Chap 13. Obsesi
"Apa kau mengenal Eleanor, Mom?"
Nyonya Roberta pun terdiam. Sudah dua tahun lamanya nama itu tidak terdengar lagi di telinganya. Lalu mengapa sekarang tiba-tiba Ben menyebut nama itu lagi?
Nyonya Roberta menghela napasnya yang mendadak serasa sesak. Perasaan yabg tadinya senang kini tidak baik-baik saja. Pertanyaan Ben mengundang keresahan dihatinya.
Susah payah ia membuat Ben kehilangan memorinya dengan berbagai cara demi membuat Ben melupakan nama itu sekaligus dengan pemilik nama itu. Bukan perkara gampang menghilangkan memori Ben. Ia bahkan sampai harus membuat nyawa putranya dalam bahaya untuk kedua kalinya setelah kembali dari London.
Tidak banyak yang tahu selain dirinya sendiri dan seseorang yang ia idam-idamkan menjadi menantunya demi memenuhi obsesinya.
Untuk membuat Ben melupakan masa lalunya, Nyonya Roberta memberikan obat-obatan tertentu kepada Ben dengan dosis tinggi. Yang tentunya berbahaya bagi Ben sendiri.
Sebelumnya, Nyonya Roberta mendatangkan seorang psikolog hebat ke rumahnya untuk Ben berkonsultasi terkait mimpi-mimpi buruknya. Awalnya Ben menolak, karena Ben merasa ia baik-baik saja.
Namun Nyonya Roberta terus saja memaksa. Lalu tanpa sepengetahuan Ben, Nyonya Roberta meminta diberikan resep obat-obatan yang bisa membuat Ben lupa akan mimpi-mimpi buruknya. Nyonya Roberta memberikan obat tersebut rutin kepada Ben. Yang Ben tahu bahwa obat tersebut adalah vitamin untuk menjaga vitalitas tubuhnya.
"Mom?" panggil Ben pelan, sebab sang ibu belum juga memberikan jawabannya.
"Em ... Mommy ... Mommy tidak kenal. Memangnya Eleanor itu siapa? Temanmu?" Nyonya Roberta terlihat salah tingkah saat malah melayangkan kembali tanya. Membuat Ben memicing melihat tingkah sang ibu.
"Benarkah?"
Nyonya Roberta mengangguk. "Ya. Bahkan Mommy baru mendengar nama itu kau sebut hari ini."
"Tapi bukankah kau yang paling tahu tentang masa lakuku, Mom?"
Nyonya Roberta semakin salah tingkah dibuatnya. Apalagi tatapan menelisik nan tajam Ben tak mampu ia hindari. Tiada angin tiada hujan, sejak sekian lama mengapa nama itu terlontar lagi dari mulut Ben?
Dalam hati Nyonya Roberta mengumpat kesal. "Rupanya kau tidak melaksanakan tugasmu dengan baik, Julian. Bagaimana bisa Ben mengingat nama itu lagi."
"Mom, kau belum menjawab pertanyaanku." Ben mengingatkan sang ibu akan pertanyaan yang ia ajukan namun belum mendapat jawaban.
"Ee ... Ben, apa kau sudah meminum vitamin mu hari ini?" Nyonya Roberta berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia pun baru menyadari bila ia belum memberikan obat yang ia sebut vitamin kepada Ben pagi ini. Sebab semalam pria itu tidak pulang ke rumah.
"Aku sudah tidak meminum obat itu lagi. Kepalaku pusing setiap kali meminum obat itu."
Nyonya Roberta ternganga mendengar pengakuan Ben. Padahal setiap hari ia tak pernah lupa memberikan obat itu kepada Ben. Dan di depan matanya sendiri Ben meminum obat itu. Apakah Ben hanya sedang bercanda?
"Sudah berapa lama?" tanya Nyonya Roberta.
"Hampir sebulan ini."
"Tapi Mommy melihat sendiri kau meminum vitamin itu."
Ben membuka mulutnya, "Aku menyembunyikannya di bawah sini. Tidak aku telan." Sembari menunjuk ke bawah lidahnya.
"Astaga. Ben, kau ..."
"Lupakan soal vitamin itu. Sekarang jawab dulu pertanyaanku. Siapa itu Eleanor?"
"Ben?" Tiba-tiba Camila datang dari arah belakang bersama seorang pria paruh baya, Albert Cartier, ayah kandung Ben.
Wajah Camila terlihat tegang saat mendengar Ben menyebut nama itu. Camila yang sedang mengobrol dengan Tuan Albert di halaman belakang rumah pun bergegas hendak menemui Ben begitu diberitahu pelayan rumah bila Ben sudah pulang.
Camila melirik sejenak Nyonya Roberta yang juga berwajah tegang sama dengannya.
"Mom, kau belum memberikan jawabannya. Waktuku tidak banyak," ucap Ben sembari melirik arloji di pergelangan kirinya. Ben tidak mempedulikan kehadiran Camila.
"Ben, tadinya aku ingin sekali datang menemuimu di hotel. Tapi Nyonya Roberta memintaku berkunjung. Mungkin ada sesuatu yang ingin disampaikan Nyonya Roberta," ujar Camila untuk mengalihkan pembicaraan sembari berjalan menghampiri.
Menyusul Tuan Albert, menghampiri sang istri.
"Kau temani Camila. Aku ingin bicara empat mata dengan Ben sebentar saja," ucap Tuan Albert.
Nyonya Roberta pun bisa bernapas lega akhirnya. Alasan itu bisa ia gunakan untuk menghindari Ben yang mulai menelisik, mencari tahu tentang seorang wanita yang bernama Eleanor.
