Perlahan rasa sakit di bagian pusaka milik Edward pun mulai menghilang, laki-laki berwajah tampan dengan rambut yang sedikit gondrong itu pun tiba-tiba merubah raut wajahnya menjadi lebih serius, kulit wajahnya seketika memutih layaknya mayat hidup.
Kedua bola matanya pun nampak memerah lengkap dengan kedua taringnya yang keluar begitu tajam layaknya gigi hewan buas yang siap menerkam mangsanya.
Seiringan dengan itu, semilir angin pun berhembus begitu dingin menyapu rambut panjang Mara yang kini tersibak memperlihatkan leher jenjangnya, membuat Edward tersenyum menatap leher putih itu dengan kedua gigi taring yang kini terlihat begitu jelas oleh kedua mata Mara.
Perlahan, Edward berjalan maju seraya menatap wajah Mara yang kini intens memperhatikan wajah laki-laki itu dengan gerakan kaki yang juga sontak berjalan mundur mengikuti gerakan kaki Edward hingga tubuhnya bersandar mobil miliknya kini.
'Tamat riwayatmu, manusia hina. Akhirnya dendam ku akan terbalaskan,' (batin Edward.)
Dia pun memiringkan kepalanya hingga sejajar dengan leher Mara diiringi suara burung hantu yang tiba-tiba terdengar begitu menakutkan.
Kuuuuk ... Kuuuuk ... Kuuuuk ....
Suara burung hantu terdengar begitu nyaring.
Sedetik kemudian, wajah Edward sudah benar-benar berada dekat dengan wajah Mara. Dia pun tersenyum penuh kemenangan membuka mulutnya lebar-lebar.
"Ini apa? Apa kamu baru pulang dari pestival Helloween? Waaah ... Giginya terlihat asli ya." Tanya Mara secara tiba-tiba memecah keheningan seraya memegangi satu persatu gigi taring Edward membuatnya seketika membulatkan bola matanya merasa terkejut.
'Apa ini? Kenapa wanita ini tidak takut sama sekali? Seharusnya dia terkejut, berteriak kencang atau minta tolong kek. Argh ... Gigiku,' (batin Edward)
"Argh ..." Edward meringis saat giginya di utak-atik bahkan berusaha untuk di cabut tanpa rasa takut oleh wanita bernama Mara itu.
"Ko susah si bukanya? Ini gigi palsu kan?" Gumamnya dengan begitu polos, mencoba menarik empat taring yang sebenarnya tajam itu dengan sekuat tenaga.
"Arghhh ... Sakit, Nona. Apa-apaan ini," teriak Edward menepis kedua tangan Mara kesal.
"Diam dulu, aku penasaran sama gigi palsu ini. Kenapa terlihat nyata banget si." Jawabnya lagi dengan tangan yang membuka lebar mulut Edward memperhatikan keempat taring yang menonjol di sela-sela gigi lainnya.
Edward pun seketika menjentikkan jarinya lalu waktu pun seketika terhenti. Sebagai raja Vampir, tentu saja Edward mampu melakukan hal itu hanya dengan satu jentikan jarinya saja.
Mara dengan posisi kedua tangan di depan wajah Edward, kini seolah membeku tidak bergerak sedikitpun. Kedua matanya pun membulat sempurna tidak berkedip.
"Dasar wanita tidak tahu diri, gigi saya di otak-atik kayak gini. Belum tau dia, gimana rasanya di gigit sama Vampir?" Ucapnya menatap wajah Mara yang terlihat begitu cantik terdiam layaknya patung manekin.
"Hmm ... Kamu cantik juga, tapi sayang sekali, sebentar lagi kamu akan mati di tanganku. Hahahaha ...'' ucap Edward berjalan mengelilingi wanita bernama Mara seraya menatap tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Kemudian, dia pun menyibakkan rambut panjangnya dan menatap leher wanita itu seraya membuka mulutnya lebar-lebar.
"Haaa ..." Gumam Edward siap mengigit.
Semakin dekat saja wajah Edward hingga gigi taringnya hampir saja benar-benar menyentuh leher Mara. Bahkan, ujung taringnya pun hampir sampai di kulit lehernya yang begitu mulus diiringi hembusan angin dan suara burung hantu yang terdengar semakin nyaring.
Akan tetapi, tiba-tiba saja sebuah kilatan cahaya yang menyilaukan muncul dari belahan d*da Mara, terasa panas bahkan membuat tubuh Edward seketika terpental seolah terdorong oleh kekuatan yang sangat besar.
"HAAAAA ...."
Bruk ....
