02 : PUM, Kemarahan Franz

"Ughh......berat sekali orang ini? Hei Franz benar ini rumahmu?" Tanya Sean yang merupakan teman sekelas Franz.

Saat ini Sean sedang memapah orang yang tengah mabuk berat.

Siapa lagi kalau bukan Franz.

"Hmm?" Yang ditanyai membuka matanya sekejap dan mengangguk iya sebelum kembali menutup matanya.

Setelah itu dia merogoh sakunya dan memberikan kunci rumah pada Sean agar bisa membukanya.

"Kenapa kau bisa mabuk seperti ini? Tidak seperti biasanya saja." Sean kembali mengatur posisinya lagi agar bisa dengan cepat membawa orang mabuk di sebelahnya itu masuk ke dalam rumah dan istirahat.

CKLEK.........

Setelah berhasil dibuka, Sean masih setia memapah Franz sampai ke kamarnya.

"Kamarmu di sebelah mana?" Tanya Sean, karena tidak pernah sekalipun masuk ke dalam rumah Franz.

"Hmm? Sana-sana." Franz menunjuk ke satu kamar yang letaknya di lantai satu.

Sean mengikuti arahan dari Franz. 

Setelah berada di depan pintu persis, Sean kembali membuka pintu.

Dalam kondisi kamar yang masih belum menyala, Sean dengan segera langsung melempar anak yang sedang mabuk itu ke atas kasur, setelah itu Sean langsung keluar dari kamar Franz dan segera pulang kerumah nya sendiri.

10 menit kemudian.

Satu pintu terbuka dengan lebar dan menampakkan Ovin yang baru saja selesai mandi.

Tapi Ovin langsung mengernyitkan matanya saat mencium aroma alkohol yang cukup kuat, sudah mengisi kamarnya.

Karena dalam kondisi gelap, Ovin pun langsung menjentikkan kedua jarinya dan lampu kamar langsung menyala secara otomatis.

Jadi sekarang terlihatlah ada satu orang yang sedang terbaring dalam keadaan terlentang di atas kasur dengan sepatu masih berada di kakinya.

"Berapa banyak yang dia minum?" Gumam Ovin setelah menemukan pelaku dari seluruh aroma yang sudah menyerbak di dalam kamarnya.

"Ehmm...huek."

Perempatan siku mulai muncul di keningnya, aroma alkohol bercampur dengan aroma muntahan yang sangat tidak mengenakkan, dan apatah lagi muntahannya selain mengotori bajunya sendiri juga mengotori sprei membuat Ovin langsung memasang wajah horornya.

Itu sebenarnya adalah kamarnya Ovin.

Tapi karena Franz sedang terpengaruh alkohol, dia pun tidak menyadari bahwa kamar yang sedang Franz tempati adalah milik wanita yang sebenarnya Franz benci itu.

Benci?

Memangnya apa yang dibenci oleh tuan muda Franz ini kepadanya?

Yaitu suatu hubungan yang harusnya belum mereka berdua jalin. Dan mereka berdua terpaksa masuk dalam hubungan yang membuat mereka bisa melakukan apapun tanpa khawatir hukum.

Terdengar menyenangkan.

Yah~

Bagi Ovin sendiri hal itu sangatlah menyenangkan dan membahagiakan, sebab Franz sudah menjadi miliknya secara utuh.

"Mau dilihat seberapa lama pun, aku tidak akan pernah bosan melihat wajahnya itu." Lirih Ovin, dia kembali ke dalam kamar mandi untuk mengambil baskom dan handuk basah, setelah itu dia keluar dan berjalan mendekati pria remaja yang saat ini tertidur pulas di atas kasurnya.

Ovin pun naik ke atas tempat tidur.

Dia tatap wajah Franz yang terlihat begitu tersiksa. 'Aku tidak masalah jika kau membenciku dan mau menganggapku sebagai apa. Karena bisa memilikimu sudah jadi kesenanganku sendiri. Walaupun, kau pasti melupakan masa kecilmu.'

Dengan wajah penuh perhatian, Ovin membuka seluruh pakaian yang dipakai oleh Franz.

".........." Ovin tersenyum sinis, karena pada akhirnya semua perempuan di sekolah tidak akan pernah melihat apa yang saat ini Ovin lihat.

Suatu pemandangan yang cukup menakjubkan untuk laki-laki yang akan menginjak usia 18 itu, ternyata sudah memiliki tubuh yang bagus.

