Pangeran Aksara terus cemas memikirkan nasib peri Bulan yang masih tidak sadarkan diri.
"Ayo white lebih cepat lagi" tintah pangeran.
White terus berlari kencang untuk segera sampai di istana.
"Bulan bertahanlah, aku akan membawa mu ke istana, kamu akan segera di obati"
Di wajah pangeran terpancar kecemasan yang luar biasa, ia takut ada apa-apa dengan peri Bulan.
"Ayo white kita harus segera sampai di istana"
Kuda putih itu terus berlari kencang.
Dari kejauhan ada segerombolan prajurit dari kerajaan Fanjafan yang terlihat di mata pangeran Aksara.
"Gawat mereka mendekat, aku harus sembunyi secepatnya" panik pangeran.
"Berhenti white"
White langsung berhenti sesuai apa yang pangeran inginkan.
Dengan cepat pangeran Aksara turun dari punggung kuda putih itu lalu menggendong peri Bulan untuk bersembunyi di balik pohon besar yang ada di samping kirinya.
khikhikhikhik
Suara kuda milik prajurit-prajurit itu yang terdengar di telinga pangeran.
tap
tap
tap
Langkah kuda-kuda itu semakin mendekat.
"Semoga mereka tidak menemukan ku" batin pangeran.
Pangeran menutup matanya ketika prajurit-prajurit itu terus mendekatinya, ia begitu takut jika keberadaannya di ketahui oleh mereka dan saat ini ia tidak punya pelindung apapun dari mereka.
"Kemana pangeran, kenapa tidak ada di sini?" tanya prajurit yang tidak menemukan pangeran.
"Apa jangan-jangan pangeran memang tidak ada di sini"
"Tapi kata raja pangeran berada di dalam hutan, hutan yang paling dekat hanya hutan ini saja, aku yakin sekali di sini memang ada pangeran"
"Kemana, kenapa tidak ada kalau memang di sini beneran ada pangeran"
"Pangeran pasti ada di sekitar sini, lihatlah kuda itu, aku merasa kuda itu milik pangeran, aku yakin sekali keberadaan pangeran tidak jauh dari sini" tunjuk salah satu prajurit ke arah kuda putih pangeran Aksara yang sedang makan rumput di sebelah selatan.
"Kita harus cari pangeran Aksara, kita harus bunuh dia dan bawa jasadnya kehadapan raja"
"Iya, kita harus berhasil membunuh pangeran Aksara, karena kali ini pangeran Aksara berada di dalam hutan ini sendirian, ini kesempatan emas buat kita untuk membunuhnya"
"Sekarang ayo kita harus temukan pangeran, kita harus bunuh dia secepatnya"
"Iya ayo"
Mereka bertiga kemudian kembali melanjutkan perjalanan untuk mencari pangeran.
Pangeran Aksara yang melihat mereka semua pergi bernapas lega.
"Akhirnya mereka pergi juga, aku harus pergi dari sini, aku tidak mau mereka membunuh ku"
Pangeran dengan tergesa-gesa keluar dari tempat persembunyiannya, ia mendekati kuda putihnya yang berada di sebelah selatan.
"Ayo white kita harus pergi dari sini, aku tidak mau prajurit itu menemukan kita"
Kuda putih itu berlari keluar dari dalam hutan yang luas dan panjang itu.
Di sisi lain.
Paman Sam sampai di istana.
Zrak
Paman Sam tertegun ketika melihat pedang yang tajam mengarah ke wajahnya.
"P-pangeran Shiwa"
Pangeran Shiwa dengan tatapan serius menatap wajah paman Sam yang tegang.
Semua orang yang berada di dalam istana tertegun melihat pangeran Shiwa yang seserius itu, mereka bertanya-tanya kenapa pangeran Shiwa berubah menjadi seperti itu.
"Pangeran Shiwa ada apa dengan engkau, kenapa kau melihat ku seperti itu, apa salah ku?"
Pangeran Shiwa tidak menjawab, dia masih menatap wajah paman Sam dengan tatapan tajam.
"Jangan berpura-pura"
"M-maksudnya apa pangeran, aku tidak mengerti, tolong jelaskan?"
"Pangeran Shiwa ada dengan mu?" tanya raja.
"Ayah tadi aku melihat paman pergi ke kerajaan Fanjafan"
Paman Sam terkejut, ia menelan ludah pahit kala tindakannya di ketahui oleh pangeran Shiwa.
"Apa benar itu Sam?"
