BAB 2

"Mommy, bukakan pintu! Ayah mukid, bukakan pintunya dong! Aku mau sekolah, nanti kesiangan dan telat. Aku gak mau sampai dihukum oleh teacher," Ucap Bana dengan suara teriakannya disertai menggedor pintu kamar mommy nya yang terlihat sudah tidak sabaran lagi.

"Haduh, ngapain sih mommy dan ayah di dalam? Apakah mereka belum bangun?" Gumam Bana.

Nenek Wati yang mendengar kehebohan pagi itu, segera mendatangi Bana yang masih berdiri di depan pintu kamar mommy nya.

"Bana, sayang! Ayo, lebih baik Bana sarapan dulu dan menunggu mommy dan ayah Mukid di bawah. Mereka pasti sedang mandi, makanya tidak mendengar panggilan Bana," Kata nenek Wati sambil meraih tangan Bana.

"Baik nenek buyut! Tapi mommy ku ini benar-benar deh! Aku panggil dari tadi tidak juga dibukakan pintu nya. Mommy sekarang jadi sangat pemalas sekali, nek! Nenek bisa bikin jamu penghilang rasa malas untuk mommy aku tidak?" Ucap Bana sambil berjalan beriringan bersama dengan nenek Wati.

"Iya, nanti nenek buatkan!" Sahut nenek Wati asal supaya Bana berhenti ngoceh nya.

*****

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu itu menghentikan aktivitas intens keduanya yang sudah menggila. Dalam situasi ini, mereka akan merasakan enggan jika harus menghentikan kegiatan yang belum tuntas itu. Bahkan Mukid belum sempat melakukan gerakan intens penuh nikmat.

Kembali suara ketukan disertai panggilan mommy dan ayah Mukid, melengking keras. Bahkan kini sudah terdengar tidak sabar lagi untuk dibukakan pintunya.

"Om Mukid! Anakku eh anak kita sudah ribut di depan pintu. Om Mukid," ucap Sinta.

Mukid hanya tersenyum senang ketika mendapati wajah panik Sinta lantaran pagi ini kegiatan nya harus terganggu lantaran Bana mengusik sarapan pagi ini.

"Nanti kita teruskan setelah aku mengantarkan Bana ke sekolah. Oke?" bisik Mukid seraya turun dari tempat tidur itu.

"Mukid, kamu mau kemana?" tanya Sinta.

"Cuci muka dan gosok gigi dulu!" Jawab Mukid.

"Hah? Tidak mandi?" Tanya Sinta.

"Hanya mengantar Bana saja kok setelah itu aku balik lagi ke rumah dan menyelesaikan urusan kita yang belum selesai," Kata Mukid. Sinta menggelengkan kepala nya saja saat suaminya tetap mengejar terus sebelum mendapatkan apa yang dia mau.

Mukid keluar dari kamar mandi setelah mencuci muka dan menggosok giginya.

"Jadi, kamu tidak ke kantor sayang?" Tanya Sinta.

"Ke kantor tapi agak siangan! Kamu ikut dengan ku nanti siang yah!" Jawab Mukid.

"Hem, baiklah! Tetapi nanti mampir ke perusahaan nenek juga yah. Pabrik rokok nenek yang seharusnya aku urus, satu bulan ini sudah lama di handle oleh asisten pribadi ku. Setelah ini aku juga ingin kembali aktif ke kantor," Ucap Sinta.

"Oke, aku turun dulu sayang! Pasti di bawah Bana sudah cemberut menunggu ku," Kata Mukid sambil mengecup kening dan juga bibir Sinta. Sinta kembali memasang selimut nya dan bermalas-malasan di atas tempat tidur nya.

*****

Di dalam mobil, di mana Mukid sedang menyetir dan di samping nya ada Bana yang rapi memakai seragam sekolahnya.

"Ayah Mukid yang ganteng, sebenarnya tadi sewaktu di dalam kamar bersama mommy, ayah Mukid dan mommy lagi ngapain sih? Aku sampai ketuk ketuk pintu beberapa kali dan sangat lama menunggu berdiri di pintu kamar mommy tidak juga di bukakan, rasanya pegel banget kakiku nunggu dibukakan pintu. Sedangkan Bana hari ini piket loh," keluh Bana. Mukid nyengir kuda mendengar keluhan dan juga pertanyaan dari ayah tiri nya tersebut.

"Maaf, ayah dan mommy tadi masih tidur. Jadi ketika Bana mengetuk pintu kamar, ayah langsung saja mandi. Jadi lama deh, Bana nungguin nya," alasan Mukid sambil meringis saja.

