Ki Dwisa datang

ular itu datang dalam wujud ular yang sangat besar, "dia bilang jika dia keturunan dari keluarga Hadikusumo, jadi aku terpaksa memanggilmu, aku ingin memberi tahu semua orang, jika tak semua orang yang mengaku keturunan keluarga itu, bisa mengobati orang, terlebih hanya dengan ilmu cetek yang dia miliki," kata Cakra dengan sangat meremehkan.

"dasar pria busuk, aku akan membuat mu mati mengenaskan, lihat saja," ancam pria itu.

"aw... aku takut, cuih... persetan dengan omongan aneh mu itu," kata Cakra mengejeknya.

pria itu mulai merapal mantra, suasana menjadi hitam gelap, saat ular milik Cakra ingin melawannya.

dia memberikan isyarat untuk ular itu diam, dan Cakra tetap berdiri dengan santainya.

"aduh sakit... sakit..." kata Cakra pura-pura saat asap hitam itu mengelilinginya.

tapi setelah itu dia menatap tajam pria di depannya, mata Cakra berubah menjadi merah.

"kau salah pilih lawan goblok!" bentaknya mencengkram asap hitam itu.

sekali tiup asap hitam itu meledak dan membuat pria itu terpental dan muntah darah.

"ilmu cetek seperti itu ingin melawan ku, kamu cari mati..."

Cakra merapal mantra dan membuat pria itu tiba-tiba berteriak kesakitan.

"inilah yang di sebut ilmu hitam keluarga Hadikusumo," kata Cakra yang mengubah pria itu menjadi abu tanpa menyentuhnya.

semua orang tertegun melihatnya, "ini menjadi peringatkan pada kalian semua, jika keturunan Hadikusumo hanya tinggal aku, karena semuanya sudah musnah tak bersisa," kata Cakra yang kemudian langsung pergi.

ular merah pun menghilang, tapi sebelum itu dia memberikan hormat pada Kunak yang dari tadi tertawa di atas atap.

ular itu pun menyatu dengan tubuh Cakra, ya ular itu bersemayam di tubuh Cakra dalam bentuk tato ular.

Kunak tak mengerti dan mengabaikannya, dia pun mengikuti sosok Cakra yang ingin pergi.

dia melayang terlebih dahulu dan memilih duduk di pohon mangga yang ada di depan padepokan itu.

tapi dia kaget saat melihat ada sosok pocong berwarna hitam, "eh buset... pocong gosong dari mana ini!!" kaget Kunak.

"tolong aku, panas...." kata pocong yang keluar di siang bolong.

"peduli amat cih," kata Kunak memukul pocong itu hingga jatuh dari pohon

dan anehnya setelah itu, pocong itu tak bisa terbang dan hanya bisa melompat, "idih kasihan banget, ilang nih ye kekuatannya," ejek Kunak.

tapi pocong itu melompat pergi dan terus meminta tolong. sedang Cakra memilih menenangkan dirinya sendiri di dalam ruangan khusus miliknya.

dia tak menyangka akan mengingat bayi yang sempat dia adzani setelah kelahirannya, meski semuanya samar teringat di pikirannya.

dia pun mulai membaca mantra untuk membuatnya lupa, karena ingatan itu menyiksanya.

sedang di sebuah padepokan ilmu putih, mereka baru mendapatkan kabar tentang keluarga Hadikusumo yang kembali.

"guru kita harus bagaimana, bukankah semua sudah musnah, tapi kenapa sekarang ada lagi yang menghidupkan padepokan sesat itu," kata seorang murid yang bertanya pada pimpinan padepokan.

"sudahlah kita awasi dulu, jika memang mereka berulah baru kita bereskan," jawab Abah Supri selaku pimpinan padepokan.itu.

"baik bah," jawab semua anak muridnya.

sedang dari gapura desa, ada lima orang yang baru memasuki desa itu, tapi mereka merasakan kekuatan kegelapan yang begitu pekat menutupi desa itu.

"ustad, ini sangat aneh, bukannya kemarin saat kesini suasana desa tak seperti ini," kata Alif.