Karena olahraga bermain basket? Sudah pasti itu adalah salah satu alasannya.

Karena itu, Ovin tidak bisa menyia-nyiakan tubuh telanjang itu.

Setelah Ovin menarik semua pakaian, bahkan sprei yang kotor itu dan selepas sudah membersihkan tubuh Franz dengan handuk basah itu, Ovin yang saat ini memang baru saja selesai mandi itu pun memutuskan melepaskan handuk kimononya.

SRUK.

Tidak ada apapun dibalik handuk kimono yang dia pakai kecuali tubuhnya yang masih menyisakan aroma sabun sebab dia baru saja mandi berendam.

"Franz," Panggil Ovin dengan cukup lirih. Tatapan matanya terus terfokus pada pria di depannya. Setelah itu dia pun membungkuk dan berakhir dengan tidur bersamanya dalam posisi telanjang. 'Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Franz.'

Dia pun meletakkan kepalanya di atas dada bidang Franz dan mencoba merasakan sensasi mendengarkan melodi daei detak jantubg Franz yang bagi Ovin sendiri sangatlah menarik.

_________

Keesokan harinya.

Franz yang sedari semalam tertidur akibat mabuknya, sekarang akhirnya bisa menunjukkan sepasang matanya yang kelihatan banget orang yang masih ingin melanjutkan tidur, namun alarm sudah menjadi tanda kalau hari sudah pagi.

"Apa yang terjadi semalam? Kenapa aku bisa sudah ada di rumah?" Franz mencoba mengingat-ingat serpihan memori tadi malam.

Franz segera duduk dan membuka selimutnya, pakaian, celana semuanya sudah diganti dengan baju piyama.

Dalang yang membuat Franz terkejut setengah mati adalah nama yang langsung Franz teriakan.

" OVIN! " Teriak Franz.

" Hmm! "

SRUK......SRUK.....SRUK.....SRUK....

Suaranya berasal dari kamar mandi, Franz segera bangkit dari kasur dan berjalan cepat ke arah kamar mandi.

Dengan cepat, Franz langsung membuka pintu kamar mandi tersebut dengan keras.

BRAK......

" APA KAMU YANG MENG-.. " Franz yang belum sempat menuntaskan ayatnya, kedua kakinya kehilangan kendali dan tidak seimbang setelah menginjakkan lantai keramik kamar mandi yang lumayan licin. 

Franz menutup matanya karena mengira akan terjatuh.

Tapi meskipun Franz memang terjatuh kebelakang, hanya saja kepala Franz sempat diselamatkan oleh satu tangan milik Ovin.

Dia segera menangkap kepala Franz sebelum benar-benar membentur lantai karena kebetulan Ovin sendiri sedang jongkok di samping.

" Ada apa? " Ovin bertanya balik dengan ramah.

" Apa kau yang mengganti pakaianku semalam? " Franz bertanya kepada Ovin langsung ke intinya.

Ovin meletakkan kepala Franz ke lantai dengan pelan lalu melanjutkan aktivitasnya kembali.

SRUK.....SRUK......SRUK.....

Kegiatan yang sedang dilakukannya adalah menyikat kamar mandi sekaligus membersihkan semua bagian yang ada.

Selagi melakukan pembersihan di kamar mandinya, Ovin segera menjawab. " Muntah di tempat tidur adalah hal yang menjijikan, dan bajumu juga kotor, jadi apa masalahnya? " Jawab Ovin selagi menyikat lantai.

Franz langsung mencengkram salah satu kaki Ovin dan segera menariknya sehingga ia terjatuh ke lantai.

" Apa masalahnya? tentu jadi masalah buatku. Apa kau ingin mengambil kesempatan di saat aku tidak sadar?! " Dengan lantangnya Franz marah pada satu orang di bawahnya. " Apa yang semalam kau lakukan padaku!, jawab!, atau iih..! “

Franz merubah reaksi wajahnya yang marah dengan reaksi wajah yang jijik.

Jengah dengan ocehan panjang yang akan dibuat Franz, Ovin dengan sengaja menyodorkan tepat ke wajah Franz sikat kloset yang tadi di dapatinya.

Jadi dalam seketika Franz terdiam dan mulai menyingkir dari atasnya.

" Cukup, tidak ada hal lain selain menggantikanmu baju. Jika memang keberatan, lain kali aku tidak akan melakukannya lagi, bahkan meskipun kau muntah di tempat tidurku, maka aku akan menggulung tubuhmu dengan sprei. 

