"Berhenti, pangeran jangan lari"
Teriakan itu terdengar di telinga pangeran Arjuna yang sedang berusaha untuk menghindar dari prajurit-prajurit yang berniat ingin membunuh adiknya namun kini berbalik menjadi dirinya karena keberadaan adiknya masih tidak kunjung di temukan juga.
"Gawat mereka semakin mendekat, aku tidak boleh sampai di tangkap sama mereka, aku tidak mau mereka membunuh ku, aku harus keluar dari hutan ini secepatnya"
Kepanikan menyerang pangeran Arjuna yang terus di kejar-kejar oleh prajurit-prajurit dari kerajaan Fanjafan itu.
"Ayo black lebih cepat lagi"
Kuda hitam itu terus berlari dengan kencang, di belakangnya segerombolan prajurit mengejarnya dengan memegang pedang yang panjang dan tajam serta panah.
"Pangeran berhenti"
Pangeran Arjuna di serang rasa panik ketika mendengar teriakan mereka yang terus mengejarnya.
"Lebih cepat lagi black"
Dengan secepat kilat kuda hitam itu berlari sekencang-kencangnya.
Kuda yang pangeran Arjuna tunggangi berlari kencang.
Salah satu prajurit yang membawa panah membidik pangeran Arjuna dari atas kudanya yang terus berlari.
Dengan sangat fokus prajurit membidik pangeran Arjuna yang berada sangat jauh di depannya.
Pelan-pelan prajurit melepaskan anak panah itu dan-
Slap!
Pangeran Arjuna mematung ketika anak panah itu menancap tepat di dadanya.
Seketika darah mengalir dari mulut dan juga hidungnya.
Pangeran Arjuna melihat ke belakang ia langsung kembali melihat ke depan.
Pangeran Arjuna memegangi dadanya yang tertancap anak panah.
"Black kita harus pergi dari sini secepatnya, ayo black antarkan aku ke istana"
Suara pangeran Arjuna langsung lemas, ia berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit yang bersarang di dadanya.
Kuda hitam itu berlari semakin kencang, ia berusaha pergi dari prajurit-prajurit yang terus mengejar itu.
Prajurit itu kembali membidik panah ke arah pangeran.
Pangeran Arjuna melihat ke belakang sebentar lalu kembali menghadap ke depan.
"Prajurit itu akan kembali membidik panah ke arah ku, aku harus menghindarinya, aku tidak mau terluka lagi"
Pangeran Arjuna waspada, ia tak mau prajurit itu kembali menusuk tubuhnya dengan panah yang lancip dan begitu tajam itu.
Prajurit itu melepaskan anak panah.
Slap!
Panah itu tidak tepat sasaran karena pangeran Arjuna bisa menghindar.
"Arrrrgghh" pekik prajurit itu kesal.
Pangeran Arjuna menyunggingkan senyuman.
"Akhirnya mereka datang juga"
Prajurit itu kembali membidik panah namun tiba-tiba matanya melihat banyaknya pasukan dari kerajaan Mataram yang ada di depan.
"Itu pasukan kerajaan Mataram, kita tidak bisa melawan mereka dengan jumlah mereka yang sebanyak itu"
"Bagaimana ini, apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi mereka?"
"Tak ada cara lain, kita harus putar arah, aku tidak mau mati konyol di sini"
Mereka semua setuju lalu memutar arah dan pergi begitu saja saat melihat banyaknya pasukan dari kerajaan Mataram yang semakin mendekat.
Kuda hitam yang pangeran Arjuna tunggangi berhenti tepat di dekat prajurit dari kerajaannya.
"Kakak, kakak tidak apa-apa?" tanya pangeran Aksara.
"Tidak apa-apa, kakak baik-baik saja"
Pandangan pangeran Aksara jatuh pada panah yang menancap di dada pangeran Arjuna.
"Kakak" tercekat pangeran Aksara.
"Aku baik-baik saja, kamu tak usah khawatir"
"Apanya yang baik-baik saja, kakak terluka parah, kakak harus segera di obati, ayo kakak harus pulang ke istana secepatnya"
Kekhawatiran terpancar di wajah pangeran Aksara ketika melihat banyaknya darah yang memenuhi pakaian kakaknya.
"Prajurit ayo kita kembali ke istana"
"Baik pangeran"
Mereka semua mengikuti pangeran Aksara yang memimpin jalan.
Saat di perjalanan tiba-tiba pangeran Arjuna merasakan sakit di dadanya.
"Kenapa sesakit ini, perasaan tadi tidak sesakit ini"
Pangeran Arjuna memegangi dadanya yang tertancap anak dari punggung hingga tembus ke dada.
