"Kamu lagi ngapain?"
Edward seketika terkejut.
'Lho, kenapa dia masih sadar si? Seharusnya dia terhipnotis dong,' (batin Edward.)
"Eu anu, saya--''
"Jalan lagi, bang. Antar saya ke alamat yang tadi saya sebutkan," pinta Mara secara tiba-tiba membuat Edward seketika tersenyum senang.
"Baik, Nona."
Mobil pun kembali melaju di jalanan memecah kegelapan malam yang mulai semakin larut.
'Huuh ... Syukurlah, saya pikir dia gak mempan buat di hipnotis,' (batin Edward bernapas lega.)
Perjalanan pun berlangsung tanpa sepatah katapun, Mara yang memang sudah benar-benar merasa kelelahan setelah seharian bekerja pun seketika memejamkan mata seraya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mobil.
'Mimpi apa aku semalam bisa ketemu laki-laki aneh kayak dia.' (batin Mara.)
Akhirnya, setelah menempuh perjalan selama kurang lebih 30 menit, mobil taksi tersebut tiba di alamat yang tadi disebutkan oleh penumpangnya.
Ckiiit ....
Mobil pun berhenti tepat di depan pintu pagar.
"Permisi, Nona. Kita sudah sampai." Ucap sopir tersebut menoleh ke arah belakang dimana penumpangnya berada.
"Oh, sudah sampai? Kenapa cepet sekali, huaaaaa ...." Jawab Asmara Pradipta merentangkan kedua tangannya lalu sedikit terkejut saat tangannya itu menyentuh wajah Edward yang berada tepat di sampingnya.
"Hiih ... Kamu, ngagetin aja si?" Ketus Mara dengan wajah kesalnya.
Edward hanya mengangkat kedua bahunya dengan sedikit tersenyum hambar.
"Berapa, bang?"
"57.000, Nona.''
"Baiklah, kembaliannya ambil saja ya," ucap Mara menyerahkan uang satu lembar.
"Terima kasih, Nona." Jawab sang supir.
Mara pun keluar dari dalam mobil, begitupun dengan Edward yang saat ini tersenyum penuh kemenangan karena akhirnya bisa selalu berada dekat dengan musuh bebuyutannya dan akan segera menghabisinya di saat dia memiliki kesempatan.
Tentu saja, dia harus mencari tahu terlebih dahulu kekuatan apa yang sempat memancar dari tubuh wanita ini sehingga membuatnya terpelanting sejauh 2 meter.
"Ini rumah kamu?" Tanya Edward menatap rumah besar dan mewah dengan pagar berwarna coklat tinggi menjulang.
"Iya, kenapa? Terkejut? Aku memang wanita terkaya di negara ini, jadi jangan heran melihat rumah aku yang megah ini," jawab Asmara dengan begitu sombongnya.
"Hmmm ... Anda benar-benar hebat, Nona. Masih muda udah kaya raya seperti ini. Tidak seperti saya, saya hanya tinggal sebatang kara dan miskin pula.''
Mara hanya tersenyum tidak peduli lalu mulai membuka pintu pagar.
Breeeeet ....
Suara pintu pagar yang di buka, membuat suasana malam yang semula hening seketika terdengar suara kicauan burung yang saling bersahutan dan terbang dari ranting pohon besar yang berada tepat di pinggir jalan merasa terkejut dengan suara pintu pagar yang terdengar begitu nyaring.
Kuuuuk ... Kuuuuk ... Kuuuuk ....
Suara burung hantu pun kembali terdengar, suara yang sama persis seperti yang terdengar oleh telinga Mara saat dirinya masih berada di dalam kantor.
"Astaga itu burung, sampe ngikutin aku ke sini segala? Gak ada kerjaan banget si," gerutunya kesal menatap sekeliling mencari sosok burung hantu tersebut.
"Emangnya burung hantu di dunia ini cuma ada satu apa?" Celetuk Edward tersenyum kecut berjalan tepat di belakang Mara.
"Emangnya kamu tau jumlah populasi burung hantu di dunia ini ada berapa?"
Edward terdiam tidak menanggapi.
"Gak tau 'kan?"
"Populasi burung hantu di dunia ini memang hampir punah, Nona. Tapi, bukan berarti hanya tinggal satu juga."
"Tau darimana kamu? So tau."
Ceklek ....
Asmara mulai membuka pinta rumahnya lalu masuk diikut oleh Edward.
"Tentu saja saya tau, Nona. Mereka itu sahabat saya.''