Hanya saja dari kalimatmu barusan, justru sepertinya kamu yang berharap ji- " Ovin langsung menggantungkan kalimatnya setelah lehernya tiba-tiba di cengkram.

GREPP.... 

Franz mencengkram leher ovin dengan kasar dan menepis sikat kloset itu sehingga terlepas dari tangan Ovin.

" Berhenti bicara, aku muak melihatmu disini. Bertingkah seperti orang bodoh sangatlah menjijikan. " Franz akhirnya mencaci Ovin tepat di depannya langsung.

Semuanya menjadi diam.

Air yang mengisi bak mandi perlahan mulai penuh dan meluap sehingga lantai yang tadinya tengah di sikat dengan pembersih, perlahan mulai menghilang dan mengalir ke lubang pembuangan.

Namun di saat yang sama pakaian Ovin juga sudah mulai basah semua karena air yang mengalir itu.

Di satu sisi cengkraman tangan Franz lebih erat. " Apapun yang kau lakukan aku selalu membiarkannya, tapi sampai menyentuh dan menggantikan bajuku, tingkahmu semakin kelewatan. " Ucap Franz dengan terus mengancamnya.

" Uhuk, uhuk. " Ovin mulai mengerang kesakitan, kedua tangannya ia tempatkan di satu tangan Franz yang masih saja mencekik lehernya. “ Apa...kau..ma..uhuk...membunuhku? "

" Tidak, aku hanya ingin menghukummu dengan cara seperti ini. " Sela Franz dengan cepat.

" Uhuk....uhuk..uhuk. " Alinda semakin terbatuk.

" Perempuan rendahan seharusnya tidak usah disini. "

" Baiklah " Ujar Ovin.

".............."

" Aku...... akan pergi dari sini...huk ....uhuk. " Jawab Ovin.

Seketika cengkraman Franz melemah dan akhirnya melepaskannya juga.

" Baguslah kalau begitu. Kalau bisa jangan pernah menginjakkan kaki disini lagi. “ Kata Franz memperingatkan.

" Uhuk...uhuk......., baik-baik. " Ovin mengusap lehernya yang sakit, kemudian dilanjutkan untuk berdiri dan memunggungi Franz.

Jari-jarinya kini memegang kancing baju dan berkata.

" Setidaknya kau keluar dari sini. "

“.................... “ Franz hanya menjeling Ovin yang terlihat sedang mencengkram bajunya sendiri.

Tidak ada hal yang menarik lagi bagi Franz, dia memutuskan untuk pergi dari sana karena tidak tahan dengan keberadaan Ovin.

____________

Keinginan untuk bersama seseorang selalu timbul jika sudah menemukan apa arti dari hati yang kesepian.

" Ka...kakak? Apa kakak tahu dimana letak perpustakaan? "

Yang dipanggil kakak menoleh ke belakang, ternyata adik kelas lah yang tadi memanggilnya.

" Apa kamu siswa baru? " Tanya Ovin dengan tatapan menyelidik.

" I...iya, saya belum hafal semua denah sekolah ini, jadi bisakah kakak menunjukkan arahnya? "

" Kebetulan aku memang ingin ke sana. " Ovin menutup bukunya dan menurunkan kakinya yang tadinya ia luruskan ke satu kursi taman yang sedang didudukinya.

Kemudian ia berdiri dan memimpin jalan dari adik kelas. Jalan dan berjalan, kedua orang itu berjalan tanpa ada pembicaraan apapun, hingga sang adik kelas lah yang memulai pembicaraannya terlebih dahulu.

" Apa kakak juga baru pindah ke sini? " Tanyanya.

" Ya. "

" Apa....kakak tidak apa-apa, sebab selama ini saya melihat kakak sering di bully. "

Ovin menoleh ke samping kanan dan memberikan jawabannya.

" Demi mencari kesenangan, mereka bersikap kekanakkan. Asal masih hidup sudah lebih dari cukup, tapi ada saatnya nanti mereka menderita, maka aku akan melihatnya dengan perasaan senang. "

" Hahaha......, ngomong-ngomong aku Lutvi dari kelas 1-D, nama kakak siapa? " Tanya Lutvi.

" Panggil saja Ovin, kita sudah sampai. " Kembali menatap ke depan dimana pintu yang merupakan ruang perpustakaan sudah ada di depan mata.