Seketika darah langsung memenuhi tangannya ketika pangeran Arjuna memegang dadanya yang terluka.
"Aku harus segera dampak di istana"
Kuda-kuda yang mereka tunggangi terus berlari menuju istana.
Tak berselang lama dari itu mereka sampai di istana.
"Prajurit panggilkan tabib, suruh dia datang ke kamar kakak ku secepatnya"
"Baik pangeran"
Prajurit itu langsung melaksanakan tugas dari pangeran Aksara.
"Ayo kak aku bantu"
Pangeran Aksara membantu pangeran Arjuna untuk sampai di kamar.
"Cabut panah itu, aku sudah tidak tanah lagi" tintah pangeran Arjuna saat sudah sampai di dalam kamar.
Pangeran Aksara dengan pelan-pelan mencabut panah yang menancap di dada kakaknya.
"Arrrrgghh pelan-pelan"
"Aku sudah pelan-pelan, kakak tahan sedikit dulu, aku akan mencoba mencabutnya"
Pangeran Arjuna menarik napas dan berusaha menahan rasa sakit yang begitu besar tersebut.
Pangeran Aksara kembali mencoba untuk mencabut panah itu.
"Arrrrgghh sakit"
Teriakan pangeran Arjuna yang merasakan sakit yang luar biasa ketika panah itu berhasil di cabut.
"Kenapa kau tidak pelan-pelan, sakit tau" omel pangeran Arjuna.
"Aku sudah mencabutnya sepelan mungkin, aku kan sudah bilang tahan"
"Pangeran tabib sudah datang"
Seketika pandangan mereka langsung tertuju pada prajurit yang berdiri di depan pintu.
"Suruh dia masuk"
Tabib kemudian masuk ke dalam kamar pangeran Arjuna.
"Tabib tolong obati kakak ku, ada panah yang sudah menancap di dadanya"
"Apa panahnya sudah di cabut?"
"Sudah"
"Aku akan coba meriksanya"
"Silahkan"
Tabib memeriksa pangeran Arjuna, ia juga memasang perban pada luka pangeran Arjuna agar darah tak lagi keluar.
"Tabib bagaimana keadaan kakak ku, tidak parah bukan?"
"Tidak pangeran, lukanya akan kering dalam beberapa hari, usahakan jangan terkena air dulu agar lukanya cepat kering"
"Terimakasih tabib sudah mengobati kakak ku"
"Sama-sama, tabib permisi dulu"
"Silahkan"
Tabib kemudian pergi meninggalkan kamar pangeran Arjuna.
"Kakak diamlah di sini, aku mau ke ibunda dulu"
Pangeran Arjuna hanya membalas dengan dehaman.
Pangeran Aksara kemudian keluar dari dalam kamar kakaknya dan mencari ibunda.
"Ayah di mana ibunda?" tanya pangeran Aksara.
"Di dalam kamar, bagaimana dengan pangeran Arjuna, kamu sudah menemukannya?"
"Sudah ayah, tapi sayangnya prajurit Fanjafan sudah berhasil melukai kakak"
"Kurang ajar, mereka tak bisa di biarkan lagi"
Raja bergitu geram pada kerajaan Fanjafan yang selalu mencari masalah dengan kerajaan Mataram.
"Prajurit serang kerajaan Fanjafan"
"Jangan ayah"
Semua tatapan langsung tertuju pada pangeran Arjuna.
"Kenapa jangan?"
"Jangan ayah, aku tidak mau ada korban lagi jika ayah masih ngotot buat menyerang kerajaan Fanjafan"
"Tapi mereka sudah berhasil melukai kamu"
"Ayah aku baik-baik saja, ini cuman luka kecil, ayah tidak usah membesarkan masalah ini"
"Tapi Arjun"
"Aku mohon ayah, jangan lakukan"
Raja mengembuskan napas.
"Baiklah, ayah tidak tak jadi menyerang kerajaan Fanjafan, tapi jika sampai mereka kembali melukai anak-anak ku, aku tidak akan tinggal diam"
Semua orang yang ada di sana tak berani menghentikan raja yang sudah sangat geram pada kerajaan Fanjafan.
Pangeran Aksara melihat ke kanan dan kirinya.
"Kenapa ibunda, kenapa tidak ada di sini" batin pangeran Aksara.
Pangeran Aksara tidak menemukan ratu di sekitarnya.
"Ayah di mana ibunda?"
"Ada di kamar, sana temui ibunda mu"
Pangeran Aksara mengangguk lalu berjalan menuju kamar ratu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments