Pernikahan Usia Muda
...Pernikahan Usia Muda...
SMA Clarylt, dengan seragam hitam dan bawahan berwarna cream, semua siswanya bisa sekolah dan mendapat Fasilitas asrama yang juga sudah disediakan sekolah.
Franz seorang konglomerat generasi ke 4 adalah pria idaman bagi semua wanita, tidak ada yang tidak bisa dia lakukan dengan uangnya.
Itu adalah nama aslinya jika tidak menggunakan nama belakangnya yang merupakan keturunan dari keluarga terpandang dengan marga Eshter.
Hanya saja setiap harinya ia selalu pergi dengan wanita.
Setiap jam pulang dia akan pergi kemanapun yang dia mau sebagai penghibur diri bersama wanita cantik. Setelah urusannya selesai, tengah malam dia baru pulang kerumah dan disambut dengan makanan yang sudah tersedia di meja makan.
'Padahal aku sudah bilang untuk jangan masak. Apa dia tidak mengerti juga?' Pikir Franz, lalu kemudian berteriak keras. "Ovin! sudah aku katakan jangan masak untukku! Aku tidak akan memakannya dan tidak akan pernah aku sentuh!" seru Franz.
".........." Namun tidak ada sahutan sama sekali dari si empu.
Di tengah malam Franz biasanya menemukan Ovin masih begadang dan belum tidur.
Tapi tidak dengan hari ini.
Jadi dia merasa aneh dengan suasana yang biasanya ada menjadi tidak ada.
Franz mencoba mencari keberadaan anak itu dimana, dan ternyata rupanya ada di dalam kamar.
"Tidak biasanya jam segini tidur, sudahlah aku juga sudah lelah." Gumam Franz sambil menutup kembali pintu kamar yang ditempati Ovin.
____________
Di pagi itu seperti biasanya sarapan pagi sudah tertata rapi di atas meja makan, sedangkan orang yang memasaknya sudah menghilang dari rumah tanpa meninggalkan jejak kecuali sarapan itu sendiri.
Ovin sudah berangkat ke sekolah terlebih dahulu.
Oktavin yang biasa di panggil Ovin adalah murid kelas tiga SMA, alias murid pindahan yang belum lama pindah ke SMA Clarity.
Dan tentu saja ada alasan dibalik kepindahannya yang cukup mendadak, sebab Ovin masuk di semester kedua persis.
"Pagi sekali kamu? Apa kamu berangkat sendirian?" Tanya pak satpam, tepat sesaat satpam ini membuka pintu gerbang.
"Iya, sudah biasa." jawab Ovin. 'Dan harus terbiasa.' Antara ucapan dan hatinya benar-benar bertolak belakang.
Bisa di bilang di sekolahnya yang baru, hanya ada 3 orang yang selalu baik padanya. Satpam, petugas penjaga perpus, dan ibu kantin.
Bisa dihitung dengan jari, karena selain mereka bertiga adalah orang yang tidak peduli atau sebagiannya adalah orang yang penuh dengan kedengkian.
Di sekolah, 85% siswa perempuan adalah penggemar berat Franz, dimanapun dia berada maka disitulah fans fanatiknya mengerumuninya.
Bunga sekolah disini adalah Bella, terkenal cantik, baik, anggun, dan penuh dengan kharisma, auranya saja sudah mengatakan
'Terima kasih sudah menjadi temanku.'
Tapi di balik kecantikan dan lemah lembutnya pasti ada satu hal yang jarang orang lain bisa menebaknya apa itu.
'Apa aku pengguna indera ke 6? Aku bisa merasakan aura mereka yang sangat berbeda-beda.' Membuat candaan pada dirinya sendiri yang penuh kesepian akan orang yang selalu memusuhinya. "Hah...sudahlah, aku tidak tertarik dengan semacam itu." Gumam Alinda.
Satu bulan sejak kepindahannya, berbagai macam masalah selalu mendatanginya, dari meja yang dicoret-coret dengan spidol atau pulpen, laci mejanya yang sudah ditemui sebagai tempat sampah, karena disertai sampah juga, serta locker pribadi yang pastinya juga ada orang iseng yang mencoba membuatnya berantakan.