Kedua orang itu masuk bergiliran dan di sambut satu orang yang sama-sama memakai kacamata seperti dirinya, yaitu sang petugas perpustakaan.

" Ovin, kamu datang? Siapa yang ada di belakangmu? " Tanya Bu Vilen saat melihat ada seorang anak laki-laki yang sedang berdiri di belakag Ovin.

" Dia Lutvi, murid baru kelas 1. " Jawab Ovin.

" Kebetulan hari ini ada rapat guru sampai jam siang, apa kalian bisa membantu meletakkan buku baru ini ke rak buku yang ada disana? " Pinta Bu Vilen dan menunjuk ke deretan rak buku kosong yang letaknya ternyata ada di bagian paling atas.

" Kalau begitu saya bisa bantu kakak dong. " Lutvi dengan percaya diri menawarkan bantuannya kepada kakak kelasnya itu.

" Baiklah. "

Dengan begini kedua orang tersebut saling bantu membantu, membereskan buku baru yang masih berserakan dan menempatkannya ke rak buku kosong yang sudah disediakan.

Hanya saja saking tingginya rak buku, dia harus menaiki tangga untuk sampai di atas.

Perpustakaan yang memiliki tinggi dua lantai namun menjadi satu ruangan itu memiliki banyak buku yang dimana setiap pengambilannya yang letaknya tinggi harus memakai tangga yang dimana ianya bisa bergeser ke samping baik kanan maupun kiri.

Maka itulah yang sedang dilakukan Ovin.

Dia duduk dengan santai di tangga itu tapi membelakangi rak, sedangkan Lutvi bagian mengoper buku dan meletakkan bukunya ke tangga lain di sebelah Ovin.

" Bagaimana jika gantian? "

" Tidak usah, aku lebih suka melihat pembicaraan yang sedang merendahkan orang lain itu. " Ovin ada kalanya melirik orang-orang yang ada di lantai bawah.

Dan sebaliknya, beberapa pasang mata melihat pemandangan itu dan menjadikannya buah bibir.

" Apa kak Ovin tidak risih dengan bisikan mereka? " Tanya Lutvi.

" Tidak, sebagai bonus membantuku aku akan mengajakmu berkeliling. " Ovin langsung mengalihkan pembicaraannya.

" Eh...apa tidak apa? "

" Ini kemauanku sendiri. “ Jawab Ovin.

Dua puluh menit berlalu, semuanya sudah beres di tempat. 

Bu Vilen sendiri sudah memeriksanya dan memperbolehkan mereka berdua bebas mau tetap di perpustakaan atau keluar.

Lutvi yang awalnya ingin duduk diam di perpustakaan ia undur terlebih dahulu, karena kebetulan ada orang yang mau mengajaknya berkeliling.

Ada berbagai macam Ekstrakurikuler, dari melukis, drama, basket, voli, fotografer, taekwondo, sepak bola, klub sastra, berenang, memanah, musik, dan masih banyak lagi. 

Namun tidak ada satupun yang Ovin ikuti karena merepotkan.

Kedua orang ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, dari taman, tempat voli, ruang seni, auditorium, komputer, ruang bahasa, kolam renang, UKS, Osis, ruang guru, kantin sekaligus membeli minuman dan terakhir tempat basket.

" Jadi ini asal suara keras itu. " Tanya Lutvi, karena dari luar terdengar suara teriakan yang cukup keras. 

Ovin menaikkan kacamatanya sebentar dan berkata pada Lutvi.

" Dengan tinggi 178, berat 65 Kg, otot kekar dan kaki jenjangmu, masuk saja ke klub basket. Aku tidak menawarkanmu, hanya memberitahu ciri fisikmu juga tidak boleh di sia-siakan, cari yang kamu minati. “ Ucap Ovin, tiba-tiba menjelaskan rincian tubuh fisik Lutvi yang cocok masuk ke dalam klub basket.

" Err....., apa ini pujian juga? "

" Anggap saja begitu. " Jawab Ovin dengan percaya dirinya.

" Kalau begitu aku ingin melihat suasana di dalam. " Pinta Lutvi karena rasa penasaran sebab di dalam stadion khusus basket terdengar sangat ramai.

" Masuklah. " Kata Ovin, sambil  meminum minuman isotonik yang tadi sempat dia beli.

" Ayo.....Kak Ovin harus masuk juga. " menarik tangan Ovin dan membawanya masuk ke pintu masuk yang sudah ada di depannya.

