tantangan di terima

keenam pemuda itu pun langsung pergi dari desa itu, tapi saat mereka sudah di luar desa.

tiba-tiba desa itu hilang seperti tertutup kabut tebal yang seakan menelan desa itu, bahkan gapura desa itu tak nampak lagi sedikitpun.

"sekarang para ustadz gadungan itu tak akan bisa seenaknya mengajari agama yang mereka sendiri salah kaprah," kata Ki Cakra yang kemudian berbalik untuk pulang ke rumah.

tapi dalam perjalanan, dia melihat para warga yang sedang panen ubi ungu, "boleh saya beli sedikit hasil panennya?"

"Ki Cakra, Monggo Ki Monggo, njenengan ambil tak usah beli Ki," kata pria itu.

" jangan seperti itu, kalian ini menanamnya dengan mengorbankan uang dan tenaga, harga ubi ini juga tak seberapa, jadi biarkan saya membelinya," kata pria itu dengan lembut dan sopan.

"tolong berikan aku enam kilo pak," kata Ki Cakra.

"Monggo Ki, terima kasih banyak Ki, semoga laris ya ubi saya di pasaran Ki," kata pria itu.

"pasti, dan jangan sampai lewat loh panennya, lihat masih banyak ubi yang ketinggalan itu," kata Ki Cakra yang kemudian pergi.

mereka semua kaget karena di dalam tanah masih ada ubi ungu yang bagus.

"loh bagaimana bisa, bukankah kali ini kita panen dari sisa kemarin," kaget semua orang.

"ya Gusti pangeran, Ki Cakra yang memberikan rezeki ini,cepat kumpulkan, dia benar-benar keturunan ki Hadikusumo yang sesungguhnya," kata pria itu dengan senang hati.

Ki Cakra sudah membantu beberapa warga di desa, dan perlahan semua orang mulai percaya dengan pria itu.

Ki Cakra sedang santai menikmati rokok, saat Mela datang membawa ubi kukus, "kok kamu cantik? kemana psk Bowo?"

"kenapa Ki, aku kan ingin selalu melayani mu, jadi aku meminta psk Bowo menikmati waktu dengan istri cantiknya itu," kata Mela dengan santai.

"kamu ini memang ya, duduklah..." pria itu menepuk tempat di sampingnya.

Mela langsung duduk di sana dan tenyata Ki Cakra malah tiduran di paha wanita itu.

"kenapa ku, apa ada masalah?"

"tentu tidak ada, hanya saja aku harus mulai bersemedi untuk seminggu kedepan, dan ingat kamu tak boleh nakal saat aku tak ada,"

"tentu saja tidak akan," jawab Mela tertawa mendengarnya.

"tapi jika ada orang datang mencari mu aku harus bagaimana?"

"biar orang-orang ku yang mengurusnya, kamu hanya perlu duduk manis menunggu ku kembali," kata Ki Cakra.

"baiklah," jawab Mela.

mereka sedang bersenda gurau, saat tiga pengawal yang kebagian shift pagi pulang dari melihat semua harta milik Ki Cakra.

mereka kaget melihat wanita cantik yang sedang duduk dan memijat kepala Ki Cakra yang sedang menutup mata di pangkuan wanita itu.

"jangan berani memandang wanita ku atau kalian mau ku buat buta, laporan...."

"kami sudah memeriksa Semuanya, dan sawah itu di kelola oleh pesantren, dan saat kami datang untuk memintanya kembali, mereka malah marah dan mengatakan jika kami tak punya bukti." jawab Gopur.

"ternyata mereka berani mengunakan sawah itu tanpa izin ku, sudah kalian lanjutkan berjaga, biar aku yang urus," kata pria itu dengan santai.

Mela tau jika pria itu akan pergi, "aku ikut,"

"ha-ha-ha, aku belum mengatakan mau kemana, tapi kenapa kamu mau ikut?"

"tidak pokoknya ikut ya ikut," kata Mela dengan tegas.

"baiklah ayo kita pergi," ajak pria itu yang mengenggam tangan Mela dan saat mereka berkedip sudah sampai di sebuah rumah mewah.

"kita di mana?"