Dan kali ini adalah yang lebih parah dari sebelumnya.
"Kaos kaki bau yang sengaja ditaruh di dalam Locker ku." Gerutu Ovin, melihat bagaimana kotornya Locker pribadinya, seperti tidak pernah dibuka selama berabad-abad karena didalamnya ada barang sampah, yang cukup membuat orang yang melintas langsung ingin muntah.
"Hahaha.....orang miskin ya tetap miskin. Sampai kaos kaki bau saja tetap di simpan di Locker sendiri. Ah~ baunya sampai kesini, cepat kita pergi sebelum baunya menular ke kita."
"Bener juga, kita pergi. Aku sudah tidak kuat dengan aromanya."
Orang yang berlalu lalang lantas menutup hidungnya sendiri dan sengaja menghindari asal dimana bau itu, sekalipun ada orangnya.
"Huek...." Ovin sedikit mual dengan bau itu sendiri dan segeralah ia menarik nafas sedalam-dalamnya dan langsung membuka kembali pintu locker dan membuang sampah yang ada, membersihkannya, dan memberinya penyegar yaitu parfum yang wanginya kalem. "Hahh..." menghela nafas dengan panjang, setelah berhasil mengatasi masalahnya sendiri dengan cukup cepat.
"Mau kau siram dirimu dengan minyak wangi sebanyak satu tong, kau tetap saja akan jadi sosok paling hina disini." Datanglah murid perempuan lainnya.
"Kalau aku hina dan miskin memangnya kenapa? Bukankah kalian disini hanya untuk belajar? Kenapa masih bisa meladeni orang sepertiku?" Sahut Ovin pada perempuan yang datang-datang langsung menghinanya.
"Kau!" Amarah yang tidak tertahan lagi sebab Ovin yang biasanya diam itu saat ini tiba-tiba bisa membaals ucapannya, perempuan ini langsung memerintahkan kedua teman dibelakangya untuk membuat pelajaran kepada Ovin.
Kedua orang itu mengangguk dan berjalan menghampiri Ovin, setelah itu bunyi keras langsung terjadi.
BRAKK...!
Tubuh Ovin didorong keras sehingga menghantam lemari locker yang ada di depannya. Setelah itu rambutnya pun di jambak ke belakang
Dengan kedua tangan sudah di tahan oleh salah satu dari mereka dan tubuhnya jadi tertahan untuk menempel di locker serta rambut yang terjambak, Ovin pun saat ini benar-benar sudah tidak bisa berkutik lagi.
"Dengar...aku paling benci jika ada orang yang berani menjawab ucapanku. Dan kau...bukannya duduk dim tenang di sekolah lamamu yang miskin itu, kenapa kau tiba-tiba masuk di sekolah elit seperti ini? Secara tidak langsung kau sudah mencoreng namaku tahu!" Teriak perempuan ini kepada Ovin yang lagi-lagi menjadi bahan sasaran mereka.
"Kenapa begitu? Memangnya ini sekolahmu?" Tanya balik Ovin dengan senyuman mencibir,
"Padahal sekolah milik pamanmu kan? Kenapa jadi kau yang marah?"
SRET.
Dia adalah Merlil, keponakan dari pemilik sekolah Clarylt. Saat pertama kali mendengar ada seorang murid pindahan, Merli langsung tancap gas untuk mencari informasi akan latar belakang yang dimiliki oleh Ovin.
Jika dia berasal dari keluarga kaya, maka Merli tidak akan melakukan apapun, tapi karena dari keluarga miskin, maka itu menjadi awal berkibarnya perang diantara mereka.
Apa alasannya?
Merli adalah orang yang menuntut kesempurnaan, memperlihatkan bahwa yang memiliki jabatan tinggi akan selalu memiliki kekuasaan dalam segala hal. Memimpin sekaligus keberadaan yang mendominasi diantara semua orang.
Tapi Ovin?