Suasananya begitu meriah, sangat meriah apa lagi didominasi kalangan perempuan.

Lutvi melihat dua regu klub basket yang sedang bertanding, benar-benar menghidupkan suasana.

"Jordy! Jordy! Jordy! "

" Franz! Franz! Franz! Franz! "

" SEMANGAT! "

" Kalahkan mereka JORDY! "

" SEAN! JANGAN KALAH!"

Sorakan si penggemar sekaligus pendukung dari masing-masing kubu menjadi pemeriah suasana.

PRITTTTTT..............

Peluit tanda istirahat selama 3 menit pun ditiup.

Masing-masing regu kembali ke pos masing-masing untuk istirahat sejenak.

Terpopuler

Comments

Rofy Ropingah

Rofy Ropingah

lanjut

2024-05-05

0

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Ovin kelakuan kamu lucu mendengarkan detak jantung Franz

2023-01-31

1

THIRTEEN

THIRTEEN

Berapa kata satu chap ini?

2023-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 01 : PUM , Ovin & Franz
2 02 : PUM, Kemarahan Franz
3 03 : PUM, Terjebak karena mereka.
4 04 : PUM , Ciuman yang salah
5 05 : PUM , Pesta
6 06 : PUM, Jebakan Yang Salah
7 07 : PUM , Pertemuan Keluarga
8 08 : PUM , Kejahilan Erin
9 09 : PUM : Rahasia Besar Franz
10 10 : PUM : Kembali Kerumah
11 11 : PUM : Cepat
12 12 : PUM : Rahasia dia
13 13 : PUM : Opium
14 14 : PUM : Amarah
15 15 : PUM : Kegagalan
16 16 : PUM : Masa kelam
17 17 : PUM : Masa lalu yang kelam (2)
18 18 : PUM : Kembali ke kenyataan.
19 19 : PUM : Kelelahan
20 20 : PUM : Ujian
21 21 : PUM : Meretas
22 22 : PUM : Demam
23 23 : PUM : Bar
24 24 : PUM : Sean
25 25 : PUM : Hampir
26 26 : PUM : Kontrol
27 27 : PUM : Jerry
28 28 : PUM : Perasaan
29 29 : PUM : Kata ini
30 30 : PUM : Tidak rela?
31 31 : PUM : Perhatian
32 32 : PUM : Franz dan Ovin ketahuan
33 33 : PUM : Karena Balas budi
34 34 : PUM : Posisi
35 35 : PUM : Balas dendam?
36 36 : PUM : Pengungkapan perasaan lagi
37 37 : PUM : Pencegahan
38 38 : PUM : Jarak
39 39 : PUM : Hati ini
40 40 : PUM : Menemukan
41 41 : PUM : Jarak
42 42 : PUM : Dibawah Hujan
43 43 : PUM : Dua berduaan
44 44 : PUM : Debatan Rangsang
45 45 : PUM : Insiden
46 46 : PUM : Hilangnya akal
47 47 : PUM : Dibawah suhu dingin ada kehangatan
48 48 : PUM : Hasil dari insiden.
49 49 : PUM : Gairah bersama
50 50 : PUM : Aset
51 51 : PUM : Besama
52 52 : PUM : Teriakan perasaan kecewa
53 53 : PUM : Jatuh
54 54 : PUM : Pikiran Dan Perasaan
55 55 : PUM : Skandal
56 56 : PUM : Karena Ovin
57 57 : PUM : Klarifikasi
58 58 : PUM : Ovn >< Bella
59 59 : PUM : Ovin >< Bella (Part 2)
60 60 : PUM : Tenggelam
61 61 : PUM : Kepanikan
62 62 : PUM : Penyelamatan
63 63 : PUM : Akhir dari Ovin
64 64 : PUM : Karena Ovin.
65 65 : PUM : Rumah sakit
66 66 : PUM : Sean menginap
67 67 : PUM : Marah
68 68 : PUM : Racau
69 69 : PUM : Rasa sakit
70 70 : PUM : Timun
71 71 : PUM : Perempuan ini
72 72 : PUM : Hantaman
73 73 : PUM : Kemarahan yang terlampiaskan
74 74 : PUM : Hasutan
75 75 : PUM : Perasaan sedih ini
76 76 : PUM : Kejaran
77 77 : PUM : Vin-vin
78 78 : PUM : Perasaan di bawah hujan
79 79 : PUM : Di tengah hujan yang dingin
80 80 : PUM : Istimewa
81 81 : PUM : Dipaksa berdua
82 82 : PUM : Tinggalkan
