar itu di buka oleh salah satu pelayan yang merupakan kepala pelayan yang bertanggung jawab di vila yang dihuni ibu dan adiknya Franz.
" Selamat datang tuan dan nona besar. " Tutur si pelayan tersebut.
'Aku baru pertama kali melihat rumah sebesar ini.' Ovin pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang besar itu, dan sedikit celingak celinguk ke kanan dan kekiri untuk melihat villa itu sendiri yang justru terkesan sama besarnya dengan sekolah SMA yang ia tempati.
" Hahaha....anak ibu sudah pulang. " Langsung memeluk Franz dengan bahagianya. " dan.... " Sang ibu melirik ke samping belakang Franz, seorang perempuan yang berpakaian biasa, hanya saja senyuman sumringah itu mendatangi ibu Franz. Ia tidak sungkan siapa pun yang Franz bawa itu karena..
[ Aku tidak salah memilihnya. ] tuturnya di dalam hati.
" Apa kabar ibu. " Tanya Ovin dengan sedikit menunduk pada ibu Franz yang sedang memeluk anaknya itu.
'Bagus-bagus, dia menyebutku ibu.' Di balik bayangan sang ibu yang mengumbar senyuman adalah senyuman yang lagi mengembang dengan keberhasilan dirinya bisa mendapatkan menantu yang cocok dengan anaknya. 'Polos, tapi tidak terlihat seorang yang suka dengan hal sepele, juga .anak dari teman ku sendiri.'
" Bu..., kendalikan dirimu. " Bisik Erin pada ibu yang sedang berdiri melihat tingkah ibunya yang juga terkadang sedikit kekanakan.
"Erhm....maaf, silahkan kalian berdua duduk dulu. Pasti perjalanannya melelahkan. " Langsung merubah sikapnya menjadi sedikit santai agar tidak membuat kedua anak muda itu canggung. " Yoren, bawakan minuman untuk mereka. " Perintahnya pada pelayan tadi.
" Baik nyonya. " Setelah menjawab, ia bergegas pergi ke dapur untuk mengerjakan apa yang diperintahkan tuan rumah.
" Wahh....jadi ini kakak iparku? " Sekarang giliran Erin pula yang sudah mulai bertingkah. Ia berdiri tepat di sampingnya Ovin dan melirik ke kanan dan ke samping kiri. " Aku Erin adik Karan. " Mengulurkan tangan kanan untuk bersalaman, lalu Ovin membalasnya dengan berjabat tangan.
" Oktavin. "
" Sudah ku peringatkan jangan panggil dengan nama aneh. " Franz protes dengan adiknya lalu dengan sengaja mengetuk kepalanya Erin yang merupakan adik kandungnya dan usianya hanya terpaut 3 tahun darinya.
" Itu bukan nama aneh, tapi nama panggilan sayang pada kakak sendiri. Berterima kasihlah padaku Karan. " Jawab Erin dengan antusias sambil berjalan dan duduk di tengah kedua kakaknya itu.
" Sudah, jangan bertengkar lagi. Erin apa kamu tidak malu dengan kakak iparmu dengan tingkah kekanakan itu? " tegur ibu pada Erin.
" Eh..bukannya ibu yang selalu bertingkah kekanakan? Aku memang anak ibu jadi pantas jika aku bertingkah layaknya seorang anak dan sedikit kekanakan. "
Tidak anak tidak ibu, mereka bertiga memang tidak berbeda jauh dengan orang tuanya sendiri, dan karena Erin menyebut kekanakan, sekarang otaknya terngiang dengan kata-kata itu.
' Anak....anak...dan kekanakan. '
" Silahkan diminum. " Akhirnya minuman yang dibuat pelayan datang juga.
" Ini pertemuan ketiga kita kan Ovin? "
" Iya. "
" Bagaimana hubungan kalian berdua? " Pada akhirnya pertanyaan itu datang juga.
" Kami berdua baik-baik saja, tidak pernah merasa merepotkan satu sama lain. " Sela Franz dimana tangannya kini mengambil teh yang disajikan kepala pelayan.
" Aku bukan bertanya padamu, tapi Ovin . " Ditatapnya ibu pada anaknya sendiri yaitu Franz dengan tajam, yang dari awal ia harapkan adalah jawaban dari Ovin bukannya Franz.
Sebagai ibu ia tahu kepribadian anaknya sendiri yang lebih banyak berbohong ketimbang jujur, walau juga sering blak-blakan ketika menyangkut kehidupan pribadinya diusik orang lain.
Erin hanya menatap secara bergantian ketiga orang yang sedang bercengkrama itu. 'Kenapa kakak bisa menyukai perempuan ini? Atau ibu lah yang menyukainya?'
" Seperti yang dikatakannya, hubungan kami baik-baik saja. Tapi... karena mendadak, saya sendiri masih canggung. " Jawabnya dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
" Pfft.... " Terkikik geli mendengar jawaban yang diutarakan Ovin.
" Aku tahu, kalian berdua menikah di usia muda karena ayah Franz yang ingin melihat bocah itu bisa memiliki pendamping hidup sebelum kematiannya, dia anak bandel jika tidak dipaksa apalagi dengan tingkahnya yang suka menjengkelkan jadi mau kapan lagi? "
" Ibu! " Frans sedikit malu dan kesal.
Dirinya termasuk memang anak yang nakal tapi keberadaan ayah juga membuat dirinya mau mematuhi semua apa yang dikatakan ayahnya.
Namun siapa sangka jika permintaan terakhirnya malah harus menikah!.
Apa lagi masih SMA.
Siapa yang bisa menolak kehendak dari permintaan ayahnya itu? Franz pun terpaksa menikah dengan gadis yang tidak ia kenali karena pertemuan pertamanya juga sekitar 5 tahun yang lalu .
'Kenapa ibu mau memilihnya! Sudah zaman modern tapi masih saja menjodohkan anaknya sendiri dengan orang lain yang bahkan aku sendiri belum tahu seluk beluk Ovin. ' pikir Franz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Jhuwee Bunda Na Alfaa
naik mobil bak aja biar gak mabuk 🤣
2023-01-29
0
Hielmeera🍒⃞⃟🦅
wk wk wk. kalo kata emak di kampungku, kagak bisa jadi orang kaya..
2023-01-29
0
Anita
apa tidak ada cotton bud? hingga menggunakan jari kelingking?
2023-01-29
0