"Mommy juga aneh, kenapa juga gak bukain pintu kamarnya dulu. Mommy akhir-akhir ini jadi sangat malas bangun pagi. Bana lihat, mommy suka malas-malasan di atas kasur. Haduh!" Keluh Bana. Mukid semakin gemas melihat tingkah anak tiri nya. Rasanya kalau tidak sedang menyetir, Mukid ingin menggigit saja pipi chubby nya.

"Sebenarnya Bana juga sudah tidak sabaran ingin memiliki adik. Tetapi akhir-akhir ini mommy menjadi berbeda. Mommy jadi kurang perhatian dengan aku. Biasanya setiap malam mommy ke kamarku dan menemani aku belajar. Tetapi sekarang? Setelah makan malam, mommy masuk kamar bersama ayah Mukid," Keluh Bana.

"Ini belum ada adik bayi saja mommy sudah tidak memperhatikan aku. Apalagi nanti kalau sudah ada adik bayi," Tambah Bana. Mukid menjadi mengernyitkan dahinya.

"Maafkan mommy dan juga ayah Mukid yah, Bana! Mulai sekarang kami lebih perhatian dengan Bana deh! Oke?" Ucap Mukid. Bana melebarkan bola matanya melihat ke arah ayah tirinya itu.

"Ayah Mukid janji?" Sahut Bana.

"InsyaAllah! Ayah Mukid akan berusaha menjadi ayah Bana yang penuh perhatian. Oke? Sekarang Bana senyum dong, jangan sedih dan cemberut seperti itu," Kata Mukid. Bana langsung menunjukkan senyuman lebarnya.

"Terimakasih ayah Mukid yang ganteng! Seneng rasanya sudah mempunyai ayah lagi seperti ayah Mukid. Pasti mommy juga sangat bahagia memiliki ayah Mukid yang penyayang," Ucap Bana.

"Aamiin!" Sahut Mukid.

"Tapi ayah! Aku mohon, ayah jangan cepat meninggal dunia seperti ayah Radit yah! Aku takut gara-gara ayah Mukid menikah dengan mommy ku, ayah Mukid jadi stress dan frustasi karena mommy suka ngomel dan merajuk," ucap Bana.

Mukid yang mendengar ucapan Bana tersebut menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hem, sayang! Bana tidak boleh bicara seperti itu, sayang! Ayah Radit meninggal dunia lantaran sudah takdir nya sayang! Bukan lantaran ayah Radit stress dan frustasi karena mommy suka ngomel dan merajuk," kata Mukid membenarkan pemikiran Bana.

"Hem begitu yah, ayah! Tapi yang Bana lihat berita di televisi kasus meninggal nya suami atau istri lantaran istri atau suaminya suka marah-marah dan ngomel. Lalu terjadi serangan jantung yang mengakibatkan meninggal nya suami atau isteri tersebut," Jelas Bana.

"Benar! Tapi tidak semua orang memiliki permasalahan yang sama," Sahut Mukid. Kembali Mukid menggaruk tengkuknya sendiri yang tidak gatal.

*****

Setelah mengantarkan Bana ke sekolah, Mukid sangat bersemangat menaiki anak tangga menuju kamar istrinya itu. Sinta masih belum bangkit dari tempat tidur nya. Benar! Sinta masih tertidur dengan pulas di balik selimut nya. Mukid pelan-pelan menarik selimut yang menutupi tubuh Sinta.

"Kok menjadi sangat pemalas sekali sih, istriku," Gimana Mukid sambil menatap lekat wajah cantik alami Sinta tanpa make up saat tidur seperti itu.

Mukid mengusap pipi Sinta yang sangat halus. Mukid tersenyum melihat istrinya yang cantik. Dia merasa beruntung bisa memiliki istri cantik dan pintar seperti Sinta. Bibir itu lalu mengecup pelan kening dan juga bibir mungil Sinta. Tidak ada pergerakan ketika Sinta mendapatkan kecupan hangat Mukid di kening dan bibir nya.

"Mukid!" gumam Sinta. Mukid tersenyum lebar mendapati istrinya sudah membuka mata nya.

"Selamat pagi, Cinta! Saatnya sarapan pagi dan bangun!" Ucap Mukid nakal.

" Pagi, sayang!" sahut Sinta. Mukid mengecup pundak Sinta dengan penuh kelembutan.

"Akhirnya, kita bisa melakukan sarapan pagi bersama, sayang!" bisik Mukid di telinga Sinta.

"Heem, ayo turun dan mandi! Kamu harus bekerja dan nafkahi istri kamu ini," kata Sinta yang membuat Mukid tersenyum bahagia.

"Tentu dong!" Sahut Mukid bersemangat.

Terpopuler

Comments

Usman Ratta

Usman Ratta

lanjutkan semangat

2022-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!