Edward terpelanting sejauh dua meter di depan Mara, dan seketika waktu pun kembali normal dan Mara pun bergerak seperti biasa seolah tidak terjadi apapun.
"Lagi ngapain kamu tiduran di situ?" Tanya Mara menatap tubuh Edward yang kini tertelungkup di atas aspal.
'Sial, apa itu tadi? Apa dia punya pelindung? Atau, mutiara pelindung itu di turunkan kepada dia oleh leluhurnya? Argh ... Tubuh saya sakit semua,' (batin Edward merasa kesakitan.)
Edward tidak menjawab pertanyaan Mara, dia bangkit lalu berdiri seraya memijit tubuhnya yang terasa sakit semua.
"Di tanya malah diam aja, lagi apa kamu di sana? Hahahaha ..." Tanya Mara seraya menertawakan Edward.
'Sepertinya tidak akan mudah menghabisi wanita ini, mengingat bahwa dia adalah keturunan terakhir keluarga Pradipta, mungkin saja dia benar-benar di bekali mutiara pelindung?' (batin Edward menatap wajah Mara tanpa berkedip.)
"Hey, malah bengong lagi." Tanya Mara membuyarkan lamunan Edward seketika.
"Hah ... Kamu bilang apa tadi? Maaf, tubuh saya sakit semua ini." Jawab Edward sedikit bterbata-bata.
"Nah di sana ada taksi, aku pulang duluan ya orang asing." Ucap Mara mengulurkan tangannya menghentikan mobil taksi tersebut.
Mobil pun seketika berhenti dan Mara masuk ke dalam mobil tersebut. Namun, sebelumnya dia pun mengambil tas besar miliknya dan memastikan mobil miliknya yang akan dia tinggalkan di sana terkunci dan aman.
"Bang, antar saya ke jalan ******* ya." Pinta Mara duduk di kursi penumpang.
"Baik, Nona." Jawab sang supir tersenyum ramah.
Mara pun menyandarkan tubuh sarta kepalanya di sandaran kursi mencoba memejamkan mata.
"Dasar Laki-laki aneh," gumamnya mencoba menetralkan pikirannya setelah bertemu dengan pria aneh yang memiliki taring.
"Siapa yang aneh?" Tiba-tiba terdengar suara laki-laki tepat di sampingnya, membuat Mara seketika terkejut membuka kedua matanya lebar-lebar.
"Haaa ... Kamu? Lagi apa kamu di sini? Sejak kapan kamu di sini? Kapan masuknya?" Teriak Mara tersentak menggeser tubuhnya ke arah samping.
"Dari tadi saya di sini ko, kamu'nya aja yang gak liat," jawab Edward santai.
"Bohong, tadi jelas-jelas kamu aku tinggal di sana lho?"
"Hahahaha ... Kamu benar-benar lucu, Nona. Kayaknya otak kamu benar-benar kelelahan karena seharian bekerja, sampai-sampai kamu gak sadar saya ada di sini dari tadi."
Mara menarik napasnya panjang, mencoba mengontrol detak jantungnya yang saat ini berdetak tidak beraturan.
"Terus? Kenapa kamu ikut masuk ke sini?"
"Saya mau ikut pulang ke rumah kamu 'lah."
"Hah? Nggak ... Nggak ... Enak aja, emangnya rumah saya tempat penampungan Tunawisma apa? Sekarang juga kamu turun. Bang, berhenti di depan, bang." Pinta Mara kepada sang supir.
"Baik, Nona." Jawab sang Supir taksi lalu melipir dan menghentikan laju mobilnya.
"Keluar sekarang juga." Ketus Mara.
Bukannya menuruti keinginan wanita itu, bola mata Edward seketika kembali memerah seraya menatap kedua mata Mara seolah sedang menghipnotisnya.
"Bawa saya ke rumah kamu sekarang juga," gumam Edward benar-benar menggunakan kekuatannya untuk mengendalikan pikiran wanita bernama lengkap Asmara Pradipta itu.
"Bawa saya ke rumah kamu, bawa saya ke rumah kamu dan ijinkan saya tinggal di rumah kamu, Nona cantik." Gumamnya lagi dengan bola mata memerah bahkan terlihat terang.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
gaby
Aq baru gabung, kayanya seru neh Edward cullen
2022-11-03
0
Aditya HP/bunda lia
mau tinggal serumah sama mara maksa amat yah ni drakula ... lanjut
2022-11-02
1
Nok Ais Nok Ais
ya ampyun edwah awas Lo nanti jatuh hati sama mara lagi
2022-11-02
1