"kita di rumah yang terbengkalai, sudahlah bukan itu yang terpenting, kita harus mengambil sesuatu," kata pria itu yang langsung turun ke bawah tanah.

dan mengambil tiga balok emas dari dalam tempat itu, ternyata tak ada yang tau ada harta Karun di tempat itu.

kemudian mereka pun menghilang dari rumah itu, karena Ki Cakra merasakan kehadiran seseorang.

tak lupa dia juga memastikan semuanya aman, dia luar rumah ada sosok ustadz Haris yang berdiri menatap rumah mewah itu.

rumah yang baru selesai di bangun dan tak pernah di tempati karena kematian istri pemilik rumah membuat pria itu menghilang bak di telan bumi.

dia membuka pintu rumah yang tetap Koko meski sudah terbengkalai selama lima tahun terakhir.

"seandainya mbak Lily tak meninggal dunia, apa kisah ini akan berbeda, dengan tawa anak-anak yang terdengar sambil berlarian di rumah ini," gumamnya.

bahkan foto pernikahan mereka yang mendadak itu pun tetap terpajang dengan baik.

dia pun buru-buru keluar karena tak sanggup lagi melihat Semuanya, terlebih keluarga mereka sudah ikhlas.

tapi kehilangan pria itu menjadi pukulan telak, itulah kenapa keluarganya memutuskan meninggalkan negara itu.

sedang di pondok pesantren Miftahul Jannah, lima santri yang tadi yang mendapatkan tantangan sedang menghadap ustadz sepuh.

"aku akan menemuinya, kenapa dia menghambat orang menyebarkan agama Allah," kata pria itu dengan yakin.

"tapi ustadz sepuh, pria itu sangat berbahaya, bahkan saya membaca ayat untuk melawannya, dia dengan santai mengembalikan dan mengikuti semua pelafalan saya, bahkan dia lebih baik dalam tajwidnya di banding saya, apa itu tak jadi masalah," kata ustad Rasyid.

"itu tak akan jadi masalah, saat kamu merendah dan tak menghina musuh mu, karena di lihat dari sikap mu itu, aku tau pasti jika kamu pasti membuatnya marah," kata ustadz Haris yang baru datang

"ya bagaimana ustadz Haris tau," kata Alif keceplosan.

ustad Rasyid memukulnya karena kesal, tapi tak terduga pria itu malah dengan santai duduk di samping pakdenya.

"apa perlu aku yang datang pakde, karena kondisi anda juga belum sepenuhnya sembuh,"

"tidak le, ini tantangan untuk pakde, jadi pakde yang akan berangkat," jawab ustadz sepuh

malam harinya, ustadz sepuh sedang melakukan ngrogo Sukmo bersama dengan ustadz Haris.

mereka ingin lihat kondisi dari desa itu dari dekat, tapi dari sisi gelapnya.

ternyata desa ini sekarang di lindungi sesuatu yang berbentuk seperti tempurung kura-kura.

bahkan saat mereka akan masuk, mereka merasakan kesakitan di Sukma mereka hingga meninggalkan bekas di jasad Keduanya.

"tidak bisa pakde, lebih baik kita kembali lihatlah penjaga desa ini sudah keluar," kata ustadz Haris menarik sosok ustadz sepuh menjauh.

itu adalah Ki Adjisaka yang memperkuat perlindungan yang di lakukan oleh Ki Cakra.

Mela melihat banyak temannya sedang berlompatan di atas pohon, bahkan ada yang sedang melayang sambil tertawa.

sedang di pendopo ada Susi dan juga tiga wanita milik Sukri, Wawan dan Edi yang menemani.

"tunggu dulu, aku lupa lagi nama kalian, ini mbak Anna istri Sukri, Ika istri Wawan, dan mbak ...."

"Yuna milik Edi," jawab Yuna yang sedang mengajari wanita itu merajut.

"ah iya, mbak Yuna habis aku bingung," kata Mela.

Terpopuler

Comments

Ely Junita

Ely Junita

aku curiga deh thor kyanya si mela atau kunti merah itu adalah lily dan mngkin dia jdi mati penasaran krna dendam kan lily matinya di bunuh

2022-11-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!