83 83 : PUM : Tanggung jawab
84 81 : PUM : Bangun
85 82 : PUM : Pikiran
86 86 : PUM : Tujuan Chade.
87 87 : PUM : Gagal total
88 88 : PUM : Ruby
89 89 : PUM : Mereka semua
90 90 : PUM : Hadiah
91 91 : PUM : Sisi lain
92 92 : PUM : Pesan.
93 93 : PUM : Misiku?
94 94 : PUM : Rencananya
95 95 : PUM : Pemberesan
96 96 : PUM : Balasan
97 97 : PUM : Butuh stimulan
98 98 : PUM : Perasaan cemburu
99 99 : PUM : Syarat 5 tahun
100 100 : PIM : Wasiat
101 101 : PUM : Egois
102 102 : PUM : Tautan perasaan
103 103 : PUM : Ingin lebih
104 104 : PUM : Keinginan
105 105 : PUM : Lemparan
106 106 : PUM : Ketahuan
107 107 : PUM : Alasan dari perasaan
108 108 : PUM : Kenyamanan
109 109 : PUM : Gagal karena ...
110 110 : PUM : Perpustakaan
111 111 : PUM : Iri
112 112 : PUM : Permintaan
113 113 : PUM : Kenapa
114 114 : PUM : Pertemuan malam
115 115 : PUM : Pikiran Frustasi
116 116 : PUM : Kesempatan
117 117 : PUM : Ratu Lebah
118 118 : PUM : Cemburu
119 119 : PUM : Milikku
120 120 : PUM : Jujur
121 121 : PUM : Malam
122 122 : PUM : Ingin
123 123 : PUM : Pakaian
124 124 : PUM : Masak.
125 125 : PUM : Hadiah kecil Chade
126 126 : PUM : Rebutan
127 127 : PUM : Menuju kencan bersama
128 128 : PUM : Ungkapan Rasa
129 129 : PUM : Pergi kencan?
130 130 : PUM : Kamar
131 131 : PUM : Karena Rambut
132 132 : PUM : Perjalanan
133 133 : PUM : Pertemuan
134 134 : PUM : Pertemuan Yang Menyakitkan
135 135 : PUM : Berdua
136 136 : PUM : Calon Ibu
137 137 : PUM : Ayah Ibu
138 138 : PUM : Ayah Ibu (2)
139 139 : PUM : Eldo
140 140 : PUM : Meleset
141 141 : PUM : Kejar di kejar
142 142 : PUM : Rencana Milik Ovin
143 143 : PUM : Kendali
144 144 : PUM : Tujuan lain.
145 145 : PUM : Pelukan & Bintang
146 146 : PUM : Awal Liburan
147 147 : PUM : Permulaan Rencana Ny. Jane
148 148 : PUM : Ovin di ...
149 149 : PUM : Franz Panik
150 150 : PUM : Ovin di bawah tekanan
151 151 : PUM : Ketahuan?
152 Istri Simpanan Tuan Muda Arvin
153 PUM S2
154 Prolog PUM S2
155 PUM : Akhir Cintanya Adalah Kematian
156 PUM : Perasaan
157 PUM : Tuan Owl
158 PUM : Si Misterius
159 PUM Nafas
160 Dalang Pembuat Cemburu
161 PUM : Bukan Sepupu Bukan Pelayan, lalu siapa?
162 PUM : Cemburu
163 PUM : Mencoreng wajah sendiri
164 PUM : Abelson
165 PUM : Debat
166 PUM : Foto
167 PUM : Amarahnya
168 PUM : Ciuman yang tidak berkah
169 PUM : Kepergian
170 PUM : Kepergian 2
171 PUM : Hutang
172 PUM : Keluarga
173 PUM : Rusuh
174 PUM : Tangisan
175 PUM : Berandai
176 PUM : Oktavin
177 PUM : Perwakilan
178 Pum : Kecelakaan Tunggal
179 PUM : Semakin Panas
180 PUM : Air Cinta?
181 Tilangan Cinta
182 PUM : Tumbang
183 PUM : Jerry
184 PUM : Penculikkan
185 PUM : Calluella
186 PUM : Melepaskan Ikatan
187 PUM : Curhatan
188 PUM : Peti Mati
189 PUM : Misi Bersama
190 PUM : Pertemuan Sejoli
191 PUM : Hidup Berdua
192 PUM : Tamu
193 PUM : Bergilir
194 PUM : Ethan
195 PUM : Selingkuh
196 PUM : Tawaran Cerai
197 PUM : Sendok Perak
198 PUM : Penyusup
199 PUM : Iblis
200 PUM : Gawat Darurat
201 PUM : Aliansi Pernikahan
202 Kesempatan Janda Muda
203 Keinginan Membunuhnya
204 Serobot
Episodes