Dia berasal dari sebuah desa, dan secara tiba-tiba mendapatkan surat rekomendasi dari kepala sekolah untuk pindah ke SMA Clarylt.
'Dia bahkan sudah tidak punya orang tua, untuk apa dia sekolah disini? Memangnya dia bisa membayar semua fasilitas disini?'
_______
Di sisi lain, seorang pria muda yang sebenarnya tinggal seatap dengan Ovin, mulai memperhatikannya dalam diam.
'Apa anak ini suka dibully terus?' Pikir Franz.
"Ayo! Kita ke lapangan basket." Ajak salah satu teman sekelas Franz. Kebetulan karena jam olahraga nya kosong, maka diisi dengan berlatih main basket. "Ayo...tunggu apa lagi?" Menarik paksa lengan Franz karena masih saja berdiri mematung.
Franz dengan menurutnya pergi ke lapangan basket.
Dan tentu saja para penggemarnya di lapangan basket sudah lebih dahulu hadir.
Mereka sengaja menjadi penonton karena disitulah idolanya berada.
Semua orang bersorak sorai melihat tontonan yang menarik peminat kalangan kaum hawa.
"Ahhhh....Franz! Semangat!"
"Jordy! Jangan kalah!"
"Wahhh....Mereka keren banget."
"Iya, untung kita bisa nonton latihan mereka."
"Ahh...bagaimana bisa ada pria-pria tampan di sekolah kita. Daya tarik mereka sangat kuat." Seorang wanita mengeluh bahagia, bisa menonton pertandingan yang sangat dinantikan oleh banyak wanita.
Tim Franz yang baru masuk, dengan daya tarik mereka yang kuat itu, sukses membuat satu gedung heboh.
"KYAAA! Lihat mereka, hanya berjalan kaki aura mereka sangat menyentuh hatiku."
"Ah....Jordy, tidak menyangka, dia tersenyum ke arah kita semua."
"Iya yah.....jangan-jangan nanti aku tidak bisa tidur."
"Sama nih, kebayang senyuman manis mereka."
Banyak pujian yang diterima dari tim basket yang dipimpin Franz. Nama yang tentu sudah tidak asing lagi bagi mereka semua.
_________
Sedangkan apa yang sekarang sedang Ovin lakukan ketika pangeran sekolah yang banyak di idam-idamkan oleh kaum perempuan satu sekolah sedang menonton basket?
Dia hanya berdiri di dekat jendela sambil menatap kelereng berwarna merah Ruby.
Itu kelereng kesukaannya yang memang dari kecil sudah ia miliki.
Dengan mengangkatnya ke atas, matahari yang terang lantas menembus kelereng merah Ruby itu sendiri, menjadi pemandangan yang cukup cantik.
"Haha...kelereng? Apa kau anak kecil yang masih bermain kereng? Tapi kelihatan cantik, bolehkah aku meminjamnya sebentar?" Langsung merebut dari tangan si pemilik tanpa basa-basi lagi.
"Jangan." Ovin mencoba merebut kembali kelereng miliknya, namun tidak bisa.
"Khawatir sekali, nanti aku juga akan mengembalikannya." Padahal niat sebenarnya sengaja untuk mempermainkan Ovin.
Dia mana mungkin mengembalikan barang milik Ovin.
"Berikan itu, aku tidak bisa meminjam barangku padamu.“ Ucap Ovin dengan tegas.
"Jangan pelit dong." Merli sedikit geram dengan ucapannya Ovin yang terdengar melarang keras.
"Kembalikan." Ovin segera merebutnya dari tangan Merli, tapi dengan sengaja Merli malah menjatuhkannya ke luar jendela.
"Yah....tanganku licin, jadi jatuh deh." Ucap Merli tanpa merasa bersalah sedikitpun, lalu setelah itu ditinggal pergi begitu saja.
Tanpa bisa memarahinya karena ujung-ujungnya akan menambah panjang masalah sepele itu, Ovin segera turun ke lantai satu dan pergi ke tempat dimana ia terakhir kali melihat kelereng itu dijatuhkan oleh Merli.