"Hah?" Asmara seketika terkejut menatap wajah Edward dan benar-benar merasa ada yang aneh dengan laki-laki ini.
"Eu ... Maksud saya, saya sering baca di google mengenai perburungan. Begitu, Nona. Hehehehe ....''
"Dasar aneh."
Bruk ....
Mara menjatuhkan tubuhnya di kursi ruang tamu karena dirinya malas naik ke lantai dua dimana kamarnya berada, tubuhnya yang benar-benar terasa lelah juga rasa kantuk yang sudah tidak lagi bisa dia tahan membuatnya seketika langsung memejamkan mata.
"Apa dia tidur?" Gumam Edward dengan kecepatan kilat tiba-tiba sudah berjongkok tepat di pinggir kursi dimana Mara tertidur.
Dia pun menatap wajah wanita itu dengan tatapan tajam. Memperhatikan setiap jengkal wajahnya, dari mulai mata dengan bulunya yang lentik sempurna dan kedua alisnya ditata begitu rapi tanpa cela sedikitpun.
Hidung mancung, pipi mulusnya yang terlihat begitu licin, terakhir pandangan matanya pun tertuju pada bibir merahnya yang terlihat sedikit tebal sensual.
"Kamu itu cantik sebenarnya, tapi sayang--"
"Mom, Dad ... Kalian dimana? Kenapa kalian ningalin aku sendirian di rumah ini," gumam Mara seketika mengigau membuat Edward tidak meneruskan ucapannya.
"Kedua orang tua kamu udah mati, Nona cantik. Kamu tau siapa yang membunuh mereka? Akulah orangnya, akulah vampir yang udah sudah membunuh mereka, dan tidak lama lagi kamu juga akan segera menyusul mereka ke alam baka," gumam Edward.
Seketika, buliran air mata menetes begitu saja dari ujung pelupuk mata indah wanita bernama Mara itu dan sepertinya dia sedang bermimpi buruk di dalam tidurnya.
"Aku janji akan mencari keberadaan makhluk jahanam itu dan membalaskan dendam kalian, Mom, Dad." Gumam Mara lagi masih dalam keadaan tertidur lelap.
"Coba saja kalau berani, saya yang akan membunuh kamu terlebih dahulu, Nona." Edward balas bergumam, masih dengan mata yang menatap lekat wajah Asmara Pradipta begitu mengagumi kecantikan wanita itu sebenarnya.
"Huaaaa ..." Mara tiba-tiba saja merentangkan kedua tangannya dan melingkarkan di leher Edward, membuat laki-laki yang merupakan raja Vampir dengan kekuatan yang luar biasa itu seketika panik lalu mencoba melepaskan diri.
"Sial, sedang apa dia?" Gumamnya berusaha melepaskan lingkaran tangan wanita itu.
Entah mengapa, bersentuhan dengan Asmara membuat kekuatannya seketika menghilang, tubuhnya mendadak terasa kaku dengan jantung yang berdetak kencang.
Dia pun mencoba memejamkan mata hendak mengunakan kekuatannya dalam berpindah tempat yang biasanya mampu dia lakukan hanya dengan memejamkan mata saja.
"Ada apa ini? Kenapa kekuatan saya tidak bisa digunakan? Astaga, ada apa dengan saya?''
Dia pun menjentikkan jarinya dan berusaha menghentikan waktu, dan usahanya pun berhasil. Waktu pun seketika terhenti dan Edward bisa melepaskan lingkaran tangan Asmara dengan mudah akhirnya.
"Sebenarnya kekuatan apa yang dia miliki sampai-sampai saya tidak bisa menggerakkan tubuh saya tadi,'' gumam Edward menatap belahan d*da Mara dimana sumber kilatan cahaya itu berasal.
Perlahan tapi pasti, dia pun semakin intens bahkan jari-jarinya mulai menyibakkan sedikit kemeja bermotif bunga yang dikenakan oleh wanita itu sehingga belahan d*da berbentuk hati terlihat jelas dimatanya kini.
Sedetik kemudian ....
Flash ....
Blug ....
Kilatan cahaya keluar dari sebuah kalung berwarna pink yang melingkar di leher Mara, membuat tubuh Edward kembali terpelanting sejauh tiga meter, dan waktu pun kembali berjalan normal.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Nok Ais Nok Ais
jangan ceroboh kau Ed klo lu udah bucin sama mara tau rasa kamu
2022-11-05
0
Aditya HP/bunda lia
Ed aku kasih tau itu namanya kekuatan "cinta" 😍😍😍
2022-11-03
1