Guardian Flower
Suara dentuman musik membuat kedua telinga seorang pria berdengung sakit. Walaupun dia berada di jarak yang cukup jauh dari tempat hiburan para cukong dan sejenisnya yang di namakan dengan Kasino, tapi earphone kecil yang ada di telinganya bisa menangkap jelas suara dari tempat itu, bahkan obrolan orang orang yang tengah mengikuti judi di Kasino.
Macau, adalah kota surga yang di jadikan tempat perjudian terbesar di Asia. Kota bebas dengan segala hal buruk dari mulai *** bebas, alkohol, narkoba, hingga perjudian bahkan jual beli tubuh wanita serta pria.
Bahkan banyak wanita yang menjadi bahan taruhan dan di perdagakan oleh kekasih, suami bahkan keluarganya agar bisa bermain di meja judi.
Disinilah Lionel sekarang, pria berusia hampir menginjak 30 tahun itu menghembuskan asap rokoknya ke udara. Tangannya tidak henti-hentinya mengelus senapan laras panjang yang ada di hadapannya. Pria itu berdiri tegap diatas sebuah gedung tinggi yang sudah terlihat usang, sesekali mengarahkan teropong kecil yang ada di tangannya ke satu titik.
Sudut bibirnya terangkat, kala target yang dia cari sudah duduk manis bersama para penjudi lainnya, di temani oleh dua orang wanita cantik berpakaian kelinci yang sangat menggemaskan di mata para pria hidung bajingan.
"Nikmatilah hidupmu yang hanya beberapa detik dari sekarang," bisiknya.
Pria bertato ular itu membuang cerutunya lalu menginjak benda itu hingga hancur. Perlahan dia membungkuk, menempelkan pipinya yang tidak mulus itu pada body senjata laras panjang kesayangannya, mengecupnya perlahan sebelum dia memicingkan satu matanya pada teropong kecil yang sudah menengenai target.
Blup!
Sebuah tembakan tanpa suara dia lepaskan, peluru tajam itu melayang dan melesat jauh menembus udara serta dinding kaca sebuah Kasino besar dan mendarat di dahi seorang pria bermata sipit, bertubuh tambun yang ternganga tidak percaya kala merasakan ada sesuatu yang mengenai kepalanya.
Disaat pria tambun itu terdiam, kedua orang wanita yang ada di pangkuannya menjerit histeris, kala melihat dahi pria yang mereka duduki saat ini tertembus sesuatu dan mengeluarkan banyak darah.
"AAAAKKHHH TUAN LIUWEI!"
Beberapa dari mereka berteriak kencang, segera menjauh kala pria tambun yang bernama Liuwei itu ambruk menimpa meja judi. Aliran darah menggenangi area permainan mereka, banya orang berlarian tunggang langgang terlebih para wanita berpakaian kelinci yang menjadi wanita penghibur di sana.
Beberapa orang mengeluarkan senjata yang mereka bawa, mengedarkan kedua mata menelisik tempat itu untuk mencari pelaku penembakan.
"Dia tertembak dari jarak yang cukup jauh. Aku yakin ada penembak jitu tidak jauh dari gedung ini, CARI DIA SAMPAI DAPAT!" suara menggelegar salah satu konglomerat di Macau membuat beberapa keamanan tempat itu segera bergerak.
Dia yang merupakan pemilik Kasino besar ini merasa di rugikan karena kejadian ini. Entah berapa banyak Yuan yang akan hilang, saat pihak Liuwei meminta pertanggung jawaban keamanan padanya nanti.
Disaat mereka semua sibuk mencari pelaku penembakan, dan segera mengevakuasi Luiwei dari Kasino, di salah satu gedung tua seorang pria bertubuh tinggi, berkulit sedikit tan, bertato dan berwajah datar dan dingin, berjalan santai menuruni undakan anak tangga.
Dia menenteng sebuah tas biola di tangannya, penampilannya sudah berubah- pakaian yang dia pakai tadi sudah tidak ada berganti dengan tuxedo mahal berwarna hitam putih yang melekat pas di tubuh kekarnya.
Bahkan saat dia berhasil keluar dari gedung itu, tidak ada yang menyadarinya kalau dia lah sang malaikat maut yang sudah berhasil mencabut nyawa seorang pria yang tega menjual keperawanan putrinya sendiri demi bisa bermain di meja judi.
'Kau sudah selesai?'
Sebuah suara mengintruksinya lewat earphone yang masih menempel di salah satu telinganya.