'Dasar, dia pasti lebih senang menikmati penderitaan orang lain.' Helaan nafas panjang untuk kesekian kalinya Ovin lakukan. Setelah itu dia mulai mencari barang kesayangannya itu.
Setidaknya hanya perlu 10 menit akhirnya dia dapat menjumpai barangnya kembali sebelum akhirnya bel masuk ke pelajaran berikutnya sudah berdering.
_____________________
"Bagaimana? Apa ini bagus?"
"Bagus, semua yang kamu pakai pasti terlihat bagus. Belilah sesukamu, jangan khawatir tentang harganya." Kini untuk kesekian kalinya, kesekian kali yang tidak dapat dihitung lagi dengan tangan dan tidak dapat dihitung sampai puluhan.
Franz pergi ke mall bersama teman wanita dari sekolah lain, entah bagaimana bisa mendapatkan wanita lain, semuanya tetaplah mudah bagi Franz.
Tiap minggu Franz bisa ganti pasangan bagai baju sekali pakai. Tapi walau playboy, tetap banyak yang menginginkan bisa berada disisinya.
Walaupun harus berpacaran sehari saja atau sejam pun sudah cukup karena tidak dapat mendapatkan kesempatan bagus seperti itu.
"Franz, apa kamu tidak mau membelikan hadiah untuk si bunga sekolah?“ Tanya wanita ini kepada Franz yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya.
"Maksudmu Bella?" Tanya Franz dengan salah satu alis terangkat.
"Yah aku tahu, walaupun kita hanya sebatas pasangan sementara, tapi tidak dipungkiri kalau kamu memang lebih cocok dengan si Bella itu." Tutur wanita ini dengan sedikit malu-malu, karena dia sadar dengan posisinya sendiri.
"Yah....akan aku pikirkan nanti, apa kau sudah memilih apa yang kamu suka?" Franz bangkit dari sofa dan melihat semua baju yang ada di lengan si Reni.
Reni membalas dengan anggukan kecil, lalu sepasang matanya tidak sengaja melihat pemandangan menakjubkan.
"Eh...Franz coba lihat, mereka berdua tidak tahu malu. Bisa-bisanya bertingkah seperti anak kecil ingin digendong, mereka berdua seperti sepasang kekasih, tapi seragam perempuan itu berasal dari sekolah yang sama denganmu, apa kamu mengenalnya?“ Wanita ini menunjuk ke arah depan toko.
Seorang perempuan yang masih memakai seragam sekolah adalah perempuan yang cukup familiar bagi Franz.
Tapi perempuan tersebut saat ini sedang digendong oleh seorang pria. Siapa pria itu, Franz sama sekali tidak mengenalnya.
Karena itu, Franz sukses dibuat penasaran pada perempuan yang notabene nya itu sekarang sudah memiliki ikatan dengannya.
'Ovin? Siapa pria yang menggendongnya?' Franz tidak tahu apa hubungan dari Ovin dengan pria yang sedang menggendongnya, tapi pemuda yang menggendong itu cukup tinggi dan terlihat dewasa. "Dia murid pindahan di kelas 3-D." Jawab Franz sedikit ketus, karena merasa tidak suka melihat perempuan itu digendong oleh pria lain.
"Ooh...., seandainya aku juga bisa seperti itu. Apa kamu mau menggendongku juga?" Tanya Reni sedikit bercanda dengan Franz.
"Ooh....apa sebagai gantinya bayar sendiri saja semua baju yang kamu ambil." Ancam Franz dengan senyuman sinisnya.
"Ah...tidak..tidak, aku hanya bercanda. Setelah ini kita kemana lagi?" mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Restoran."
Franz akhirnya mencoba mengalihkan pikirannya, dan melanjutkan aktivitasnya sendiri tanpa perlu dibebani dengan khayalan tidak berguna nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Ovin kamu ketahuan di gendong pria lain oleh Franz
2023-01-31
1
THIRTEEN
Keren ini punya Indra Ke-6
2023-01-31
1
Ao_Ni
klo bisa titiknya tiga aja
2023-01-31
1