"Tentu saja, Suamiku." Nyonya Roberta menyanggupi.
"Ben. Ayo." Tanpa berbicara banyak Tuan Albert beranjak, berjalan lebih dulu ke arah halaman belakang rumah.
Ben pun bergegas menyusul langkah sang ayah. Namun sebelum itu ia sempat melontarkan kalimat menuntut kepada sang ibu.
"Aku masih menunggu jawaban darimu, Mom. Kau harus menjelaskannya padaku. Siapa itu Eleanor dan apa hubungannya denganku," ucap Ben sebelum akhirnya beranjak ke halaman belakang menyusul sang ayah.
"Bagaimana Ben bisa mengingat nama itu lagi?" tanya Nyonya Roberta cemas, begitu Ben berlalu dari hadapan mereka.
"Aku tidak tahu, Nyonya Roberta."
"Kalau Ben bisa mengingat semuanya, maka impianmu untuk memiliki Ben tidak akan terwujud Camila sayang. Bukankah hubunganmu dengannya semakin intim? Lalu bagaimana bisa Ben mengingat nama perempuan kampungan itu lagi?" Nyonya Roberta mencecar Camila dengan kecemasannya sendiri. Sebab bisa jadi impiannya untuk berbesanan dengan keluarga bangsawan tidak akan terwujud pula.
Dua tahun lalu, Camila pernah mengadu dan menangis di hadapan Nyonya Roberta begitu mengetahui bila Ben telah menikahi seorang wanita di London. Camila yang sangat mencintai Ben saat itu tidak peduli lagi dengan harga diri serta nama baiknya sebagai putri perdana menteri. Karena yang terpenting baginya adalah memiliki Ben.
Nyonya Roberta yang mengetahui hal itu pun mulai memikirkan cara untuk membuat Ben melupakan wanita itu.
Menjemput Ben di London dua tahun lalu, Nyonya Roberta membuat rencana seolah-olah Eleanor mempunyai pria lain selain Ben. Nyonya Roberta memperlihatkan foto-foto Eleanor yang sedang dipeluk oleh pria lain kepada Ben. Sehingga membuat Ben murka dan sakit hati.
Lalu pada akhirnya Ben pun menurut, ia kembali ke Paris tanpa sepengetahuan Eleanor, tanpa berpamitan dengan Eleanor. Begitu Eleanor pulang ke rumah setelah selesai bekerja, Eleanor hanya menemukan secarik kertas berisi tulisan tangan Ben.
Jangan pernah mencariku, karena aku tidak sudi bertemu denganmu lagi.
Ben
...
Di halaman belakang mansion itu, Tuan Albert dan Ben tengah mengobrol di tempat favorit mereka dikala waktu senggang.
"Ibumu sudah menghubungi keluarga Rodrigues untuk membatalkan pertunangan kalian. Dan akan digantikan oleh pesta pernikahan. Keluarga Rodrigues juga sudah menyetujui hal ini. Sekarang keputusannya ada padamu." Tuan Albert membuka obrolan.
"Aku tidak ingin menikah dengan Camila, Dad."
Tuan Albert tidak terkejut mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Ben secara langsung. Sebab ia tahu seperti apa perasaan Ben yang sebenarnya terhadap Camila. Sebagai sesama lelaki ia tidak mengekang Ben. Ia membebaskan Ben memilih pasangannya. Akan tetapi, alangkah baiknya bila pasangan hidup Ben juga berasal dari keluarga yang sederajat.
"Kenapa?" tanya Tuan Albert.
"Entahlah."
"Tapi ibumu sudah mengobrol banyak dengan keluarga Rodrigues. Hari dan tanggal pernikahan kalian bahkan akan ditetapkan. Kenapa kau tiba-tiba tidak ingin menikah dengan Camila? Bukankah kalian saling mencintai?"
"Tidak. Aku tidak mencintai Camila."
Tuan Albert menghela napasnya panjang lalu menghembuskannya perlahan. Inilah alasan Ben mengapa tidak ingin menikahi Camila. Namun masih ada satu alasan yang lebih tepat lagi yang belum diutarakan Ben.
"Eleanor," ucap Ben kemudian. Membuat Tuan Albert meninggikan kedua alisnya, memasang pendengaran baik-baik. Menunggu kalimat selanjutnya yang hendak diutarakan Ben.
"Kau tahu semua masa laluku, Dad. Apa kau juga tahu siapa itu Eleanor?"
Satu alasan lain yang membuat Ben tidak bisa menikahi Camila adalah wanita lain yang telah hadir dalam kehidupan Ben sebelum Camila. Yaitu Eleanor.
"Kau mengingatnya?" Alih-alih menjawab pertanyaan Ben, Tuan Albert malah melempar tanya kembali. Yang membuat Ben terhenyak seketika.
"Kau mengenalnya, Dad?"
*
Mohon maaf keleletan up nya ya man teman☺️
susahnya jadi emak² yang kerjaannya gk pernah ada habisnya. Kesibukan real life emang menyita waktu. semoga masih bisa menghibur ya☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Mili magaya
lanjut kak. yang panjang
2022-11-16
1
ainatul hasanah
satu yg masih buat aku kecewa Thor... kenapa waktu Camila menjebak Ben berhasil. selain itu aku masih suka baca ceritanya.
2022-11-16
2
ainatul hasanah
sekeras itu ibu Ben dan Camila ingin menghapus Eleanor dari ingatan Ben. tapi bagaimanapun pasti suatu saat memori itu akan muncul kembali. dan semoga semuanya tidak terlambat.
2022-11-16
3