Paman Sam diam tak bergeming.
"Jawab, kau tadi pergi ke kerajaan Fanjafan, aku melihat dengan mata kepala ku sendiri, kau tidak bisa berpura-pura lagi, cepat katakan kenapa kau pergi ke sana"
Paman Sam masih diam ia tidak tau harus menjawab apa.
"Apa kau ke sana dengan maksud tertentu atau jangan-jangan sebenarnya kau penghianat di kerajaan ini"
Pangeran Shiwa terus memojokkan paman Sam, pedang tajam itu masih terus dia arahkan pada wajah paman Sam yang membuat paman Sam semakin tercekat.
"Sam apa benar yang di katakan pangeran Shiwa?"
Paman Sam melihat ke arah raja yang sudah mulai murka.
"Itu tidak benar yang mulia"
"Apanya yang tidak benar, kau masih mau berpura-pura lagi, paman aku melihat dengan mata kepala ku sendiri kalau kau pergi ke kerajaan Fanjafan, kau tidak bisa menolak fakta yang sudah ada"
Dengan nada serius pangeran Shiwa mengatakan hal itu.
Wajah kanan Sam memucat, ia sungguh terpojok dengan tudingan yang pangeran Shiwa terus lontarkan.
"Sam jawab, kenapa kau diam saja, apa benar yang di katakan pangeran Shiwa kalau kau sebenarnya penghianat itu?"
"Bukan yang mulia, aku bukan penghianat, pangeran Shiwa salah sangka, aku memang pergi ke kerajaan Fanjafan, tetapi aku ke sana hanya ingin mencari tau apakah mereka yang sudah menculik pangeran Aksara sehingga pangeran Aksara hilang di dalam hutan"
Seketika kemarahan raja menghilang ketika mendengar semuanya.
"Lalu apa yang kau dapatkan di sana?"
"Aku mendapatkan informasi kalau prajurit-prajurit kerajaan Fanjafan sedang berusaha untuk membunuh pangeran Aksara, mangkanya aku bergegas pulang ke istana untuk memberitahukan hal ini"
"APA"
Raja terkejut mendengar hal itu.
"Kenapa kau tidak bilang dari awal?"
"Bagaimana aku bisa mengatakannya yang mulai sedangkan dari sejak tadi pangeran Shiwa terus memojokkan ku"
"Ini bahaya, aku tidak mau putra ku kenapa-napa, prajurit" panggil raja.
Prajurit langsung menghadap raja.
"Cepat kalian cari pangeran Aksara, musuh sedang bergerak untuk membunuhnya, kalian cepat temukan pangeran Aksara dan bawa dia pulang sebelum musuh berhasil membunuhnya"
"Baik raja"
Mereka semua lalu berlari keluar dari dalam istana yang panjang dan luas itu.
Pangeran Shiwa masih belum menurunkan pedangnya, matanya terus menatap tajam ke arah paman Sam.
"Kau tidak berbohong kan paman?"
"Tidak pangeran, aku tidak berbohong, kau harus percaya pada ku"
Pangeran Shiwa diam, ia menatap mata paman Sam tanpa berkedip.
"Semoga pangeran Shiwa mempercayai ku" batin paman Sam ketar-ketir.
"Shiwa turunkan senjata mu"
Terpaksa pangeran Shiwa menurunkan senjatanya atas perintah raja.
Paman Sam bernapas lega untuk sesaat.
"Untung aku bisa mencari akal untuk mengelabuhi mereka" batin paman Sam.
Pangeran Shiwa lalu duduk di tempatnya.
"Yang mulai aku pamit undur diri dulu"
"Iya"
Setelah mendengar jawaban itu paman Sam lalu berjalan meninggalkan mereka semua.
"Bocah itu hampir saja membuat ku mati, kenapa dia harus tau kalau aku pergi ke kerajaan Fanjafan, lain kali aku harus lebih waspada lagi, aku tidak mau ketahuan seperti ini, bisa tamat riwayat ku jika sampai hal itu terjadi" pelan paman Sam.
Pangeran Shiwa masih berusia 14 tahun, namun dia begitu sangat waspada, tidak semua orang mendapatkan kepercayaannya, dia begitu tegas kalau masalah tersebut berhubungan dengan kerajaan.
Paman Sam terus berjalan menuju kamarnya tiba-tiba paman Sam menghentikan langkahnya, pandangannya tertuju pada pintu utama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Nilam Barakatih
next
2022-11-04
0