Updated 204 Episodes

1
01 : PUM , Ovin & Franz
2
02 : PUM, Kemarahan Franz
3
03 : PUM, Terjebak karena mereka.
4
04 : PUM , Ciuman yang salah
5
05 : PUM , Pesta
6
06 : PUM, Jebakan Yang Salah
7
07 : PUM , Pertemuan Keluarga
8
08 : PUM , Kejahilan Erin
9
09 : PUM : Rahasia Besar Franz
10
10 : PUM : Kembali Kerumah
11
11 : PUM : Cepat
12
12 : PUM : Rahasia dia
13
13 : PUM : Opium
14
14 : PUM : Amarah
15
15 : PUM : Kegagalan
16
16 : PUM : Masa kelam
17
17 : PUM : Masa lalu yang kelam (2)
18
18 : PUM : Kembali ke kenyataan.
19
19 : PUM : Kelelahan
20
20 : PUM : Ujian
21
21 : PUM : Meretas
22
22 : PUM : Demam
23
23 : PUM : Bar
24
24 : PUM : Sean
25
25 : PUM : Hampir
26
26 : PUM : Kontrol
27
27 : PUM : Jerry
28
28 : PUM : Perasaan
29
29 : PUM : Kata ini
30
30 : PUM : Tidak rela?
31
31 : PUM : Perhatian
32
32 : PUM : Franz dan Ovin ketahuan
33
33 : PUM : Karena Balas budi
34
34 : PUM : Posisi
35
35 : PUM : Balas dendam?
36
36 : PUM : Pengungkapan perasaan lagi
37
37 : PUM : Pencegahan
38
38 : PUM : Jarak
39
39 : PUM : Hati ini
40
40 : PUM : Menemukan
41
41 : PUM : Jarak
42
42 : PUM : Dibawah Hujan
43
43 : PUM : Dua berduaan
44
44 : PUM : Debatan Rangsang
45
45 : PUM : Insiden
46
46 : PUM : Hilangnya akal
47
47 : PUM : Dibawah suhu dingin ada kehangatan
48
48 : PUM : Hasil dari insiden.
49
49 : PUM : Gairah bersama
50
50 : PUM : Aset
51
51 : PUM : Besama
52
52 : PUM : Teriakan perasaan kecewa
53
53 : PUM : Jatuh
54
54 : PUM : Pikiran Dan Perasaan
55
55 : PUM : Skandal
56
56 : PUM : Karena Ovin
57
57 : PUM : Klarifikasi
58
58 : PUM : Ovn >< Bella
59
59 : PUM : Ovin >< Bella (Part 2)
60
60 : PUM : Tenggelam
61
61 : PUM : Kepanikan
62
62 : PUM : Penyelamatan
63
63 : PUM : Akhir dari Ovin
64
64 : PUM : Karena Ovin.
65
65 : PUM : Rumah sakit
66
66 : PUM : Sean menginap
67
67 : PUM : Marah
68
68 : PUM : Racau
69
69 : PUM : Rasa sakit
70
70 : PUM : Timun
71
71 : PUM : Perempuan ini
72
72 : PUM : Hantaman
73
73 : PUM : Kemarahan yang terlampiaskan
74
74 : PUM : Hasutan
75
75 : PUM : Perasaan sedih ini
76
76 : PUM : Kejaran
77
77 : PUM : Vin-vin
78
78 : PUM : Perasaan di bawah hujan
79
79 : PUM : Di tengah hujan yang dingin
80
80 : PUM : Istimewa
81
81 : PUM : Dipaksa berdua
82
82 : PUM : Tinggalkan
83
83 : PUM : Tanggung jawab
84
81 : PUM : Bangun
85
82 : PUM : Pikiran
86
86 : PUM : Tujuan Chade.
87
87 : PUM : Gagal total
88
88 : PUM : Ruby
89
89 : PUM : Mereka semua
90
90 : PUM : Hadiah
91
91 : PUM : Sisi lain
92
92 : PUM : Pesan.
93
93 : PUM : Misiku?
94
94 : PUM : Rencananya
95
95 : PUM : Pemberesan
96
96 : PUM : Balasan
97
97 : PUM : Butuh stimulan
98
98 : PUM : Perasaan cemburu
99
99 : PUM : Syarat 5 tahun
100
100 : PIM : Wasiat