"semuanya tetap berdzikir dan kuatkan niat kalian untuk melakukan syi'ar Islam," jawab ustad Rasyid selaku orang yang mendapatkan amanat dari pondok pesantren milik ustadz Faraz.

mereka tetap berjalan masuk ke desa itu, tapi yang mengejutkan adalah bangunan yang kemarin di gunakan untuk sholat.

tiba-tiba hancur tertimpa pohon besar yang tumbang, "innalilahi..."

tiba-tiba kilat menyambar ke arah kelima orang itu, dan sepertinya badai ini datang untuk mengusir mereka.

"Allahu Akbar, sebenarnya ini ada apa, kenapa tiba-tiba badai di saat langit secerah ini," kata ustad Rasyid tak percaya.

"ustad lebih baik kita pulang dulu dan mengatakan semua pada ustadz sepuh, karena sepertinya kita tak akan sanggup lagi melawannya," kata Alif menarik ustad Rasyid.

mereka pun bergegas pergi, sedang di rumah Cakra, pria itu berhasil memusnahkan semua ingatan itu.

tapi dia pingsan karena terlalu banyak menggunakan kekuatannya, Ki Bahurekso dan Ki Adjisaka tak mengerti dengan tingkah pemuda itu.

"baru kali ini aku melihat orang mengunakan kekuatan miliknya untuk menyakiti diri sendiri," kata Ki Adjisaka.

"Ki Adjisaka baru melihatnya, aku sudah dari awal ikut malah lebih parah, karena dia terus bertingkah seperti orang gila, sebab membuat dirinya sebisa mungkin menghapus ingatannya sendiri," kata Ki Bahurekso.

Kunak yang duduk di atap rumah joglo itu, dia merasa kasihan melihat sosok Cakra yang begitu menyedihkan,

tapi dia hanya bisa melihat saja tak bisa melakukan apapun juga, dia turun dan ingin menyentuh tubuh Cakra.

tapi sebelum Kunak bisa menyentuhnya, Ki Bahurekso menarik makhluk itu.

"jangan menyentuhnya saat ini, kamu bisa membuat dia mati, biarkan dia bangun dengan sendirinya," kata makhluk itu memperingatkan.

"tapi kenapa dia melukainya, apa ingatan itu hingga begitu ingin dia lupakan, apa orang yang di cintai? bagaimana bisa?" tanya Kunak yang bertanya membuat Ki Bahurekso bingung.

"aku juga tak tau tentang ingatan apa itu, yang sepertinya tau hanya Ki Dwisa yang sudah ikut pria itu dari lama,"

"Ki Dwisa siapa?" tanya Kunak tak tau

"ular merah yang tadi keluar karena di panggil Ki Ageng, itu adalah ular yang mengikat perjanjian, jadi jiwa mereka terikat," jawab Ki Bahurekso.

"owalah ngunu toh,"

"tapi aku jadi penasaran, bagaimana cara kamu bisa jadi kuntilanak merah dan terjebak di dunia fana ini,"

"aku juga tak tau, karena setahuku aku tiba-tiba sudah ada di dunia ini dalam bentuk beginian, tapi aku rasa jika menurut mitos urban legend, aku menjadi hantu penasaran seperti karena mati dengan dendam, dan membawa dendam dua anak yang tak berdosa," kata Kunak tersenyum menyeringai.

"tapi kamu tau jika sosok mu itu bukan makhluk sembarangan, dendam yang kamu bawa, mungkin itulah yang menjadikan mu sosok tertinggi di dunia perkuntian ya wak," kata Ki Adjisaka.

"mau aku bantu biar makin sakti, lumayan bisa bantu-bantu jaga tuh Ki Ageng," kata Ki Bahurekso.

"boleh, aku akan berusaha menjadi kuntilanak sakti demi bisa berada di samping Ki Ageng," jawab Kunak yang kini menghilang bersama Ki Bahurekso.

begitupun dengan Ki Adjisaka yang juga menjaga dari kejauhan, perlahan sosok Cakra mulai bangun.

dia pertama menghela nafas, dia tak banyak bicara dan hanya sudah terbiasa dengan semua yang terjadi pada dirinya.

Terpopuler

Comments

Naya En-lish

Naya En-lish

Yeeee akhirnya lanjutan Adit kembali.. semangat author 😄🥰

2022-11-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!