"Hm- dia sudah mati. Aku akan kembali kesana!" sahutnya dengan wajah tenang, berjalan santai menuju taksi yang sudah berhenti tidak jauh darinya.
🌼GF🌼
Gadis cantik yang hanya memakai tanktop hitam serta celana jeans pas body itu menghela napas berkali kali. Kedua kakinya berdenyut hebat kala dia memaksa untuk tetap berjalan di atas heels tinggi yang berulang kali menjatuhkannya.
"Udalah Ra, kaki kamu lecet loh. Kalo di paksa malah nanti pas acara gak bisa jalan beneran!"
Gadis berkacamata bening itu menatap prihatin pada temannya. Saat ini keduanya masih berada di aula kampus, waktu sudah menunjukan pukul 5 sore tapi mereka terlihat tidak berniat untuk keluar dari tempat itu.
"Kalo aku gak bisa bawain tarian itu, Hiena pasti bakalan ngetawain aku nanti. 'Hihi gadis kembang, yang bisanya cuma jalan di catwalk mana bisa nari kayak gue'." gadis bermata tajam itu menirukan gaya berbicara salah satu mahasiswi famous yang terang terangan sering mengganggunya.
Entah kenapa gadis yang bernama Hiena itu terlihat tidak menyukainya sejak pertama kali mereka bertemu di kampus, padahal mereka tidak pernah kenal sebelumnya, anehkan.
Terlebih Hiena sering mengejeknya dengan kata kata merendahkan, gadis kembang- adalah julukan yang terdengar indah namun syarat akan hinaan bila Hiena yang mengatakannya.
"Udahlah biarin aja si hewan pemakan bangkai itu mah. Dih, kesel aku kan jadinya denger nama cewek itu. Mentang mentang anak orang kaya dia seenaknya sama kita yang katanya gak sebanding sama dia. Padahalkan yang kaya itu bapaknya, bukan dia!" cetus gadis berkacamata itu.
Bibirnya mencebik kesal, membuat gadis berwajah cantik yang masih berusaha melepaskan heels tinggi dari kakinya itu tertawa kecil.
Tidak lama dia bangkit, mendekat pada temannya yang dia kenal sejak masuk bangku SMA, dan kini pertemanan mereka sudah berjalan selama 5 tahun lamanya.
"Pulang yuk, mampir ke apartemen aku dulu ya sebelum pulang ke rumah Grandpa. Ada yang mau aku ambil di sana,"
Gadis cantik berwajah campuran itu segera meraih tas punggung berwarna hitamnya, gerakannya sedikit terbatas karena tumit serta jari jemarinya sedikit lecet kerena heels yang di pakainya sejak satu minggu yang lalu. Gemercik gelang kaki kecil nan indah yang di pakainya, seirama dengan ringisannya kala melangkah.
"Gelang kaki kamu cantik Ra, dapet dari mana sih?"
Gadis itu menoleh pada temannya, dia tersenyum tipis sembari menatap benda cantik yang melingkar di pergelangan kakinya semenjak dirinya kelas 3 SMA.
"Entah, aku dapat kiriman dari seseorang. Aku sampai gak mau lepasin lagi, modelnya simple tapi cantik,"
Gadis berkacamata itu mengangguk, gelang kaki itu memang terlihat tidak berharga tapi sangat indah bila di pandang secara terus menerus. Sang pemilik pun terlihat sama sekali tidak ingin melepaskannya walaupun sudah banyak model gelang kaki yang lebih cantik setiap dia bermain ke Mall atau tempat perhiasan lainnya kala bersama Grandma atau para tante serta Galexia sepupu bermulut pedasnya.
**HALOOOOOO HAI HAI SELAMAT DATANG DI CERITA BARU OTHOR, JANGAN LUPA KOMEN, LIKE, VOTE , HADIAH DAN FAVORITNYA OKEEE
OH IYA OM GAVYN OTHOR LEMPARKAN KE LAPAK OREN SEBELAH YA, YUK KEPOIN KALO DISINI AGAK SEDIKIT TEGANG, DISANA NGIKIK SAMPE NGUKUK😂😂😂😂
SEE YOU TOMORROW MUUUUAAACCCHHH😘😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
awesome moment
meminyak
2024-09-23
0
Misnawati Pulungan
ternyata ketemunlg semangaybthour oenggemar karyamu
2024-02-07
0
Surtinah Tina
simba kabur ke macau
2023-10-18
0