kuntilanak merah itu sedang melayang di samping sosok Cakra, dan terus mengikuti pria itu pergi.
Cakra tak keberatan akan hal itu, "Ki Ageng,malam ini kami ingin melakukan perampokan besar-besaran, apa boleh?"
"tentu saja boleh, lakukan apapun yang kalian inginkan, tapi ingat berikan harta rampasan kalian pada orang tidak mampu, dan jangan di makan sendiri," jawab Cakra dengan santai.
"tapi Ki Ageng, bagaimana dengan ki Ageng," tanya mereka merasa penasaran karena Cakra tak mungkin kan hidup tanpa uang.
"tenang saja, aku pasti akan membutuhkannya, cukup kalian cari orang yang bisa memberikan uang, aku bisa melakukan apapun yang mereka inginkan kecuali memperpanjang hidup seseorang," kata pria itu
"baik Ki Ageng kami mengerti," jawab keenam orang itu yang langsung bubar.
ketiga saudara itu sudah di minta untuk melakukan tapa, dan mereka tak di izinkan untuk berpindah tempat apapun yang terjadi.
"hei apa kamu tak bosan,apa kamu tak ingin jalan-jalan?" tanya Kunak di samping Cakra
"kenapa, aku sedang ingin santai di rumah, kamu bisa pergi sendiri, bukankah asik untuk melayang mengitari seluruh dunia?" kata Cakra sambil membersihkan keris miliknya.
"ah gak asik nih, padahal aku mau melihat tempat pembantaian di desa sebelah, kamu tau di desa itu ada dua rumah yang sangat bagus, tapi sayang salah satu rumah sering di jadikan tempat pembuangan mayat,"
"apa maksudnya, apa pemiliknya tak ada?" tanya Cakra yang merasa aneh.
"setahuku sih rumah itu sudah lama kosong, ya siapa tau kamu bisa menemukan pasien untuk jadi ladang uang mu," kata Kunak terus membujuk pria itu.
"tidak tertarik dan tidak mau peduli," kesal Adit.
tapi kuntilanak itu tak menyerah, dia terus membujuk Cakra hingga membuat kesal karena seluruh omongannya.
"sudah ku bilang,diamlah, besok kita akan melihat dan aku bisa memberi makan Didi mu dan sing Bahurekso.
"uh... mahluk dengan kepala singa tapi badan manusia itu, dengan mata besarnya, aku tak menyukainya," kesal Kunak
"terus kamu mau bagaimana, meski begitu dia itu tetap salah satu yang aku percaya untuk menjaga daerah sini. dan yang terpenting dia itu bawahan paling bisa di percaya selain manusia,"
Cakra memilih tidur tanpa kasur, dia tidur beralaskan sebuah tikar yang terbuat dari anyaman daun pandan.
malam itu keenam orang itu benar-benar sangat membuat kacau, mereka bahkan bisa merampok hanya bermodal pisau golok.
bahkan mereka sangat yakin jika bisa membawa hasil yang banyak, terlebih dengan ilmu kebal yang di miliki
mereka pun membawa hasil rampokan ke balai Ageng padepokan Hadikusumo.
di sana kuntilanak merah melihat ke enamnya sedang membagi hasil perampokan.
mereka membaginya sama rata, menjadi delapan bagian, enam untuk mereka satu untuk Cakra dan satu lagi untuk sedekah pada orang yang membutuhkan.
"wah tak ku kira mereka begitu setia," gumam Kunak melihat gerak gerik keenam orang itu.
setelah itu mereka pun menuju ke rumah masing-masing, dan besok mereka baru mencari orang yang mungkin butuh jasa santet.
keesokan harinya,berita di tv terus menayangkan tentang perampokan yang menimpa salah satu bank swasta dan juga salah satu rumah yang terkenal kaya raya.
mereka kehilanganmu harta benda yang tiba-tiba raib begitu saja, Cakra sedang duduk untuk sarapan.
meski tak memiliki sanak saudara Cakra tetap hidup santai saja, karena dia tak harus pusing memikirkan segalanya.
"tumben tuh kuntilanak gak muncul, biasa sudah muncul kalau aku lagi makan,"gumam cakra aneh karena biasanya wanita astral itu tak bisa diam saat di sampingnya.