101
101 : PUM : Egois
102
102 : PUM : Tautan perasaan
103
103 : PUM : Ingin lebih
104
104 : PUM : Keinginan
105
105 : PUM : Lemparan
106
106 : PUM : Ketahuan
107
107 : PUM : Alasan dari perasaan
108
108 : PUM : Kenyamanan
109
109 : PUM : Gagal karena ...
110
110 : PUM : Perpustakaan
111
111 : PUM : Iri
112
112 : PUM : Permintaan
113
113 : PUM : Kenapa
114
114 : PUM : Pertemuan malam
115
115 : PUM : Pikiran Frustasi
116
116 : PUM : Kesempatan
117
117 : PUM : Ratu Lebah
118
118 : PUM : Cemburu
119
119 : PUM : Milikku
120
120 : PUM : Jujur
121
121 : PUM : Malam
122
122 : PUM : Ingin
123
123 : PUM : Pakaian
124
124 : PUM : Masak.
125
125 : PUM : Hadiah kecil Chade
126
126 : PUM : Rebutan
127
127 : PUM : Menuju kencan bersama
128
128 : PUM : Ungkapan Rasa
129
129 : PUM : Pergi kencan?
130
130 : PUM : Kamar
131
131 : PUM : Karena Rambut
132
132 : PUM : Perjalanan
133
133 : PUM : Pertemuan
134
134 : PUM : Pertemuan Yang Menyakitkan
135
135 : PUM : Berdua
136
136 : PUM : Calon Ibu
137
137 : PUM : Ayah Ibu
138
138 : PUM : Ayah Ibu (2)
139
139 : PUM : Eldo
140
140 : PUM : Meleset
141
141 : PUM : Kejar di kejar
142
142 : PUM : Rencana Milik Ovin
143
143 : PUM : Kendali
144
144 : PUM : Tujuan lain.
145
145 : PUM : Pelukan & Bintang
146
146 : PUM : Awal Liburan
147
147 : PUM : Permulaan Rencana Ny. Jane
148
148 : PUM : Ovin di ...
149
149 : PUM : Franz Panik
150
150 : PUM : Ovin di bawah tekanan
151
151 : PUM : Ketahuan?
152
Istri Simpanan Tuan Muda Arvin
153
PUM S2
154
Prolog PUM S2
155
PUM : Akhir Cintanya Adalah Kematian
156
PUM : Perasaan
157
PUM : Tuan Owl
158
PUM : Si Misterius
159
PUM Nafas
160
Dalang Pembuat Cemburu
161
PUM : Bukan Sepupu Bukan Pelayan, lalu siapa?
162
PUM : Cemburu
163
PUM : Mencoreng wajah sendiri
164
PUM : Abelson
165
PUM : Debat
166
PUM : Foto
167
PUM : Amarahnya
168
PUM : Ciuman yang tidak berkah
169
PUM : Kepergian
170
PUM : Kepergian 2
171
PUM : Hutang
172
PUM : Keluarga
173
PUM : Rusuh
174
PUM : Tangisan
175
PUM : Berandai
176
PUM : Oktavin
177
PUM : Perwakilan
178
Pum : Kecelakaan Tunggal
179
PUM : Semakin Panas
180
PUM : Air Cinta?
181
Tilangan Cinta
182
PUM : Tumbang
183
PUM : Jerry
184
PUM : Penculikkan
185
PUM : Calluella
186
PUM : Melepaskan Ikatan
187
PUM : Curhatan
188
PUM : Peti Mati
189
PUM : Misi Bersama
190
PUM : Pertemuan Sejoli
191
PUM : Hidup Berdua
192
PUM : Tamu
193
PUM : Bergilir
194
PUM : Ethan
195
PUM : Selingkuh
196
PUM : Tawaran Cerai
197
PUM : Sendok Perak
198
PUM : Penyusup
199
PUM : Iblis
200
PUM : Gawat Darurat
201
PUM : Aliansi Pernikahan
202
Kesempatan Janda Muda
203
Keinginan Membunuhnya
204
Serobot

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!