"Ki Ageng," panggil Edi yang datang dengan Asep dan Gopur.
"masuklah aku di dalam sedang makan," saut pria itu.
mereka bertiga pun masuk dan melihat Cakra yang makan dengan sangat sederhana dan terlihat begitu santai.
"Ki Ageng, ini adalah bagian anda,"
"untuk apa?bukankah aku bilang bagikan pada yang tidak mampu,"
"sudah Ki Ageng, semalam kami sudah membagikan uang sudah di sisihkan," baguslah kalau begitu.
mereka bertiga pun pamit pulang setelah meninggalkan uang itu di rumah Cakra.
setelah makan,Cakra mengambil hasil dari perampokan itu dan menyimpannya dalam peti.
dia mengambil golok dan siang ini memilih berjalan santai melihat suasana desa.
tak lama sosok Kunak datang dan melayang di samping pria itu dengn penampilan yang sudah mulai membaik meski terlihat pucat.
"sepertinya kamu belajar mengubah sosok mu dengan keras ya,"
"ya setidaknya aku ingin terlihat cantik dan mending di depan mu," jawab Kunak tersenyum menyeringai.
tapi Cakra hanya diam sambil terus berjalan, di dalam penglihatan yang dia miliki, dia bisa melihat begitu banyak makhluk astral di sekitar desa itu.
bahkan mereka terus menunjukkan diri saat dia lewat, pra warga yang tak tenang melihat Cakra pun heran.
"hei kamu tau siapa pria itu, aku tak.pernah melihatnya, dan bagaimana dia berjalan santai di tanpa alas kaki begitu?" tanya seorang warga.
"aku juga tak tau, tapi wajahnya tak asing ya, sepertinya pernah melihat," saut yang lain.
tiba-tiba, ada seorang pria berlari sekuat tenaganya mengejar sosok Cakra dari kejauhan.
"Ndoro Cakra.... akhirnya anda kembali ...." tangis pria itu memeluk tubuh Cakra.
"kamu mengenalnya?" tanya Kunak.
"tentu, bagaimana kabarmu Bowo, apa kamu sudah bahagia setelah aku pergi," kata Cakra tersenyum
"bagaimana bisa aku bahagia, aku kehilangan Ndoro yang selalu jadi penopang hidup warga di daerah sini, setelah Ndoro pergi tanpa jejak, kami di desa terus di peras habis-habisan tapi beruntung suatu malam padepokan Hadikusumo lenyap tanpa sisa,", terang pria itu sesenggukan.
"baiklah, jika kamu masih berkenan menemaniku, aku selalu membuka pintu rumah Hadikusumo untuk mu," jelas Cakra.
"baik Ndoro, baik..."
mereka pun berjalan mengelilingi desa, di desa itu memang masih ada beberapa perkebunan kelapa.
bahkan sat melintas ada seseorang yang sedang memetik buah kelapa.
tapi tiba-tiba pria itu terjatuh dari pohon kelapa, "bapak!!", teriak seorang anak kecil berusia sepuluh tahun menghampiri pria itu.
"tolong...." teriak pria itu lirih.
Cakra mendekat dan melihat pria itu yang terlihat tak berdaya, dia pun membenarkan tulang belakang pria itu.
krak ...
bunyi tulang itu saat di tarik, dia hanya melihat pria itu dengan tatapan dingin.
"lain kali lebih berhati-hati, jika masih terasa sakit, datang ke padepokan aku akan menyembuhkan mu," kata Cakra yang kemudian berlalu pergi.
"tapi aku tak punya uang Ndoro,"
"apa aku menyebutkan uang, cukup datang saja," jawab Cakra yang kemudian pergi meninggalkan pria itu yang nampak normal.
Cakra menjentikkan jarinya, puluhan kelapa pun tiba-tiba jatuh dari atas pohon dengan sendirinya.
"terima kasih Ndoro!! terima kasih,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Apriyanti
lanjut thor
2022-11-04
0
As Lynda
sisi baik adit masih ada ya walaupun sudah ngak beriman lagi terus keluarga Lily gimna khabarnya ya apa nnt adait jadi musuhnya adiknya Lily ya
2022-11-03
0